Satu
Lima tahun lalu, Jasmine hanya seorang gadis desa yang merantau ke ibu kota. Awal dia di Jakarta, dia tinggal di rumah om dan Tante nya. Adik kandung dari ayahnya.
Lalu tiga tahun kemudian Jasmine memutuskan untuk tinggal sendiri, di sebuah rumah kontrakan kecil yang tidak jauh dari tempatnya mengajar. Jasmine adalah seorang guru yang mengajar di sekolah dasar, di salah satu sekolah swasta terkenal di Ibukota.
Memiliki seorang sahabat yang begitu dekat bahkan mereka sudah seperti saudara. Mira namanya, mereka sama-sama berasal dari desa.
Jasmine menyambar kunci dari slot pintu lalu keluar dan mengunci pintu kontrakannya dari luar. Jasmine menggantung tas selempangnya di bahu, lalu berdiri di depan rumah kontrakannya sambil menunggu ojek online yang sudah dia pesan.
Belum lama menunggu, sebuah motor vario berhenti di depan Jasmine. "Dengan mbak Jasmine?" Tanya pengendara motor yang khas dengan jaket hijau nya.
"Iya, benar pak," Jawab Jasmine ramah. Si driver ojek online tersebut memberikan helm pada Jasmine.
Jasmine naik ke atas motor. "Jalan pak," ucap Jasmine setelah dia duduk dengan nyaman. Hanya menempuh perjalan sekitar sepuluh menit, karena jaraknya memang dekat dan lagi tidak ada kemacetan yang mereka lewati.
"Terimakasih pak," kata Jasmine setelah dia turun dari atas motor tersebut, dia kemudian membayar ongkos sesuai dengan yang tertera di apilikasi. Wanita itu lalu melangkah melewati gerbang sekolah yang terlihat masih sepi, hari ini dia sengaja datang lebih pagi karena harus merapikan beberapa buku yang dia tinggalkan berantakan kemarin.
Memasuki ruang guru, Jasmine meletakkan tasnya di bawah meja tapi sebelumnya dia mengeluarkan sebuah roti dari tasnya. Sambil mengigit rotinya dia merapikan mejanya yang berantakan, memilah tugas murid berdasarkan kelas. Tidak lama rekan sesama guru mulai masuk ke ruangan khusus para guru sekolah dasar itu.
"Pagi Min.." Sapa seorang wanita yang sebaya dengannya, Fitri namanya. Wanita itu merupakan rekan sesama pengajar di sekolah tersebut.
"Pagi, Fit," balas Jasmine seraya tersenyum tipis.
"Rajin benar, pagi-pagi sudah tiba sekolah."
"Iya, beresin pekerjaan sisa semalam," Kata Jasmine seraya membuang sampah ke tong sampah yang tersedia di sudut ruangan.
"Bu Jasmine," Seoarang dari bagian administrasi mendatangi meja Jasmine.
"Iya," Jasmine berdiri menyambut karyawan bagian administrasi.
"Ini berkas salah satu murid baru yang akan masuk hari ini, dia akan di tempatkan di kelas mu Bu". Wanita paruh baya itu menyerahkan sebuah map ke pada Jasmine, Jasmine menerimanya dan langsung membuka berkas itu. Mengecek berkasnya sudah lengkap atau belum.
"Berskasnya sudah lengkap Bu" Kata Jasmine setelah mengecek berkas yang wanita itu berikan padanya. Wanita itu kemudian pamit setelah urusannya selesai.
"Mana coba lihat?" fitri mengambil berkas itu dan membukanya.
"Iya ampun, ganteng banget!" Katanya heboh sambil menunjukkan foto bocah kecil berukuran tiga kali empat.
"Jordan Lee," Katanya mengeja nama yang tertera di bagian atas berkas. Jasmine hanya menggeleng melihat kelakuan temannya itu.
"Eh, bapaknya duda Min." katanya lagi sambil menunjukkan berkas kehadapan Jasmine, dia menunjukkan nama yang di depannya di awali kata mendiang.
Jam menunjukkan pukul delapan pagi, yang artinya jam pelajaran akan di mulai, namun Jasmine masih akan menunggu murid baru yang akan datang. Dan tidak lama pintu ruangan itu di ketuk, seorang pria dengan setelan jas lengkap dan menggandeng seorang anak laki-laki memasuki ruangan.
Jasmine berdiri dan tersenyum ramah menyapa anak kecil itu.
"Hallo jagoan," sapanya pada anak laki-laki yang terlihat engan berpisah dari sang ayah.
"Jordan, di sapa sama Bu guru" Suara bariton itu terdengar mengalun indah masuk ke gendang telinga Jasmine, hingga membuatnya harus mengerjab berusaha fokus.
"Ha-halo Bu guru," Balas anak kecil itu gugup.
"Silahkan duduk pak," Jasmine mempersilahkan kedua orang itu duduk di depannya.
"Dengan bapak siapa?"
"Jonathan, ayah kandungnya" Jawab pria itu lugas. Jasmine menelan ludahnya gugup, dia merasa terintimidasi dengan tatapan pria itu. Jasmine menuliskan seseuatu di cacatan siswa miliknya.
"Saya Jasmine. Saya yang akan menajadi wali kelas Jordan" Pria itu hanya mengangguk, mendengar perkenalan Jasmine.
Setelah sesi perkenalan dan basa-basi singkat, Jasmine membawa Jordan masuk ke dalam kelasnya. Sementara ayah anak itu pamit dan menitipkan putranya pada sang guru.
"Pagi anak-anak!" Sapa Jasmine setelah tiba di depan kelasnya, tangannya setia menggandeng tangan Jordan.
"Pagi bu Jasmine!" balas anak -anak murid Jasmine kompak.
"Hari ini kita kedatangan teman baru, dia pindari sekolah.." Jasmine menyebut nama sekolah lama Jordan. "Jordan, perkenalkan diri kamu," Perintah Jasmine lembut.
"Hallo nam saya Jordan, biasa di panggil Jo atau Jojo" kata anak kecil itu mengenal dirinya.
"Hallo Jordan!" sapa se isi kelas dan hal itu membuat Jordan merasa di terima lalu dia menampilkan senyum manisnya. Jasmine kemudian mengantar Jordan duduk di bangkunya. Lalu dia mulai mengajar.
***
Sepuluh menit yang lalu jam sekolah untuk murid kelas satu dan dua telah berakhir, Jasmine mengambil tasnya dan menyampirkannya di bahu. Saat hendak melewati gerbang, dia melihat Jordan sedang berada di depan pos security.
"Hai," sapanya pada Jordan yang sedang berdiri sambil melihat kearah jalan raya.
"Hallo bu guru," balas Jordan sopan.
"Kamu menunggu jemputan iya?" Jordan mengangguk dua kali menanggapi pertanyaan gurunya itu.
"Mau bu guru temani?" Jasmine tidak tega melihat anak kecil itu berdiri sendirian seperti anak hilang.
Jordan melihat Jasmine dengan tatapan haru, kemudian di kembali mengangguk. Jamine tersenyum lalu membawa Jordan duduk di bangku halte yang berada tidak jauh dari gerbang sekolah.
"Kamu di jemput sama siapa?" Tanya Jasmine memulai pembicaraan.
"Papa," Jawab Jordan pendek.
"Memangnya, papa Jordan nggak kerja iya?" Jasmine berusaha ramah, agar Jordan nyaman di sampingnya.
"Papa kerja tapi, papa sudah janji akan menjemput Jo."
"Kalau bukan papa, biasanya siapa yang menjemput Jordan?"
"Pak supir,"
"Jordan suka main apa kalau di rumah?" Jasmine mengalihkan pembicaraan.
"Main robot, mobilan dan main bola sama papa" Tampaknya Jordan emang begitu dekat dengan papanya. Jasmine teringat dengan berkas Jordan, bocah itu sudah tidak punya ibu, jadi sebisa mungkin dia menahan diri untuk tidak menanyakannya.
"Oh iya? bu guru juga suka main bola, loh." Jasmine tidak berbohong dengan mengatakan suka bermain bola. Saat dia kecil di bermain dengan adik laki-lakinya yang usianya berbeda dua tahun dengannya. Saat ini adiknya sedang menempuh pendidikan di salah satu universita di Yogyakarta.
Jordan melihatnya dengan antusias, "Bu guru bisa main bola?" Tanyanya.
"Bisa dong" Jawab Jasmine sambil mengangguk.
"kapan-kapan kita main bersama" Kata Jasmine lagi.
Tidak lama sebuah mobil berwarna hitam metalik berhenti di depan mereka. Laki-laki dewasa yang Jasmine lihat pagi tadi keluar dari dalam mobil tersebut.
"Papa!" Seru Jordan menghampiri sang papa. Jasmine hanya mengangguk sopan saat di tatap oleh Jonathan.
"Papa lama, untung bu guru Jasmine temenin Jo. Jadi Jo tidak sendirian" Ceritanya.
"Terimakasih bu Jasmine," Ucap Jonathan dengan suara rendah.
"Sama-sama pak, sudah menjadi tugas saya" Balas Jasmine. Jasmine mengangkat alisnya saat dia di tatap lama oleh pria itu.
"Ada yang salah pak?" Tanyanya.
Jonathan menggeleng, "Kamu mirip dengan seseorang yang saya kenal" Ucapnya lalu dia langsung pergi membawa Jordan setelah mengatakan itu. Jasmine menggeleng cuek, mungkin wajahnya memang pasaran. Hingga banyak yang mirip dengannya.
Bersambung...