"Rian termanggu di pojok. Tak jauh darinya ada Robby yang mungkin sudah tidak sadarkan diri, tapi Rian terlalu tidak perduli. Tangannya hanya meraba mencoba menyentuh hatinya. Bukan, bukan karna ia tidak tahu diri sehingga membela dirinya mati-matian. Rian cukup sadar, sikapnya kepada Dinda waktu itu terlalu frontal semestinya bisa menahan dengan ucapan yang jauh lebih baik sehingga tidak menimbulkan luka penghinaan di hati Dinda. Tapi nasi telah menjadi bubur, ia terlalu hijau mendengar pernyataan cinta sehingga Rian gelagapan. Kini, ia tak ingin lagi mendengar kata cinta lagi untuknya. Cukup, cukup Dinda yang menjadi korban. Rian takut ketika ia tidak bisa membalas. Kemudian ia menyakiti hati gadis lain sekali lagi. Rian berusaha berdiri dengan bantuan pohon besar, tatapan Devid semaki