12 :: Sorry but I'hate you ::

1176 Words
“Jika aku jadi kekasih  mu itu aku tidak akan membiarkan mu pergi seorang diri. Dia benar-benar payah,” kata Abram membuat Via sangat kesal. Via ingin pergi dari sana karena berpikir Abram memang sangat aneh dan hanya akan mengajaknya untuk bertengkar. Namun ternyata tubuhnya bagai melayang lalu jatuh ke dalam pelukan hangat seseorang yang tidak lain adalah Abram. Pandangan keduanya saling terpaut dan semua hening, hanya deburan ombak yang kini menjadi musik untuk keduanya. Abram sempat menyapu kulit dingin di wajah Via dengan lembut yang mengantarkan kehangatan untuk Via. “Maafkan aku,” ujar Abram tiba-tiba membuat Via tersedar dengan posisinya saat ini. Mereka kembali berjauhan dan kini keadaan menjadi sangat canggung namun Abram berhasil membuat dirinya lebih santai. “Apa kau mau memaafkan ku ?” tanya Abram. “Aku memaafkan mu Tuan tapi aku juga membenci mu. Ku harap ucapan mu tidka lagi melukai banyak orang terutama wanita,” kata Via dan bersiap ingin pergi namun lagi-lagi ditahan Abram. “Itu artinya kau tidak memaafkan ku.” “Aku memaafkan mu mengerti ! hanya saja aku tidak mengatakan aku tidak menyukai sifat mu itu,” kata Via lagi kini dia terus berjalan dan Abram mengikutinya dari belakang sambil terus mengajak Via berbicara. “Jika kau memaafkan ku kau akan melupakan apa yang ku katakan kepada mu.” “Memaafkan bukan berarti aku bisa melupakan yang sudah kau katakana tentang ku dan juga perbuatan mu kepada ku !” Via mulai emosi lagi dan suaranya mulai meninggi. “Itu artinya kau masih mengingat ketika aku mencium mu ?” pertanyaan Abram membaut mulut Via terbuak sempurna dan dia berhenti berjalan saat ini, membalikkan tubuhnya menatap wajah sambil bergeleng kepala. “Kau benar-benar pria aneh kau tahu ?!” “Aku hanya mengatakan pertanyaan ku saja, dan itu juga berdasarkan dengan apa yang kau katakana tadi. Kau bilang tidak bisa melupakannya begitu saja bukan,” Via tidak ingin menjawab lagi Abram benar-benar pria gila yang akan membuat tekanan darahnya menjadi tinggi. “Hei Via awas !” kata Abram namun terlambat Via sudah terjatuh ke dalam kolam renang karena dia tidak melihat langkahnya dan Abram melihat Via yang tidak bisa berenang dengan baik langsung membantunya dengan masuk kedalam kolam juga. Abram menggendongnya keluar dan rombongan Lion serta Aldy yang melihat hal itu langsung belari mendekati kolam. Abram menggendong tubuh Via keluar dan menidurkan tubuh yang kini terbatuk-batuk itu. Abram meminta Via duduk dan dia menepuk belakang tubuh Via dengan hati-hati dan satu tangannya mengambilkan Via handuk. “Via kau baik-baik saja ?” tanya Aldy dan Yuli bersamaan. Via mengangguk lemah karena terminum air kolam dan hidungnay terasa perih saat ini. Dia terkejut dan kakinya langsung kram sehingga tidak bisa berenang, semua ini gara-gara Abram. Via menunjuk wajah Abram dengan tatapan mengancam dan penuh kebencian. “Kau ku mohon jangan lagi pernah mengganggu ku. Aku benar-benar sangat membenci mu KAU PAHAM !” teriak Via pada akhirnya lalu dia pergi dari sana diikuti Yuli dan Aldy juga beberapa teman mereka. Lion menarik napasnya kecewa karena hubungan Abram dan Via menjadi semakin buruk bukan membaik. “Aku heran dengan apa yang kau lakukan Ab,” ujar Lion namun dia dan Ibra tertawa begitu juga dengan kekasih Ibra yang bernama Ajeng. **** Pagi pun tiba dimana semua orang mulai berkemas karena akan pergi dari vila, Via bangun terlambat dan saat dia membuka mata Aldy sudah tidak ada di dalam kamar sehingga dia pergi keluar setelah mencuci wajahnya saja. Dia kemudian melihat Aldy bersama teman mereka sedang duduk dan sepertinya baru saja selesai menikmati sarapan mereka. Via tidak ingin bergabung karena dia tidak berniat untuk sarapan dan lebih memilih mandi dan mengemasi barang-barang mereka. Selama dia disana tidak sekali pun Via terpikirkan dengan keadaan Sinta ibunya, dia hanya menikmati bersenang-senang disana tanpa ingin tahu apa yang dilakukan Sinta di Jakarta. Ketika Via hampir sampai ke kamarnya Lion memanggilnya dan dia berpamitan kepada Via. Lion mengatakan mereka bisa keluar dari vila setelah berkemas dan tidak perlu teburu-buru, dia bersama teman-temannya akan kembali ke London. Lion meminta Via untuk tetap berkomunikasi dengannya. “Jangan sungkan untuk menghubungi ku jika kau perlu bantuan atau hanya sekedar teman untuk mengobrol,” kata Lion dan Via mengangguk seraya tersenyum hangat kepada Lion. “Via ini hanya penilaian ku sekilas tentang kekasih mu, aku pikir kau pantas mendapatkan yang lebih darinya.” Via tidak marah dia mengerti mengapa Lion mengatakan hal itu, tapi begitu pun bagi Via Aldy tetaplah manusia biasa yang tidak sempurna namun yang jelas dia mencintai pria itu dan Aldy mencintainya tidak penting dengan pendapat orang lain tentang Aldy. Mereka semua berhak menilai dan berkomentar namun yang menjalani dan memberikan keputusan tetap Via. “Dia pria yang baik Lion dan dia mengerti tentang diriku, dia juga mencintai ku. Itu semua sudah cukup bagiku,” jawab Via memberikan penjelasan kepada Lion. “Baiklah aku mengerti ! jaga dirimu baik-baik, jangan lupa untuk menghubungi ku oke ?” kata Lion lalu memeluk Via dan benar-benar pergi dengan membawa satu koper kecil miliknya. Via ikut berjalan mengantarkan Lion hingga ke sebuah taman dimana dia juga melihat Abram yang ikut pergi dengan rombongan Lion Ibra Ajeng__kekasihnya serta Aidan. Via mengalihkan pandangannya kea rah lain ketika dia sadar Abram juga tengah menatapnya. Bagi Via Abram adalah pria aneh yang masih misterius dan dia juga membencinya. Dia berdoa semoga tidak lagi di pertemukan dengan Abram. Begitu mereka menghilang Yuli mendekatinya sudah rapi juga wangi. “Kumpulan orang kaya itu sudah pergi ?” tanya Yuli dan Via hanya mengangguk. Yuli kemudian membantu Via untuk menyiapkan barang-barang bawaan mereka karena ternyata merkea juga harus segera ke Bandara karena penerbangan mereka siang ini. Aneh bagi Via karena melihat Aldy tidak banyak berbicara mulai dari semalam namun dia tidak ingin bertanya sekarang pikirnya. Vila di Ubud itu menjadi satu kenangan tersendiri bagi Via, dia bisa bertemu banyak orang dan mengenal mereka dan kini dia juga memiliki satu teman baru yaitu Lion. Via mengamati nomor ponsel Lion dan dia tersenyum miris, dia tidak akan pernah menghubungi Lion karena dia tahu siapa dirinya. Dia tidak ingin juga hubungannya dengan Aldy terganggu karena dia tahu Aldy tidak suka dia dekat dengan Lion atua teman pria itu yang lainnya. Via memutuskan untuk menghapus nomor Lion saat itu juga dan masuk kedalam mobil jemputan mereka dengan senyuman. Aldy masih duduk di mobil dengan wajah datar dan tidak memperdulikan Via, namun Via tetap tidak ingin bertanya dia hanya menjatuhkan kepalanya di bahu Aldy. “Maafkan aku, aku tahu kau marah padaku,” katanya dan Aldy yang mendengar itu benar-benar tidak bisa untuk terus marah kepada Via. “Maafkan aku juga yang tidak bisa menjaga mu dengan baik,” ujar Aldy. “Kau yang terbaik Al. Aku mencintai mu.” Belum mereka menikmati moment romantis itu sebuah pesan sudah masuk ke ponsel Via membuat Via melihatnya dan nomor itu tidak dikenal oleh Via. [Kau sangat manis jika memakai piyama dengan rambut yang tergerai. Kau pasti tahu siapa aku, dan dengan tulus aku meminta maaf kepada mu atas semua yang telah ku lakukan. Kau mau memaafkan ku ?]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD