4. Kehidupan Abadi

1435 Words
SATU ABAD KEMUDIAN ... Jennifer bersiul riang menyusuri lorong rumah sakit. Hari ini adalah hari istimewanya, dia mulai magang di rumah sakit ternama di ibukota. Dan yang membuatnya takjub, dia adalah satu-satunya mahasiswa kedokteran yang diterima di rumah sakit mewah ini! Bukan hanya satu-satunya, dia juga adalah mahasiswa pertama yang diijinkan magang di rumah sakit ini. Begitu ketatnya rumah sakit ini menyeleksi karyawan dan orang yang bekerja didalamnya, maka banyak yang mengherankan mengapa gadis ini boleh bergabung di jajaran staf rumah sakit. Dia teringat percakapannya dengan Suster Retno sebelum ini. “Aku heran, apa yang kau punya sehingga kau diijinkan magang di rumah sakit ini Jennifer,” komentar Suster Retno, seorang suster senior yang berwajah jutek. Jennifer mengangkat bahu bingung. Dia betul-betul tak tahu, dia mengikuti prosedur biasa saat mengajukan ijin magang di rumah sakit BLESSING. Dia juga heran, mereka menyetujui permintaannya sebegitu cepatnya. “Tak tahu, padahal aku tak memiliki kelebihan apapun,” sahut Jennifer polos. Buru-buru dia menutup dadanya saat Suster Retno menatap d**a montoknya. “Tak mungkin mereka melihat kelebihan milikku yang 34C kan?’ cicit Jennifer bingung. Suster Retno tersenyum sinis. “Mestinya tidak, tapi .. who knows? Direktur rumah sakit ini adalah dua bujang yang sama-sama hot melotot dan ternama hingga kemana-mana. Dokter Russel, blasteran Jerman, tampan, ramah, supel dan agak playboy. Tapi yang paling mempesona adalah Dokter Lee, blasteran Korea Amerika, sangat tampan dan misterius. Dingin namun membuat kita panas dingin jika ditatap oleh netra hijaunya.” Kali ini Suster Retno tak lagi nampak sinis, ia sumringah membayangkan Dokter Lee. Jennifer tersenyum geli melihatnya. “Suster, saya tak mengenal mereka berdua. Jadi jangan curigai masuknya saya disini atas campur tangan mereka berdua,” celetuk Jennifer jujur apa adanya. Suster Retno tersadar, wajahnya kembali jutek. Dengan galak ia memerintah mahasiswa magang yang diperlakukannya mirip office girl. “Bawel! Ayo, siapkan teh hangat untuk kedua direktur kita!” “Siap, Bos!” seru Jennifer riang. Dan disinilah ia berada sekarang, mengantar teh hangat untuk kedua direktur rumah sakit yang katanya cetar membahana itu! Mengapa ruang kerja mereka seakan terkucil di bagian rumah sakit ini? Seram lagi, melewati lorong panjang yang sunyi dan gelap untuk menuju kesana. Jennifer bergidik ngeri. Dia bersiul semakin keras untuk mengurangi rasa takutnya. PRAK! Jennifer berjengkit kaget ketika mendengar suara mencurigakan. Apa itu? Seperti ada yang membuka jendela dari luar! Tapi tak mungkinkan? Dia sekarang berada di lantai teratas rumah sakit, lantai 13! Apa ada yang bisa membuka jendela di lantai 13 dari luar? Masa burung bisa melakukannya? Jennifer menggelengkan kepalanya bingung. Mungkin dia salah mendengar. Jennifer baru akan melangkah ketika tatapan tertuju ke salah satu jendela kaca yang terbuka. Dengan napas tercekat dia mendekati jendela itu. Kepalanya terjulur keluar, berusaha mengamati keadaan diluar. Jennifer tak sadar jika ia terlalu menjorok keluar, ia tertarik melihat sesuatu di atas bingkai luar jendela. Apakah itu bulu burung yang berwarna hitam? Tapi burung apa yang bulunya sebesar itu? “Apa yang kau lakukan?!” Teguran suara maskulin itu mengagetkannya, Jennifer terhuyung kedepan. Matanya membelalak ketakutan memandang pemandangan dibawah yang nampak kecil saking jauhnya. Grep! Ada yang menahan dan menarik pinggangnya, hingga dia kembali ke posisi awalnya. Namun akibatnya baki yang dibawanya meluncur ke bawah. Untung satu tangan pria itu menangkap baki itu sekaligus cangkir teh diatasnya. Jennifer menatap takjub baki di tangan pria itu. Betapa lihainya dia, bahkan teh hangat didalam cangkir masih utuh tak tercecer sedikitpun diatas baki! “Tuan, Anda sangat cekatan ... “ Jeniifer mendongak dan terpaku seketika. Wajah ini, sepertinya sangat familiar baginya! Dimana ia pernah melihatnya? Mata hijaunya yang tengah menatap Jennifer membuat hati Jennifer bergetar lembut. Apa dia blasteran Korea Amerika? Sungguh perpaduan indah yang menghasilkan ketampilan nan hakiki di wajah dingin pria itu. Tak sadar Jennifer mendekatkan wajahnya untuk mengamati pria itu lebih seksama. “Apa yang kau lakukan?” Pertanyaan yang sama, keluar dari mulut yang sama, ditujukan pada orang yang sama! Tentu saja maknanya berbeda, yang pertama karena mengkhawatirkan keselamatan Jennifer .. yang kedua menanyakan akhlak gadis itu. Apa dia pikir Jennifer berniat menciumnya? Dengan wajah merona Jennifer berniat mundur, hingga sadar orang itu masih memegang pinggangnya. “Tuan, bisa melepasku?” pinta Jennifer malu. Tanpa bicara orang itu melepas pinggang Jennifer, lantas mengembalikan baki yang dipegangnya ke tangan Jennifer. Lantas, dia berlalu dari hadapan Jennifer tanpa berkata sepatah katapun lagi. Eh, baju orang itu robek lebar di punggungnya. Mengapa dia masih memakainya? Orang aneh! Tapi .. hei, dia lupa mengucapkan terimakasih pada orang aneh itu! Jeniffer mencari sosok pria itu, namun tak ada bayangannya sama sekali. Cepat sekali dia menghilang! Jennifer menghela napas panjang, kemudian melanjutkan langkahnya untuk melaksanakan tugas mengantar teh hangat pada kedua direkturnya. Dia berhenti didepan ruangan bertuliskan ‘Dr Lee’. Dia inikah dokter yang dibilang misterius, dingin namun mempesona itu? Jennifer jadi penasaran, dia mengetuk pintu dengan jantung berdebar. “Hmmmmm,” hanya terdengar dengusan dingin. Apakah dia diijinkan masuk? Pikir Jennifer bingung. Ragu, Jennifer membuka pintu kerja direkturnya. Yang dilihatnya hanya punggung kursi yang menghadap jendela. “Permisi, Dok. Saya mengantarkan secangkir teh hangat untuk Anda,” sapa Jennifer sopan. Dokter Lee tak menjawabnya, tapi tangannya terulur, menunjuk meja. Oh, dia meminta Jennifer menaruh tehnya diatas meja kerjanya. Dengan segera Jennifer melaksanakannya. Begitu selesai, tangan Dokter Lee menuding pintu. Apa dia diusir secara halus, tanpa kata? Seharusnya Jennifer melakukannya, apalagi suhu di ruangan ini terlalu dingin hingga membuatnya agak menggigil. Tapi rasa penasarannya mengalahkan segalanya. Sengaja Jennifer berjalan memutar, dia terpana begitu menyadari siapa Dokter Lee sebenarnya. Dia orang yang tadi memeluknya di tepi jendela untuk menolongnya! “Astaga, ternyata Anda Dokter Lee!” pekik Jennifer takjub. “Terimakasih atas pertolongan Anda, maaf saya tadi lupa mengucapkannya,” imbuh Jennifer sembari membungkukkan badannya penuh penghormatan. Wajah Dokter Lee tetap dingin, tak ada reaksi apapun. Jeniifer jadi gemas, apa hatinya terbuat dari es? Atau batu? “Apa Anda sedang sakit gigi, Dok?” celetuk Jennifer yang tak bisa mengontrol lidahnya. Astaga, beraninya dia mengatai atasannya seperti ini! Dokter Lee menatapnya semakin dingin, membuat Jennifer spontan menggigil. “Maaf, Dok. Anda sangat enggan berbicara, jadi saya pikir gigi Anda sedang sakit,” cengir Jennifer polos. Sesaat tatapan Dokter Lee nampak melembut, tapi sedetik kemudian kembali menjadi dingin. “Pergi!” katanya lirih namun tegas. Untung Jennifer sadar diri, dia tahu kehadirannya tak dikehendaki. Jennifer mengangguk enggan. “Baik, Dok. Maaf menganggu. Panggil saya Jeje .. eh, Jennifer kalau ada perlu.” Haisss, untuk apa dia menyebut nama panggilannya. Jeje itu nama rumahnya! Jennifer berbalik meninggalkan si dokter dingin, baru saja dia memegang gagang pintu terdengar sang dokter memanggilnya. “Jeje, siapa kamu sebenarnya? Mengapa kamu seperti tak asing?” Deg! Hati Jennifer terguncang, kini dia ingat pernah melihat Dokter Lee dimana! Dokter Lee adalah sosok dalam kabut yang sering muncul dalam mimpinya. “Daniel .. “ gumam Jennifer tak sadar. Hanya sedetik, pria itu telah berada dibelakang punggungnya dan membaliknya dengan cepat. Ia mengamati Jennifer dengan seksama. “Apakah kamu .. dia?” Jennifer spontan mengangguk, lantas menggeleng. Siapa ‘dia’ yang dimaksud Dokter Lee? Dokter Lee melepaskan tangannya dari bahu Jennifer, tatapannya kembali beku. “Kamu tak mungkin dia, kalian sangat berbeda! Pergilah.” Dia berbalik dengan langkah lunglai kembali ke kursinya dan mengarahkannya ke jendela. Setelah Jennifer pergi, Dokter Lee menghela napas berat. Dia adalah Daniel Lee, manusia terkutuk yang menjalani kehidupan abadinya. Sudah seabad berlalu, Daniel Lee masih menunggu reinkarnasi kekasihnya. Jessica yang tewas seratus tahun lalu untuk melindungi Lee setelah diperkosa dengan sadis oleh penjahat yang mengincar darah dan kekuatan Lee. Rasa bersalah Lee membuatnya terobsesi ingin menemukan kekasihnya, ia ingin minta maaf di kehidupan ini. Juga melindunginya untuk membalas budi gadisnya. Tapi sepertinya keinginannya mustahil dilakukan! Mungkin Jessica tak akan pernah ber-reinkarnasi. Padahal sesaat tadi dia sempat mengira gadis magang yang ditemuinya adalah orang itu. Saat gadis itu memanggil namanya Jeje, hati Lee berdesir. Dulu, Jessica pernah menyebut dirinya Jeje. Tapi kemudian Lee tersadar, tak mungkin gadis magang itu reinkarnasi kekasihnya. Wajah mereka berbeda, auranya juga lain. Jessica lebih tegas, matang dan sedikit judes. Gadis ini nampak polos dan kekanak-kanakan. Sekali lagi Daniel Lee menghela napas berat, mungkin selamanya dia akan hidup kesepian. Dan menghabiskan waktunya dengan berpindah-pindah tempat supaya orang tak mencurigai penampilannya yang selalu tampil muda, sambil melakukan banyak kebajikan untuk menekan aura kegelapan adalam dirinya. Daniel Lee berdiri di tepi jendela, dia memejamkan matanya. Sesaat kemudian terdengar robekan bajunya, dari balik punggungnya keluar dua sayap besar berwarna hitam. Daniel Lee membuka matanya, netra hijaunya telah berubah menjadi putih. Dia mengepakkan sayapnya lantas terbang keluar melalui jendelanya, melesat ke angkasa. Dari kejauhan nampak seseorang yang membutuhkan pertolongannya. Telinga tajam super Daniel Lee telah mendengar teriakan orang itu. Tugas telah menantinya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD