BUKAN SIAPA-SIAPA

1702 Words
Drttt, handphone Azzura bergetar menghentikan tangannya menyendok bakso. "Siapa?" tanya Nayla. "Ibu kos. Bentar ya, dan jangan berani-berani ikut lagi." menunjuk Azzam, terlihat lelaki itu memalingkan wajah merasa malu mendapat tatapan meledek dari Malik dan Delon. Mereka lagi di kantin, Azzam harus minum obat dan dia bakal ngelakuin itu kalau Azzura jadi perawatnya. Katanya sih sebagai balasan dari lemper dari Azzura dan mau tidak mau Azzura mengiyakan daripada di keluarin dari sekolah kan berabe. "Halo bu, saya masih di sekolah." jawab Azzura sedikit jauh dari tempat yang lain. "Dua koper kamu ada di tempat pak Mur ya, kontrakan nya udah ada yang mau nempatin." "Loh kok gitu bu?!" cobaan apa lagi ini, masa di usir lagi. Azzura mendesah panjang berucap, "saya kan udah bayar yang dua bulan lalu bu semalam, kok malah di usir." "Karena itu, saya tau kamu bakal telat lagi makanya ada yang bayar duluan kenapa nggak." "Ya Allah bu, terus saya harus kemana nanti." Azzura berjalan ke arah belakang gedung sekolah yang jarang dikunjungi, kaki terus melangkah mendekati sungai kecil lalu duduk. "Apa sama sekali nggak ada keringanan bu? Saya janji bakal bayar lebih awal dan nggak bakal nunggak lagi." Nada suara bergetar, kalau di usir lagi dia harus kemana. Masa tidur di emperan seperti sebelumnya? Hhh, kenapa selalu begini disaat dia ingin terus tersenyum. "Maaf ya, kamu bisa cari di tempat lain. Ya sudah saya matikan." Azzura memegang erat handphone nya, memikirkan bagaimana caranya bisa mencari kosan di dekat sini. Merogoh dompet, hanya ada sejuta di dalam sana. Kalau nyari sih mungkin dapat tapi bakal murah nggak sama seperti sebelumnya. Ia juga mengecek di rekeningnya cuma ada 5 juta buat bayar kamar rumah sakit sang ibu. Apa di pake dulu? Gajinya dari kafe ke kafe juga masih bisa ia dapat. "Yang deket sini adanya 900 ribu, lengkap sih tapi mahal banget. Mana belum transfer ke orang pak Hardi, sial bener-bener sialan ini sih." "Tapi kalau di pikir-pikir, seberapa pun yang gue bayar, nggak akan mengubah apapun dan bakal tetap dinikahkan. Ya Allah gini amat gak punya apa-apa, miris banget gue." Tak ada air mata, bagi Azzura ketika cairan bening nan suci ini jatuh maka disitulah letak dimana dia berada dalam keadaan benar-benar terpuruk. "Kalau gitu nggak perlu dibayar, fokus Zura sekarang cuma kesehatan ibu tidak ada yang lain." Benar. Untuk apa lima tahun dalam ketakutan jika akan tetap berakhir dalam genggaman tuan Hardi, lebih baik nikmati masa muda sekarang ini dengan melakukan apa yang ia sukai termasuk… mencoba membuka hati. Toh, umurnya masih 18 tahun nggak ada salahnya buat main-main. Azzam menyibak dahan pohon agar bisa mencapai tempat dimana Azzura tengah berbaring di rerumputan. Suara air begitu menenangkan pikiran Azzura, sampai lupa jam kelas kembali berlangsung. Dengan langkah pelan, Azzam mendekati Azzura yang kini memejamkan mata lalu duduk selonjoran memandang lurus. "Jadi disini tempat romantic girl berada kalau lagi butuh ketenangan?" Azzura tersenyum membuka mata, Azzam menengok ke bawah, hingga keduanya sama-sama terdiam saling memandang. "Gara-gara dia, jantungku benar-benar melayang." *** "Kapten nggak bakal aneh-aneh 'kan? Kok natapnya gitu banget! Nggak suka gue, my zuzu dijadikan santapan siang." bisik Nayla. Delon dan Malik sontak menoleh mendengar ucapan Nayla. "Kenapa?" tanya Nayla polos. "Lon," panggil Malik "Apaan," "Katanya pacar lo kagak polos, lah ini apaan, b**o gitu!?" "Iihhh, Elon… gue dikatain bego." mempoutkan bibir merajuk. Delon dengan cepat menutup kedua telinga Nayla. "Jangan di dengerin, anggap aja cicak lagi cemburu liat pangeran sama pengawalnya udah nemuin pasangan, sedangkan dia masih merangkak naik biar jadi_" "Gue tempeleng lo." sela Malik mengusap pundak kepala Delon mengancang-ancang hendak melayangkan tamparan. Dengan cepat Nayla menjauhkan Delon dari Malik, berucap, "Awas aja kalo berani, gue goreng cicak-cicak lo itu sampai ke akar-akarnya." "Anjing!!" Guk guk guk! "Nah lho, tuh saudara lo nyaut." ledek Delon dan secepat kilat Malik mengambil jurus seribu bayangan menempeleng kepala Delon namun seribu sayang pemirsa, plak! Bunyi geplakan lebih dulu terdengar begitu nyata dimana Nayla lah pelakunya. "Astaga!!" Nayla menutup mulut menatap tangannya lalu ke arah Malik yang terdiam membisu tak percaya seseorang berani memukul kepalanya selain Azzam dan Delon. Delon buru-buru menarik Nayla pergi sebelum Malik sadar dan menyumpah serapahi pacarnya. Malik menoleh, matanya berapi-api siap melayangkan kobaran api ke arah mereka berdua. "SETAN LO BERDUA!!" "Setan! Di-dimana?!" "Allahuakbar!!" Azzura nyebut kaget. Mereka yang masih setia dengan Tatan-tatapannya terlonjak kaget mendengar teriakan entah darimana asalnya, sampai Azzam tidak sengaja terjatuh di atas Azzura. Makanya gadis itu langsung nyebut melihat wajah Azzam begitu dekat dengannya. Glek. Pipi Azzura memerah, matanya berkedip-kedip memandang Azzam yang masih sibuk menatap kesana-kemari mencari asal suara yang ia yakini milik Malik. "Za-zam," panggilnya berbisik. "Oh, kena!!" tergantung ketika menunduk wajahnya begitu dekat dengan wajah Azzura. Iris bola mata hitam pekat milik Azzura begitu jernih seolah menghipnotis nya untuk tetap berada dalam jeratan pesona gadis itu. "Zu-zura, gue_" "Zam, bisa minggir gak? Gue takut nggak bisa tidur entar malam." sela Azzura memalingkan wajahnya, dia juga takut ada yang ngeliat malah jadi petaka buat dia. Pemuda itu tersenyum tipis, "Sebelum itu jawab jujur, lo mulai ada rasa atau semua omongan manis itu cuma buat nyenengin gue yang selalu ngintilin situ." desaknya. "Ya gue tau, kita kenal baru kemarin, jatuh cinta pada pandangan pertama itu selalu ada dan gue ngerasain itu dari elu. Gue nggak bohong, gue serius suka sama lo yang lewat gitu aja tanpa sedikitpun ada niat buat nengok. Lo beda dari yang lain, karena itu rasa sayang itu ada." tatapan Azzam begitu dalam berharap rasanya terbalaskan. Dia tau ini terlalu cepat, meski begitu ia takut keduluan sama cowok lain. Contohnya Rama mungkin, "Lo frontal banget." Azzura mendorong Azzam menjauh darinya lalu bangun. "Daripada diem kek orang b**o, entar keduluan cowok lain gimana? Situ yang rugi nggak bisa jadi pacar gue." "Oke, kedengarannya nyebelin pake banget." Keduanya tertawa kecil. "Gue pernah dengar," Azzam menolehkan kepalanya memandang wajah cantik Azzura dari samping dan gadis itu berucap, "wanita paling sulit untuk melupakan seseorang, laki-laki paling sulit untuk membuktikan cintanya pada wanita. Paham nggak? Paham dong, masa orang pinter kagak paham?" "Intinya pengen gue lebih berusaha lagi, oke. Kita liat siapa yang nyerah duluan, gue atau elo." "Elo." "Yakin banget?" "Aneh lu, katanya sayang tapi malah ngomong gitu." "Ngomong apaan?" "Itu tadi," "Yang mana?" Menyebalkan. Azzura mendengus kesal memanyunkan bibirnya memandang lurus ke depan memeluk lututnya. Azzam tertawa kecil, "Gue nggak pernah kayak gini sama cewek apalagi ketawa gitu aja tanpa alasan, sayangnya karena elo, gue pengen terus ketawa tapi itu cuma khusus lo doang lho ya, bukan yang lain." ucapnya memiringkan kepala memandang Azzura lembut. Satu hal terlintas dalam benak Azzam, Azzura hanya tersenyum dan dia tidak tahu arti senyum gadis itu. *** "...daripada sakit hati lebih baik sakit gigi ini biar tak mengapa, rela rela rela aku relakan rela, rela, rela, aku rela…" suara dan gitar itu dari lapangan di bawah sana dengan lagu sakit gigi dari Meggy Z dan tak luput dari perhatian siswa lain yang berada di kelas, juga tidak sedikit mereka keluar melihat kesana. Jam terakhir kelas 2b olahraga, tapi karena guru sedang mengadakan rapat mereka hanya keliling 10 kali sebelum berkumpul seperti sekarang. Mereka tidak diizinkan kembali ke kelas, daripada harus ribut dalam kelas lebih baik di lapangan biar puas tidak mengganggu guru yang rapat. Azzam berdiri di dekat jendela, cuma kelas 2a dilarang keluar sebelum menyelesaikan tugas-tugas mereka. Lelaki itu sebenarnya sudah selesai, sayangnya dia ketua kelas jadi harus mengawasi teman sekelasnya. Dengan melipat kedua tangan, matanya tertuju pada Azzura. Benar-benar tak berkedip memicing melihat Azzura begitu akrab dengan teman cowok di bawah sana. Dia cemburu, cemburu sekali tapi dia bukan siapa-siapa, nembak juga dikasih pencerahan bukannya dibalas. "Mereka nggak bosen ya?" celetuk salah satu gadis di kelas Azzam. Membuat daun telinga nya bergerak menajamkan pendengaran begitu juga Delon langsung berhenti mencatat. "Kenapa emang?" tanya Nur teman sebangku gadis tadi. "Ya liat aja di luar, anak-anak pada keluar gak ngerjain tugas. Yakin tuh kakak kelas juga diganggu sama mereka, cuma nggak mau negur gara-gara Azzura." lanjut Naura, si gadis yang mengaku dirinya cantik padahal mah biasa-biasa menurut Azzam dan lainnya. "Azzura orangnya baik kok, humble senyum terus." "Halah sok caper, iya." "Eh gak boleh gitu tau." "Ya gimana kelas mereka aja b, yang isinya anak-anak nggak jelas, nyanyi mulu perasaan. Coba mereka ngisi waktu buat ke perpus daripada kek gitu ngerusuh aja." "Lah, apa kabar kelas c?" "Sama-sama bego." decih Naura membuat Azzam terutama Delon di samping Malik menendang kaki kursi Naura. "Apa sih!" Naura berbalik memutar punggungnya melempar tatapan tak suka pada Delon. Nyolot nih bocah, batin Malik tersenyum miring. "Ngomong apa barusan?" tanya Delon menaikkan sebelah alisnya. "Lo nggak b***k kan, ngapain nanya." "Ya karena gue nggak b***k makanya mau mastiin sebelum mulut lo gue cabein." "Pfftt, sekalian di perasin jeruk nipis enak tuh mantep." ledek Malik ikut nimbrung. "Nggak usah melotot gitu, nggak takut gue. Lo ngatain orang b**o, emang sehebat apa sih lo? Poin lo sama Nur aja, gedean dia. Jadi nggak usah sok hebat kalo situ juga berada paling bawah di kelas ini. Dan satu lagi, yang lo omongin sekarang kelas pacar gue sama sahabat gue. Dibawah aja bangganya selangit, cih." Delon membereskan buku-bukunya, berjalan ke depan menyimpan tugasnya. Naura mempermalukan dirinya sendiri, Nur sampai menarik bangkunya sedikit menjauh. Anak-anak lainnya ikut meledek semakin membuatnya malu sampai berkaca-kaca. "Gue duluan." ucap Delon pada Azzam dan Malik di balas anggukan mereka berdua. Tak lama, Malik juga beranjak menyimpan tugasnya namun masih di sana menunggu Azzam. "Nur," panggil Malik pada gadis berkerudung putih di depannya. "Ya," "Lo nggak b**o kan?" "Eh, maksudnya?" "Kalau nggak b**o, ngapain lo sampe minjemin dia catatan. Enak banget ya hidupnya, pinter kok ngemis catatan." "Ahh," Nur sampai tak bisa berkata apa-apa selain melirik Naura. Gadis itu terlihat menahan air matanya. Azzam tersenyum menyeringai kembali fokus ke lapangan. Ia menopang dagu melihat Delon bergabung dengan kelas Azzura sekedar menemani Nayla pacarnya. Cepat juga, pikirnya. Sibuk memandang Azzura, Azzam tak sengaja mendengar percakapan kakak kelasnya. "Ah, Zura emang gak bisa di raih sih. Tuh anak selalu aja senyum di ajakin pacaran." "Ya elah, biarpun dia ada di kelas b tapi kalo anaknya baik gitu juga bakal banyak saingan bosque. Di tolak ya," "Johan aja lusa kemarin di tolak, nyata-nyata ketua osis tuh, gimana gue yang bukan apa-apa hahaha." "Bangkek hahaha." Jadi Johan juga suka dia. Sial.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD