Tujuh

1432 Words
Jasmine membuka kotak makanan yang Jonathan berikan tadi. Di lihat dari tampilannya, sudah jelas kalau makan itu berasal dari tangan handal seorang Chef profesional. Jasmine mengambil sendok dan menyuapkan makan ke dala mulutnya. "Umm, enak banget" Ucapnya mengikuti seorang youtuber yang sering di tontonnya. "Jordan kamu sudah makan?" Tanya pada anak itu. "Sudah bu Jasmine," Jawab Jordan sambil mengluarkan beberapa mainan dari dalam tasnya. "Kalau begitu, ini semua Ibu habiskan ya?" Jordan mengangguk. Jasmine mengunyah makanan dengan pelan di mulutnya. 'Makan enak, sayang kalau tidak di nikmati'. Begitu prinsipnya. Jasmine kembali menyuapkan satu sendok penuh kedalam mulutnya, dia tidak sadar kalau aksinya itu di rekam oleh otak Jordan dan akan dia ceritakan pada ayahnya. Jasmine mengangkat kotak makan dan duduk di samping Jordan, dia menyodorkan sendok berisi makanan ke hadapan Jordan. "Aaa.." Katanya meminta Jordan untuk membuka mulut. Jordan terpaku namun tak urung dia membuka mulutnya, menerima suapan dari Jasmine. "Anak pintar" Ucap Jasmine seraya mengusap kepala Jordan bangga. Mata Jordan berkaca-kaca, dia tidak ingat kapan terakhir kali dia makan disuapi seperti ini. Sejak pengasuhnya di pecat, Jonathan tidak menemukan pengasuh yang cocok. Dan Jordan di tuntut untuk mandiri sejak kecil. "Mau lagi?" Tanya Jasmine, dia menyadari sikap Jordan yang lebih pendiam. Jordan mengangguk pendek lalu membuka mulutnya lebar, menerima suapan dari Jasmine. Jasmine kemudian menyuapkan lagi makanan ke Jordan dan untuknya bergantian hingga makanan itu habis. Jasmine kemudian membereskan bekas makan mereka dan membuang sampah. "Jo, main sendiri dulu iya. ibu mau mandi sebentar" "Oke bu," Ucap Jordan patuh. Jasmine hanya butuh waktu lima belas menit untuk membersihkan diri tanpa keramas. Dia tidak ingin Jordan menunggu terlalu lama. Setelah mandi dia kemudian menemani Jordan bermain, mereka memaikan semua mainan yang jordan bawa. Setelah makan siang, Jordan terlihat mengantuk dan lelah karena bermain. Jasmine membawa Jordan ke kamarnya. "Kamu tidur di sini, nggak apa-apa kan?" Tanya Jasmine tidak enak. Dia takut Jordan tidak nyaman. "Mau ibu bacakan dongeng?" Karena mengajar anak kecil, Jasmine memilki banyak buku anak di rumahnya, termasuk buku dongeng. "Ibu Jasmine mau?" Tanya Jordan antusias, selama ini kalau dia minta di bacakan dongeng, papanya selalu menolak. "Tentu. Sebentar ibu ambil bukunya." Jasmine berdiri dan mengambil beberapa buku dongeng koleksinya. "Nah, kamu mau ibu bacakan yang mana?" Jasmine membiarkan Jordan memilih cerita yang ingin dia dengar. Bocah itu terlihat membaca judul buku satu persatu. Dia lalu memilih cerita tentang Penggembala Domba dan Serigala. Jasmine mengambil buku itu dan mulai membacanya. "Pada suatu hari, di sebuah desa kecil hiduplah seorang penggembala domba..." Jasmine membalik halaman buku dan melanjutkan bacaannya. "Lalu serigala_," Jasmine menghentikan bacaanya saat melihat Jordan sudah tertidur, ada senyum yang terbit di sudut bibir bocah itu. Dia kemudian menutup buku dan mengembalikan buku ke rak kecil di sudut kamarnya. Jasmine menyalakan air conditioner lalu membetulkan letak selimut bocah itu. "Mimpi indah Jordan" Bisik Jasmine sebelum keluar dari kamarnya. Selagi bocah itu tidur, dia mulai membersihkan rumah. Mulai dari menyapu dan mengepel lantai, lalu mencuci pakaian yang terbilang sedikit, karena dia selalu mencuci pakaian tiga hari sekali. Setelah bersih-bersih, dia kembali kedalam kamar. Jordan masih tidur dengan pulas, Jasmine melirik jam di dinding kamarnya. Sudah jam setengah lima sore. itu artinya Jordan sudah tidur hampir tiga jam, mungkin tidak lama lagi Jonathan akan datang menjemput bocah itu. Jasmine memutuskan untuk menunggu tiga puluh menit lagi. Dia tidak tega mengganggu tidur pulas anak itu. Dia kemudian mengambil ponselnya dan merebahkan tubuhnya di samping Jordan. Sudah lewat dari tiga puluh menit, namun belum ada tanda-tanda kalau Jordan akan bangun. "Jo, bangun." Jasmine memutuskan untuk membangunkan anak itu. "Jordan?" Jasmine menguncang pelan tangan Jordan. Anak itu kemudian bergerak pelan dan perlahan membuka matanya. "Mama?" Katanya dan langsung memeluk Jasmine. "Mama, Jo rindu" Ucap anak itu sendu. Jasmine membalas pelukan Jordan sambil mengusap punggunya lembut. Dia berpikir kalau Jordan bermimpi tentang ibunya, dan Jasmine memaklumi itu. Pasti berat kehilangan ibu sejak kecil, sama seperti sahabatnya Mira. Wanita itu juga kehilangan ibu sejak dia kecil, jadi Jasmine tahu bagaimana rasanya, terlebih memiliki ibu tiri yang jahat. "Udah yuk, kita bersih-bersih dulu sebelum kamu pulang" Ajak Jasmine, dia melepaskan pelukan mereka. "Ayo, ibu bantu kamu mandi" Kata Jasmine lagi. Jordan berhenti. "Jo, udah besar Bu, Jo mandi sendiri aja," kata Jordan. "Benar bisa?" Jasmine bukan tidak yajin Jo bisa mandi sendiri, dia hanya tidak yajin Jordan bisa menggunakan fasilitas kamar mandinya yang ekonomis. Beda dengan kamar mandi di rumah mereka yang semuanya serba otomatis. Joradan mengangguk yakin, "Iya sudah, bu Jasmine tunggu di sini. Kalau butuh bantuan, kamu bisa panggil ibu" Kata Jasmine sambil duduk di meja makan di dapur dekat dengan kamar mandi. Dan benar saja, baru Jasmine duduk Jordan sudah memanggilnya. "Bu Jasmine, ini apa?" Tanya Jordan sambil mengeluarkan benda berwarna pink dengan gagangnya yang imut. "Itu gayung," Jawab Jasmine. "Cara pakainya bagaimana, Bu?" Tanya Jordan lagi. "Ibu masuk iya, biar ibu Jasmine bantu" Kata Jasmine seraya berdir di depan pintu kamar mandi. "Jordan malu, bu" Aku bocah itu pelan, meski pelan Jasmine masih bisa mendengarnya dengan jelas. "Iya sudah, kamu pakai handuk dulu. Biar ibu contohin gimana cara pakainya." Tidak lama Jordan membuka pintu kamar mandi, bocah melilit pinggangnya dengan handuk bersih milik Jamine. "Gini cara pakainya. Ambil airnya terus siram ke badan" Jasmine memberi contoh cara mandi menggunakan gayung. "Kamu paham?" "Paham Bu Jasmine" Jawab pria kecil itu. Jasmine kemudian keluar dari kamar mandi dan tidak lupa menutup pintunya kembali. Saat menunggu Jordan mandi pintu rumahnya di ketuk. Jasmine menebak kalau itu adalah Jonathan. Dan benar saja, pria itu berdiri di depan rumahnya saat Jasmine membuka pintu. "Silahkan masuk pak" Jasmine mempersilahkan pria itu masuk. "Jordan lagi mandi, sebentar lagi pasti selesai" Jonathan mengangguk. "Apa dia merepotkan mu?" Tanya Jonathan. Dia memberikan paper bag yang dia bawa ke hadapan Jasmine Jasmine menggeleng, "Jordan anak yang baik. Ini apa?" Tanya Jasmine menerima paper bag itu. "Sebentar lagi jam makan malam. saya membelinya. Sekalian kita makan malam bersama nanti" "Wahh, makan enak lagi" Ucapnya Jasmine tanpa sadar. Jonathan yang melihatnya tersenyum tipis. "Bu Jasmine, Jo mau gosok gigi!" Panggil Jordan dari pintu kamar mandi. Bocah itu terlihat lebih segar, di pinggangnya menggantung handuk pink milik Jasmine. Bocah kecil itu terlihat cantik, seperti perempuan. Jasmine meletakkan paperbag tadi di atas meja. Dia lalu mengambil sikat gigi yang baru dari kabinet penyimpan di dari dapur. "Pakai yang ini" Katanya. "Jo," panggil Jonathan. Melihat papanya sudah berada di sana membuat Jordan tersenyum semakin senang. "Papa, Jo gosok gigi dulu ya" Ucapnya, yang diangguki Jonathan. "Bapak mau minum apa?" Tanya Jasmine. "Kamu punya apa?" Jonathan balik bertanya. "Kopi instan, teh dan s**u" Jonathan melihat lama ke arah Jasmine. "s**u? s**u apa?" Sial, pikirannya tidak bisa dia kontrol sama sekali. "s**u murni, fresh di peras sendiri loh pak" Jawab Jasmine polos sambil mengacungkan jempolnya. Jonathan menggelengkan kepalanya ketika bayangan sesuatu semakin jelas di kepalanya. "Peternakan sapinya tidak jauh dari sini pak, sekitar lima ratus-an meter" Tambah Jasmine lagi. "Teh saja, tolong" Kata Jonathan akhirnya. Menghentikan pikirannya yang semakin jauh. Jasmine mengangguk dan berlalu ke dapur. Tidak lama Jordan keluar dari kamar mandi dan menghampiri sang ayah. "Baju kamu mana nak?" Tanya Jonathan. "Di tas papa" Jawab anak itu polos. "Mana tas kamu?" "Di kamar bu Jasmine". Uhhukk.. Tenggorokan Jonathan tiba-tiba kering, akibat kelamaan hidup selibat membuatnya pikirannya jadi kotor. "Kamar bu Jasmine di mana?" Dia kemudian berdiri. "Itu pa," Jordan menunjuk sebuah pintu kayu berwarna cokelat. "Ini teh nya pak" Jasmine keluar dari dapur dan membawa nampan berisi secangkir teh. "Saya ijin ke kamar kamu, untuk mengambil tas Jordan" Kata Jonathan meminta ijin lebih dulu. Jasmine langsung berlari dan menghalangi langkah Jonathan. "Saya saja pak" Ucapnya dan langsung masuk ke kamarnya. Jasmine tidak mungkin membiarkan seorang laki-laki dewasa memasuki area private miliknya. Terlebih laki-laki itu belum lama dia kenal. Jasmine menyambar tas milik Jordan dan membawanya keluar dari kamar. "Ini pak" Jasmine menyerahkan tas itu ke tangan Jonathan. Setelah Jordan selesai berpakaian mereka kemudian pindah ke meja makan. "Apa setelah makan, kita akan langsung pulang pa?" Tanya Jordan. Sebenarnya dia masih ingin tinggal lebih lama di rumah ini. Meski kecil tapi Jordan nyaman tinggal di dalamnya. "Iya" Jawan Jonathan pendek. Jordan meunduk lesu. "Jangan sedih, mulai besok bu Jasmine akan menemani mu" Tambah Jonathan ketika menyadari wajah mendung putranya. Jordan mengangkat kepalanya. "Benar bu?" Tanya nya pada Jasmine. Jasmine tersenyum seraya mengangguk. "Iya, ibu Jasmine akan sering-sering menemani mu" Jawab Jasmine meyakinkan. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD