9. Bill Rusty

1582 Words
“Heh Gavin, sabar. Kau memakan itu terlihat seperti babi yang rakus ketinbang Raja yang bijak” ucap Marioth yang juga sedang memakan Beef Bull. Gavin tak memperdulikan perkataan Marioth dan terus saja menyantap makanan itu dengan cepat. Hingga akhirnya dia memakan habis tak tersisa mengungguli 2 bocah itu. “Setiap aku dikastil, aku selalu diauruh untuk menajga perlakuan dan bersikap sopan. Namun disini aku bisa bebas dan tak peduli apa tanggapan orang lain. Jika kau tetap menyuruhku untuk sopan, sebaiknya kau pergi dari sini dan melamar menjadi penasihat menggantikan Neville” kata Gavin dengan mulut penuh makanan membuatnya tidak terlalu jelas saat berbicara “Sepertinya omongan saja tidak bisa membuatmu berhenti ya,” ucap Marioth yang sudah enggan lagi menasihati Gavin. Di saat Gavin masih mengunyah makanan yang terkumpul di mulutnya, mendadak mulutnya tersedak, wajahnya memerah dan berkedip-kedip merasa sangat tidak nyaman. “Uhuk... Uhuk...” Gavin bersuara sambil memegang pundak Marioth dan Gilbart yang berada di sampingnya meminta pertolongan. Marioth dan Gilbart panik karena mereka berdua lupa untuk mengambil minuman. Mereka biasanya minum terakhir sesaat setelah makanan mereka habis karena kedai yang mereka hampiri tadi tidak menyediakan minuman.  Menyadari hal itu, Gavin langsung saja buru-buru ke kedai untuk mengambil beberapa minuman sambil terbatuk-batuk melancarkan tenggorokannya kembali “Jangan buru-buru mati Yang Mulia” Gilbart berteriak mengejek Gavin. Gavin yang menoleh ke arah Gilbart tentu saja semakin panik. Ia takut identitasnya ketahuan. Hingga sampailah Gavin di kedai minuman. Di depan kedai ada beberapa jenis minuman yang tersedia. Karena terburu-buru Gavin langsung saja mengambil minuman itu secara acak tanpa mengetahui jenis minuman tersebut. Gavin dengan sangat cepat meminum sampai suara air yang jatuh ke tenggorokan terdengar oleh orang-orang disekitarnya. Gavin yang merasa lega karena telah minum langsung mengembalikan gelas itu ke tempatnya semula.  “Hei... Itu minumanku, lancang sekali kau mengambilnya” Gavin menoleh ke arah samping kirinya  ia melihat seorang anak berbadan gempal dengan nada suaranya yang rendah menatap mata Gavin dengan sangat tajam. Ia terlihat beberapa tahun lebih tua ketimbang Gavin dan tentu saja lebih kuat secara fisik. Gavin yang menyadari bahwa dalam perjalanannya menuju ke kedai dia menerobos masuk ke dalam antrian melewati puluhan anak di belakangnya. Dan salah satu anak yang paling depan antri adalah anak bertubuh gempal itu. “Eh maaf, aku tadi tersedak dan harus buru-buru untuk mencari minum. Untuk antrian selanjutnya kau boleh meminumnya” Gavin memohon maaf sambil menyatukan telapak tangannya dan buru-buru kabur. Anak itu hanya memelototinya saja mengambil minuman yang sudah tersedia kembali sambil melihat Gavin pergi Gavin pun kembali pergi ke tempat duduk dimana teman-temannya berada. Marioth dan Gilbart menertawakan kejadian yang baru saja dialami Gavin karena mereka memperhatikannya sedari tadi.  “Lebih baik kau jangan berurusan dengan dia, atau kau akan berakhir menjadi Bumbu Daging” ancam Gilbart sambil mengacungkan pisau bekas makanannya.  “Apakah kau mengenali dia?” Tanya Gavin “Siapa yang tidak kenal Bill Rusty. Dia adalah anak paling nakal di sekolah ini” Marioth menjawab dengan semangat sambil merapikan rambut pirangnya yang panjang “Kau tahu kan kalau sekolah Bobshaw tidak menerima murid sembarangan. Hanya ada dua kemungkinan paling umum terjadi agar kau masuk sekolah ini” Gilbart berkata dengan membersihkan daging yang terjebak di antara gigi-giginya yang halus dengan pisau “Yang pertama adalah kau adalah anak seorang yang penting atau kau adalah anak seorang yang kaya. Tanpa itu tidak mungkin seseorang bersekolah disini karena biayanya yang sangat mahal. Butuh menghabiskan 100 keping emas atau setara 3 ekor kuda untuk bisa membayar biaya per bulannya. Kami, termasuk kau adalah murid yang masuk ke dalam jenis itu. Kau tahu sendiri kan nilaiku di pelajaran sebagus apa” Gilbart berkata menjelaskan kepada Gavin yang sedari tadi melongo mendengarkan seperti orang bodoh dengan sisa saus berry masih menempel di pipinya “Yang kedua adalah kau adalah sosok yang jenius dan berperan penting bagi masa depan Yagonia nantinya. Murid-murid ini harus menerima tes kelayakan terlebih dahulu sebelum bisa diloloskan atau tidak. Tea tersebut terdiri dari tes sihir, fisik, berbicara, dll. Aku tidak ingat betul seberapa banyak tes yang harus dijalani karena sangat banyak. Tidak mungkin orang biasa bisa lolos dari tes tersebut bila bukan memang anak yang jenius di berbagai bidang. Aku saja sampai pusing mendengar banyaknya tes itu waktu pertama kali mendengarnya” Balas Marioth sambil mengusap-usap pipinya yang imut terkena saus “Biar kutebak, Bill itu pasti masuk golongan nomer dua ya kan? Eh tunggu, dilihat dari penampilannya dia tidak terlihat seperti itu. Mana mungkin bocah berbadan besar bisa lolos dari dari tes fisik? Aku rasa menyuruhnya berlari 500 meter saja akan membuatnya berguling kecapekan” Gavin menduga dan mencoba menerka-nerka “Yah itulah yang kami semua juga heran. Orang tua Bill juga bukan merupakan orang penting atau orang kaya. Aku hanya menduga kalau Bobshaw memilihnya untuk bersekolah disini karena faktor lain. Di dalam sekolah Bill terkenal sebagai anak yang pemarah dan juga penyendiri. Tidak ada yang benar-benar tahu sosok asli dirinya. Dia pernah sekali terlihat bertengkar dengan murid lain sampai mematahkan tulang lututnya.” Gilbart menjelaskan kepada Gavin “Apakah itu penyebab dia ditakuti oleh banyak murid lain ?” Gavin kembali bertanya “Tidak juga. Kau lihat Gavin persentase anak yang masuk dengan jalur tes dengan anak yang masuk karena orang tuanya sangatlah jauh berbeda. Coba kau lihat di sebelah sana” Marioth menunjuk Meja paling timur. Meja itu dipenuhi anak-anak tampan dan cantik yang hampir mengisi separuh dari meja ruangan ini. Pakaian dan penampilan mereka nampak sangat rapi dan indah. Peralatan dan aksesoris yang mereka kenakan bermacam-macam dan terlihat mahal secara bersamaan. Ada yang memakai gelang emas di pergelangan tangannya, Kalung berlian berwarna safir, sepatu putih mengkilat dll. Mereka makan dengan gaya yang sopan dan berbudaya dengan memegang sendok dan garpu di kedua tangannya dan menutupi mulut dengan tangan mereka saat hendak berbicara “Dan kau bisa melihat perbedaannya di samping kita” Marioth menunjuk ke sebelah kiri. Walaupun sisi kiri dan kanan memakai seragam tunic putih dan merah yang sama. Namun penampilan kedua sisi ini nampak sangat jauh berbeda. Mereka banyak memakai seragam yang lusuh dan kusut sampai-sampai masih banyak noda yang menempel di kain mereka. Aksesoris yang mereka kenakan juga biasa saja, kebanyakan dari mereka memakai gelang warna-warni yang terbuat dari rotan dan keranjang sulam untuk membawa beberapa tinta dan kertas. Meskipun begitu, cara makan mereka masih terlihat sopan dan tidak berantakan. Sisi sebelah kiri cenderung lebih tenang dan menikmati setiap suap sendok yang ia makan dengan nikmat.  “Aku masih belum mengerti, mereka memang bertindak dan berkelakuan berbeda. Lalu apa poin yang hendak kau maksud?” Gavin bertanya masih tidak paham yang dimaksud Marioth “Aku masih tidak percaya kau menjadi seorang raja. 2 kubu yang aku maksud ini memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Mereka tidak saling berbaur atau bercampur. Mari kita menjuluki orang yang lolos dengan tes tulis sebagai kaum Buku dan orang yang keluarganya memiliki pengaruh sebagai kaum koin. Kaum buku menganggap kaum koin sebagai orang yang bodoh dan serakah sehingga membuat mereka enggan untuk berteman bersama. Sedangkan kaum koin terlalu jijik dengan kaum buku karena menganggap mereka sebagai k***********n dan tidak beradab. Dua kaum ini memiliki keegoisan dan persepsi masing-masing yang membuat mereka sulit berbaur” Marioth menjelaskan dengan lebih lanjut “Dengan kata lain maksud dari Marioth adalah Bill bukan termasuk dua kubu yang dia maksud tadi. Bill seperti masuk karakteristiknya tersendiri yang tidak masuk ke kubu manapun. Dia adalah anak pendiam dan misterius yang memiliki ciri khasnya tersendiri tidak terkotak-kotakkan” Gilbart kembali memperjelas maksud dari Marioth “Aku masih belum mengerti maksud kalian berdua. Maksudku apa hubungannya Bill dengan dua kubu yang kalian maksud tadi. Apakah memiliki ciri khas tersendiri merupakan sesuatu yang aneh” tanya Gavin “Sayangnya iya, sekolah ini terlalu terpolarisasi oleh dua kubu ini membuat siapapun yang tidak cocok dengan salah satu kaum akan membuat mereka terpinggirkan dan dikucilkan” Jawab Marioth meletakkan bando ke kepalanya setelah ia taruh di meja sedari tadi “Lalu bagaimana dengan kita? Kita masuk kaum mana?” Gavin terus dan terus bertanya karena tidak paham “Sulit untuk diakui namun kita satu sesi dengan Bill. Namun aku merasa itu bukan hal yang buruk. Hei Gavin, Gilbart. Apakah kalian mengetahui gosip yang beredar tentang Bill?” “Memang tak diragukan lagi Ratu gosip paling handal di sekolah ini” Gilbart menyindir Marioth. Bukannya marah tampaknya Marioth malah bangga dengan sebutan itu. Seperti ia memiliki julukan yang sangat mewakili dirinya “Suatu saat Bill bertengkar dengan kaum buku yang sempat mengesalkan dirinya. Anak itu pernah bersaksi bahwa ia pernah merubah tubuhnya menjadi Half beast yang ganas dengan taring yang keluar dari mulutnya meneteskan air liur yang menjijikkan dan cakar-cakar tajam keluar dari kulitnya sanggup merobek kulit siapapun menyentuhnya. Namun sampai saat ini rumor itu belum terbukti, pihak sekolah tidak bisa menindak hukuman yang berlandaskan hanya pada kesaksian.” Marioth berkata dengan nada menyeram-nyeramkan suaranya. Gosip tentang Half-Beast selalu berhasil menakuti anak-anak di Yagonia. Gilbart yang mendengar itu bergidik ketakutan  sementara Gavin memasang ekspresi biasa saja. Dia tidak mempercayai satu pun rumor atau kisah tentang Half Beast “Aku yakin itu hanyalah bualanmu saja Marioth. Selama aku ada di kastil aku tidak pernah mendengar atau melihat satupun orang yang menyebut tentang Half Beast. Itu hanya dongeng Yagonia. Dan kau Gilbart sungguh payah mempercayai cerita itu” Gavin berkata “Jangan sampai kau meminta pertolonganku jika tiba-tiba Half Beast menerkam tubuhmu dari belakang” “Tidak mungkin. Jika itu memang terjadi, aku sendiri yang akan menerkamnya dengan tangan kosongku” Gavin berkata dengan sombongnya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD