Sudah satu bulan serjak Margareta yang hamil besar pergi dari gereja, masuk kedalam hutan belantara yang membatasi antar tiga kota di pulau tanpa nama. Tak ada yang tahu sekarang bagaimana keadaanya, kecuali August dan Aneth.
Keadaan gereja berubah tenang, para pendeta besar tak lagi ribut tentang itu, bahkan bisik-bisik para penghuni gereja tentang kehamilan Margareta akibath zinah pun tak lagi terdengar, August sedikit lega mengetahui hal itu. Bagaimana tidak, jika ia membiarkan Margareta di sana pun keadaan gereja taka kan benar-benar bisa membaik.
Seminggu setelah Margareta di nyatakan pergi dari gereja serta Belulian, August menerima surat dari Emili dan Tolios yang tak lain mantan orangtua angkatnya. Mereka mengatakan bahwa menemukan Margareta dan saat ini tengah mengurusnya, mendengar hal itu August tak perlu lagi khawatir.
August tahu bahwa Emili dan Tolios adalah orang paling yang pernah ia kenal. Beberapa tahu ia tinggal di sana bahkan hingga mereka memiliki seorang anak. Mereka menyayanginya bahkan seperti anak kandungnya sendiri, melebihi orangtuanya yang kini sudah tiada. Sayangnya orang sebaik mereka harus terus terkena masalah dan musibah, bahkan yang terakhir yang ia tahu anak mereka mati terbakar.
August ingat bahwa gadis manis bernama Eries itu sangat cantik, anak yang Emili dan Tolios tunggu setelah pernikahan mereka memasuki usia hampir tujuh puluh tahun. Namun Dewa lebih menyayangi Eries, gadis itu mati dalam kebakaran besar yang merusak hampir setengah gereja.
Emili dan Tolios pasti sangat terpukul jika mengingat hal itu begitu juga dirinya, karena Eiries kecil adalah teman bermainnya tak Mungkin ia lupakan. Kini Emili dan Tolios sudah mengurus Margaretha perempuan yang juga mirip dengan Eries, dari tubuh, wajah bahkan umur mereka pun sama.
Terlepas bagaimana pun keadaan Margaretha yang kini tengah hamil besar dengan seorang incubus. Pantas saja Margaretha bersikukuh mengatakan tidak tahu menahu Siapa laki-laki yang telah melakukan perbuatan itu padanya, karena memang ia tidak mengerti apapun yang terjadi pada dirinya sendiri.
Dalam suratnya ketika memberi tahu keadaan Margaretha, Tolios juga mengatakan bahwa kemungkinan incubus itu menggunakan sebuah pusaka Tuhan yang memiliki kekuatan maha dahsyat, konon katanya pusaka Tuhan yang dianggap mitos itu hanya bisa digunakan oleh seorang iblis tingkat tinggi, namun tidak menutup kemungkinan bahwa iblis lain juga bisa menggunakan kekuatan pusaka itu.
Ucapan Tolios dalam surat itu persis seperti yang dikatakan pendeta besar Yonkobus bahwa ia mengetahui kenapa incubus itu bisa memasuki gereja yang di pasang jerat doa dan rapalan kidung, meskipun Yonkobus tak mengatakan secara jelas apa yang sebenarnya digunakan incubus itu.
Meskipun begitu kini keadaan gereja semakin diperketat mereka memasang banyak jerat doa untuk menangkal iblis dan ilmu sihir supaya keadaan yang terjadi pada Margaretha tak terjadi lagi pada biarawati lain, bahkan Anet pun bisa setakut itu jika iblis-iblis masuk ke dalam gereja terlebih jenis inkubus memang bernafsu dengan para perempuan tak peduli bahwa mereka seorang Abdi Suci Tuhan.
Margaretha kini sudah berada di tempat paling aman Bagras adalah tempat di mana keindahan itu ada dan Margaretha di tangan yang tepat. Mungkin orang-orang dan pengurus Gereja sudah menganggap bahwa Margaretha kini telah mati karena perempuan mana yang bisa bertahan di hutan yang rimbun dalam keadaan kekurangan makanan dan minuman. Lagi pula jika ia terlalu lama di sana dan terlalu masuk kedalam hutan akan ada hewan buas yang setiap saat mampu memangsa dirinya.
Namun, semua hal itu tak terjadi karena takdir baik masih berpihak pada Margareta, perempuan yang orang-orang gereja Leluania menganggapnya sebagai malapetaka masih di tolong Dewa untuk melanjutkan kembali hidupnya. Kini Margareta menunggu hingga kelahiran anaknya, anak yang menentukan apakah ia akan terus berada di gereja atau memutuskan harus pergi.
Margareta siap apapun resikonya, meskipun anaknya mberwujud setengah iblis ia akan tetap menjaganya, karena sumpahnya bahwa ia seorang biarawati yang menyayangi makhluk manapun selama makhluk itu tak mengancam nyawanya.
Sedangkan August sesekali masih memikirkan Margareta, ia merasa tak bisa menjaga gereja setelah kematian tetua pendeta, meskipun itu hanya karena seorang perempuan. Sebab satu perempuan itu bisa membuat geger seisi gereja bahkan para pendeta besar pun ikut memperasalahkan hal itu. Jika mereka bertindak itu bukan lagi masalah yang sepele.
Lamunan August itu harus berhenti saat Aneth perlahan mengetuk pintu ruangan, setelah August mempersilahkannya Aneth pun masuk kedalam. Aneth mengatakan bahwa para pendeta besar sudah menunggunya di tempat biasa mereka berkumpul, dan hari itu mereka kembali berkumpul untuk membicarakan pengangkatan tetua pendeta.
August sebenarnya tak tertarik membahas hal itu, karena ia tak inggin jikan nanti mereka memilihnya menjadi tetua pendeta. Menjadi pendeta besar saja sudah membuatnya merasa repot karena harus mengusuri banyak pengurus gereja, ia hanya ingin menjadi seorang pendetra biasa yang dengan nikmatnya beribadah, tanpa harus memiliki sebuah gelar keduniawian yang malah melalaikannya.
***
Waktu terus berputar dan berlalu, perut Margareta semakin besar, mungkin tinggal menunggu harinya saja untuk melahirkan. Ia sudah beberapa bulan tinggal bersama dengan Emili dan Tolios, mereka benar-benar mengurusnya dengan sangat baik. Bahkan mereka mengizinkannya untuk ikut mengurus gereja. Sebab Tolios bukan hanya pengurus tapi juga Imam keuskupan di gereja sana, yang jika di Lelunia ia setara dengan tetua pendeta.
Sedangkan ibu angkatnya yakni Emili adalah ibu biarawati, lebih tinggi dari ketua biarawati yang ada. Hal itu pantas saja Emili dan Tolios sandang karena keduanya memang sudah sangat lama berada di sana, bahkan mereka menceritakan bahwa pendeta besar August pernah tinggal di sana ketika masih remaja.
Dari Emili akhirnya Margareta tahu bahwa dulu ketika masih kecil pendeta besar August adalah remaja yang cukup nakal, meskipun pendeta besar August hanya anak angkat dari Emili dan Tolios, tapi mereka tetap menyayanginya. Pendeta besar Ausgust tak memiliki orangtua atau keluarga lagi sejak terjadinya kerusuhan di negeri asalnya.
Selain mengurus Margareta, Emili dan Tolios juga memperkenalkan Margareta pada penghuni gereja lainnya, mereka mengatakan bahwa Margareta adalah anak dari adiknya yang berada di Camelot. Sedangkan para uskup besar mengatakan bahwa Margareta begitu mirip dengan Eries, sedangkan para biarawati penghuni gereja tak tahu siapa itu Eries.
“Mereka senang berkenalan denganmu,” ujar Emili suatu sore saat ia dan Margareta tengah duduk di bangku halaman belakang rumah yang tepat menghadap gereja.
“Di Beliluan aku tidak begitu memiliki teman, para biarawati seolah menjaga jarak denganku, ditambah kemudian mereka tahu bahwa aku memiliki anak hasil perzinahan, mereka semakin menjauhiku,” ujar sendu Margareta.
Emili mengelus rambut panjang hitam Margareta yang dulu sering tertutup tudung. “Itu dulu, beda dengan kini. Kau memiliki keluarga baru yang pasti akan ada untukmu. Aku berdoa pada Dewa untuk anaknya, semoga ia keluar dalam bentuk manusia.”
Margareta mengangguk lalu tersenyum atas ucapan Emili itu.