Seiran menghempaskan tangan Ferdinan saat pria itu hendak membantunya berdiri. Perlahan tapi pasti gadis itu bangkit lalu menatap tajam dirinya.
Plak ...
Plak ...
Plak ...
Tiga tamparan yang cukup membuat pipi pria itu terasa panas.
"Jangan pernah menyentuhku atau mendekatiku,"geramnya. Ferdinan terkejut dia membeku mendengar ucapan gadis yang sangat dia cintai hatinya terasa sakit mendapat penolakan darinya.
"Sei-,"ucapannya terpotong dengan ucapan gadis itu.
"Jangan pernah menyebut namaku dengan mulutmu."gadis itu benar-benar murka karena dialah kekasihnya sekarang terlihat mengenaskan. Pria itu hanya mampu menunduk. Dia tak mampu lagi berkata walau sekedar memberi penjelasan.
Yumico tidak mengerti dengan mereka. Dia tidak tau alasan gadis itu sangat marah pada pria itu namun dia tidak ambil pusing dia lebih memilih mengurus sepupunya yang telah kembali berdiri tentunya setelah mendapat suntikan pereda nyeri darinya.
Fransis berjalan kearah sang kekasih walau tubuhnya masih terasa sangat lemah meski sedikit berkurang tapi rasa nyeri itu masih ada.
"Sefra,"panggilnya. Gadis itu berbalik dan melihat sang kekasih berjalan sedikit tertatih diapun langsung menyambutnya dan memeluk pinggangnya.
"Frans, kenapa turun?, harusnya kamu tiduran saja diranjang,"omelnya khawatir.
"Sambil memperhatikan kekasihku ini marah-marah dan menangis,"jawabnya.
"Kau ini,"kata Seiran pura-pura kesal.
"Jangan marah, Ferdinan hanya menghawatirkanmu,"jelasnya. Ferdinan mendongakkan kepalanya memandang Sang sahabat yang masih membelanya meskipun sudah dibuatnya hampir mati saat itu juga. Rasa bersalah dalam hatinya semakin besar apa lagi dia mengingat bahwa sahabatnya itu sakit keras hanya pura-pura saja sehat.
"Tapi dia sudah membuatmu terluka Frans,"protesnya. Pria itu tersenyum lalu memegang kedua bahu gadisnya dan menariknya dalam pelukannya. Namun matanya masih menyorot pada sahabatnya.
"Ferdinan mencintaimu, bukankah hal itu wajar dia lakukan saat mendengar kau tidur disamping pria lain,"jelasnya. Gadis itu mendongak memandang wajah sang kekasih.
"Hanya tidur'kan?,bukan melakukan hal yang lain. Lagi pula kau calon suamiku, kenapa dia yang marah."gadis itu masih tidak terima dengan pembelaan yang dilakukan oleh kekasihnya. Fransis tidak benar-benar membela sahabatnya namun dia ingin menyadarkan status hubungan mereka dan memperjelasnya.
Ferdinan merasa menjadi manusia terbodoh sedunia mengapa juga dia harus melupakan fakta bahwa mereka itu calon suami istri. Tapi tetap saja hatinya tidak rela melihat gadis itu bersama yang lain. Kadang dia menyesali menuruti keinginan sahabatnya dulu kini dia benar-benar jatuh cinta pada Seiran.
"Maafkan aku Seiran,"pintanya penuh penyesalan. Gadis itu hanya mengangguk namun tak menoleh padanya. Sungguh hati pria itu sakit melihat sikap gadis pujaannya.
"Sekarang biarkan Ferdinan mengantarkamu pulang, Sefra,"izinnya. Gadis itu nampak berfikir lalu menoleh pada Ferdinan Sekilas dan langsung kembali memandang kekasihnya.
"Kenapa tidak kau saja, Frans?"katanya manja. Bukannya dia tidak ingin tapi jujur saja tubuhnya masih terasa sangat lemah bahkan nyerinya belum sepenuhnya hilang. Tapi melihat wajah memelas gadisnya melihatnya tak tega.
"Baiklah,"jawabnya pasrah. Lalu dia mengambil kuncil mobilnya dan melempar ke Ferdinan. Pria itu dengan sigap menangkapnya.
*****
Suasana dalam perjalanan nampak hening, sesekali Ferdinan melirik kebelakang dia sungguh sebal melihat gadis itu terus menempel pada sahabatnya bahkan dia menyandarkan kepalanya dibahu sahabatnya. Tak lama kemudian gadis itu kembali tidur dalam dekapan sahabatnya.
"Kau cemburu?"tanya Fransis yang dari tadi melihat sahabatnya terus melirik kebelakang dan kentara sekali raut kekesalan dalam wajahnya. Ferdinan hanya bungkam tapi dalam hati dia mengakui dia sangat cemburu.
"Frans, aku mintak maaf."alih-alih menjawab pertanyaan sahabatnya dia justru memintak maaf.
"Tak masalah, aku bisa mengerti,"jawabnya maklum. wajah Ferdinan berubah sendu.
"Apa itu tidak memperparah kondisimu?"tanyanya ragu. Fransis tidak langsung menjawab dia memikirkan kemana arah pembicaraan sahabatnya itu.
"Kangker lambung stadium akhir,"jelasnya. Pria itu sedikit tersentak mengetahui sahabatnya tau tentang penyakitnya.
"Pastinya,"jawabnya singkat. Ya, tentu saja semakin parah dan memperburuk keadaan mungkin tadi dia mengalami pendarahan pada lambungnya tapi sukurlah tuhan masih mengizinkannya bertahan.
"Maaf,"sesalnya.
"Tak perlu terus mintak maaf."dia memandang sang kekasih sendu.
"Cepat atau lambat aku akan meninggalkannya,"katanya. Lalu dia kembali memandang Ferdinan.
"Dan aku percaya kau bisa menjaganya,"katanya dengan senyum tulus dibibirnya. Ferdinan merasa ngilu dihatinya mendengar pernyataan tulus dari sahabatnya itu. Pria itu mempercayakan kekasihnya pada dirinya, dalam hati dia merasa sangat senang tapi dia juga merasa sedih ada rasa tak rela bila suatu hari harus kehilangan sahabatnya. Menurutnya Fransis adalah sahabat yang paling baik meski dia tidak begitu suka banyak bicara tapi dia tidak pernah memandang rendah dirinya.
"Frans,"panggilnya.
"Hm,"jawabnya singkat.
"Kita sudah sampai,"katanya. Fransis menengok keluar dan benar sekali mereka sudah sampai didepan gerbang rumah gadisnya.
"Antarkan dia kedalam!"perintahnya.
"Dia tidak akan mau, Frans,"protesnya.
"Kau rela Seiran jatuh jika aku yang menggendongnya,"elaknya. Sesungghunya dia hanya mencari alasan. Ferdinan nampak berfikir namun akhirnya dia menyetujui.
"Baiklah,"jawabnya. Setelah itu dia langsung turun dan menggendong Seiran seperti pengantin. Fransis hanya menatap sendu gadis yang paling dicintai juga sahabat yang paling disayanginya.
"Begitulah kisah ini selamanya Sefra,"gumamnya. Fransis memejamkan matanya ingatannya berputar saat pertama kali dia bersama gadia itu.
####
Saat itu hujan turun dengan deras mereka berdua sedang berteduh disebuah pinggiran gedung.
Kekasihku dengarkanlah
Janji cintaku
Janji setia hingga akhir nafas
Kau tak akan tergantikan
Dia kembali membuka matanya sungguh kenangan indah itu membuat hati Fransis tersayat kemudian dia kembali memandangi sang kekasih yang masih berada dalam gendongan sahabatnya.
Inikah kisah kita kisah yang tak akan bahagia
Hanyalah air mata yang selalu menghiasi.
Fransis menundukkan kepalanya hatinya terasa sakit sejujurnya dia tidak ingin menerima kenyataan bahwa hidupnya tak akan lama dan dia akan meninggalkan kekasihnya. Tangannya menyentuh dadanya rasanya sungguh sesak disana.
Perpisahan terjadi
Hati menangis sedih
Tetapi cinta ababi
Akan selalu bersemi
Meskipun nanti ku pergi
hati yang kan tersakiti
Tapi cinta takkan mati
Brak
Fransis tersentak kemudian dia mendongak dia melihat Ferdinan sudah kembali menempati pada posisi kemudi. Pria itu memutar tubahnya kebelakang dia memandangi Fransis yang terlihat sembab. Dahinya berkerut.
"Apa kau menangis?"tanyanya.
"Tidak,"bohongnya. Jelas-jelas tadi dia meneteskan air mata sambil menundukkan kepala.
"Kau serius?"sangsinya.
"Cepat jalankan mobilnya!."alih-alih menjawab pertanyaan sang sahabat pria itu justru memerintahnya. Ferdinan hanya menurut saja dia kembali memutar tubuhnya lalu mulai melajukan mobilnya.
"Aku selalu mencintaimu Sefra. Seiran Fransis,"batin Fransis.
Seiran kini berada distudio musik rencananya dia akan bertemu dengan produser rekaman tapi dia bingung karena sang produser ingin dia menyanyikan lagu duwet dan dia disuruh mencari sendiri pasangan duetnya dia memikirkan tunangannya mungkin pria itu cocok karena dulu dia pernah mendengar pria itu bernyanyi saat dikamar mandi memang aneh pria sepertinya suka menyanyi sendiri dan menurutnya suaranya sangat bagus. Saat dia hendak menelvon pria itu Ferdinan datang menghampirinya.
"Seiran,"sapanya. Gadis itu mendongakkan wajahnya dia mengerutkan keningnya melihat penampilan pria itu yang seperti penyanyi papan atas setaunya dia tidak pernah mendengar atau melihatnya diTV.
"Ah, ini. Fransis yang memberi staylnya, aku tidak tau kenapa dia menyuruhku kesini,mungkin dia sibuk,"katanya gugup. Antara 50% jujur karena Fransis tidak pernah menyuruhnya mendatangi studio musik tapi jika staylnya memang benar pria itu yang memilihkannya.
Gadis itu menaikkan sebelah alisnya seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh supir tunangannya itu, karena dia yakin dia bahkan belum memberi tahu dimana dirinya berada dan baru akan menelvonnya. Gadis itu akhirnya mendengus.
"Kau pasti berbohong,'kan?"tanyanya memastikan. Pria itu menelan ludahnya sendiri karena ketahuan berbohong tapi dia tidak boleh menyerah untuk meyakinkan gadis yang dia sukai.
"Untuk apa aku berbohong, kau tau,'kan, aku dan tunanganmu itu sahabat sejati,"katanya meyakinkan. Gadis itu memicingkan matanya dan seulas senyum meremehkan terukir dibibir manisnya membuat Ferdinan harus berusaha sabar menghadapi gadis itu.
Angaplah sekarang dia ingin merebut gadis itu dari sahabatnya menjadi penghianat untuk menuruti egonya, bahkan tak perduli kalau sahabatnya berjuang melawan penyakitnya dia hanya ingin gadis itu menjadi miliknya.
"Baiklah, aku tau semalam aku memang membuat tunanganmu terluka, tapi aku serius melakukan itu karena aku menintaimu. Kau tau bukan hal itu."dia terus berusaha meyakinkan gadis itu. Akhirnya Seiran pun mulai luluh dia mengangguk dan membenarkan ucapan pria itu. Ferdinan bersorak penuh kemenangan dalam hatinya. Tak lama kemudian sang produser datang menghampiri mereka.
"Nona Seiran,"sapanya. Gadis itu mengangguk dengan senyum tipis tersungging dibibirnya. Lalu produsen itu mengalihkan perhatiannya pada Ferdinan, dia memperhatikannya dari atas hingga bawah dan matanya menunjukkan minat yang besar.
"Anda siapa?"tanyanya.
"Frans Ferdinan,"jawab Seiran.
"Calon suami Seiran,"sambung Ferdinan. Membuat gadis itu mendelik tak suka padanya. Dan sang produser hanya mengangguk mengerti.
"Baiklah, mari masuk keruangan saya, tuan yang mengundang Nona sudah berada didalam,"terangnya. Seiran dan Ferdinan pun mengikuti produser tersebut.
Saat produser tersebut membuka pintu ruangannya Ferdinan dan Seiran nampak terkejut melihat sosok pria tampan rupawan mengenakan jas biru kemeja putih serta celana putih nampak bercahaya dan tampan.
"Mari nona, tuan Lonenlis sudah menunggu anda,"katanya membuyarkan keterkejutan mereka. Mereka berdua pun menganguk kikuk. Produser itu menghampiri Fransis dan mendudukkan diri disofa yang ada disampingnya.
"Tuan Lonenlis, ini nona Seiran dia adalah penyanyi tetap kami, dan ini adalah calon suaminya,"katanya memperkenalkan. Fransis memandang Seiran meminta penjelasan dan dibalas tatapan tak mengerti oleh gadis itu dan matanya melirik pada Ferdinan seakan mengatakan 'supirmu yang bilang bukan aku'. Fransis hanya bisa menghela nafas. Seiran segera duduk disamping calon suaminya tak perduli dengan Ferdinan yang memandangnya ingin protes karena memang dari awal dia tak pernah ingin mengakui meski hanya pura-pura pria itu sebagai calon suaminya. Ferdinan dengan senyum dibuat-buat duduk disamping Seiran membuat prduser itu memandang bingung mereka berdua, karena gadis itu seakan ingin menempel pada Fransis sedangkan Ferdinan ingin menempel pada gadis itu, padahal sofanya masih luas untuk diduduki.
"Maaf, bukankah kursinya masih panjang,"komentarnya. Seiran dan Ferdinan melirik tempat disamping pria itu dan tertawa garing.
"Ehehehehe.... ,"mereka berdua tertawa garing.
"Sebaiknya segera sampaikan rencana apa yang akan anda lakukan,"sela Fransis langsung keintinya. Produser itu pun kembali mengalihkan perhatiannya pada pria itu.
"Maaf, tuan Lonenlis,"katanya menyesal. Fransis hanya memandangnya datar.
"Tapi ... bukannya yang mengundangku adalah tuan Akiro?"tanyanya memastikan.
"Hm, kau benar nona, tapi paman Akiro sibuk jadi dia memintaku yang menggantikannya,"jawab Fransis dan diamini oleh produser tersebut.
****
Fransis keluar lebih dulu dari ruangan produser tersebut disusul Seiran lalu Ferdinan. Gadis itu mempercepat langkahnya hendak menyusul tunangannya yang sepertinya kesal terhadapny dia harus menjelaskan semua kesalah pahaman ini. Ferdinan melihat gelagat gadis itu memiliki ide mencuri perhatiannya yaitu dengan pura-pura sakit.
"Arrg ..."erangnya pura-pura kesakitan. Sontak Fransis dan Seiran menoleh pada pria itu yang terlihat membungkuk sambil memegangi perutnya. Gadis itu langsung menghampirinya karena khawatir penyakitnya kambuh. Sedangkan Fransis hanya mendengus sepertinya sahabatnya tidak bisa lagi dipercaya dan ingin mengambil kekasihnya.
"Ferdinan, kau baik-baik saja?"tanyanya khawatir. Pria itu mengintip gadis tercintanya dari ekor matanya, hatinya berbunga karena usahanya berhasil lalu dia memandang sahabatnya yang tersenyum miring padanya.
"Maafkan aku Frans,"batinnya.
"Frans, kemarilah!, kita harus membawanya kerumah sakit,"teriak Seiran meminta bantuan. Pria itu hanya acuh dan memandang kecewa pada calon istrinya.
"Urusi saja 'calon suamimu itu,"katanya dengan menekankan pada 'calon suami. Gadis itu menyerngit heran mendengar nada ketus dari tunangannya.
"Baiklah, mungkin sekarang kau sudah tidak memiliki keperdulian terhadap orang lain,"balasnya tak kalah ketus. Fransis hanya diam "kau selalu tak bisa melihat kebenarannya Seiran,"batinnya. Dia pun membalikkan badannya dan hendak melangkah pergi namun baru satu langkah tiba-tiba nyeri diperutnya kembali terasa. Diapun mencengkram perutnya lalu berjalan tertarih meninggalkan tuangannya dengan hati terluka. Sementara itu Seiran memapah Ferdinan dia berjalan dan melewati Fransis yang kini duduk ditangga dengan wajah menunduk tangannya masih mencengkram perutnya menahan sakit, sejenak gadis itu berhenti didepan tunangannya.
"Kau urusi saja dirimu sendiri,dan jangan pura-pura sakit hanya untuk menarik perhatianku,"katanya. Fransis langsung mendongakkan kepalanya menatap sang kekasih penuh luka.
"Hm, aku berjanji untuk tidak menarik perhatianmu,"katanya datar. Dia menyembunyikan sejuta luka dalam hatinya "hingga mungkin ajalku tiba, akupun tidak akan menarik perhatianmu,"batinnya. Kemudian Seiran kembali melanjutkan langkahnya entah kenapa air matanya menetes hanya mendengar ucapan kekasihnya seakan dia telah melakukan kesalahan yang dia sendiri tidak tau. Ferdinan merasa bersalah dia tidak ingin melihat gadis tercintanya bersedih, diapun mengakhiri acara pura-pura sakitnya dan menegakkan tubuhnya.
"Seiran,"panggilnya. Gadis itu menolehkan wajahnya memandang pria itu dengan lelehan air mata.
"Aku sudah baik-baik saja, pergilah mungkin Fransis lebih membutuhkanmu,"katanya. Gadis itu menggeleng egonya menguasai hatinya untuk tidak menghampiri prianya.