episode 11

969 Words
Bukanlah harta kekayaan yang membuat orang terlihat istimewa tetapi hati dan ketulusan yang menjadikan manusia itu sangat berharga,,,,, Sebuah motor Jupiter MX merah hitam, berhenti di parkiran universitas negri Madangkara, seorang pria bertubuh jangkung turun lalu melepaskan helemnya, matanya memperhatikan sekelilingnya mencari sosok gadis pujaan hati, namun nihil pria itu belum menemukannnya, tiba-tiba sebuah mobil nissan grand livina hitam berhenti tepat di sampingnya, mobil itu bahkan nyaria menyerempet dirinya kalau dia tak segera merapat pada motornya. Maulana mengalihkan perhatiannya pada mobil tersebut, sebuah kepala berambut jabrik menyembul dari jendela mobil tersebut, "Maulana,kau lihat tidak, mobil mahalku mau parkir, singkirkan kek motor murahanmu itu, "angkuh orang itu. Maulana hanya menghela nafas berusaha untuk sabar menghadapi pria itu, dia tak ingin memikirkan hinaan yang tak bermutu itu, ia lebih memilih kembali fokus untuk mengancingkan helmnya lalu menaruhnya di atas motor. "Boss."baru saja Maulana mau melangkah teman kosnya datang dengan mobil Ferarry merah miliknya yang dipinjamkannya, tak lupa semua barang mahal miliknya, pria itu hanya menatap ramah temannya itu. Andrian menolehkan kepalanya kebelakang,ia menyerngit melihat Maulana di panggil boss oleh seorang pengendara mobil Ferarry salah satu mobil termahal didunia, ia pun penasaran dan memutuskan untuk turun dari mobilnya lalu menghampiri mereka. "Fa, kau panggil, Kere ini boss? nggak salah? "ucapnya sinis sambil memandang Maulana dengan pandangan merendahkan. Rava, seorang pria yang mengendarai Ferarry itu langsung membuka pintu mobilnya lalu turun, ia menatap nyalang Andrian. "Kau kalau bilang jangan sembarangan, siapa yang kau panggil kere?! Ivan, itu sahabatku, lagi pula kau sekaya apa si?! suka banget menghina orang! "sungutnya. Andria tak terima dengan sikap pembelaan pria itu terhadap saingannya, ia pun menatapnya dengan tatapan menghina, "Va, kau tak pantas punya teman orang kere, sudalah! nanti kau akan menyesal sudah memanggilnya boss, "ucapnya sambil melenggang pergi setelah menabrakkan bahunya pada bahu Maulana. "Boss, dia itu siapa si? sok kenal banget, suka menghina lagi, dia tidak tau saja siapa boss, Ivan, "kesal Rava. "Sudalah, Va, biarkan saja, oh, ya,apa kau tak melihat gadisku? "tanya Maulana sambil menolehkan matanya kesana dan kemari. Pria itu nampak bingung dengan pertanyaan temannya. "Siapa? "tanyanya balik. "Firanda Firdaus, mahasiswi baru,"jawab Maulana. "Oh, dia, sepertinya lagi baca buku di halaman, tadi aku melihatnya sejenak, boss. Boss, tak usah khawatir, nanti aku akan bilang pada teman-temanku untuk membuat boss dan pacar boss itu jadi satu kelompok, "jawab Rava. "Terserah kau saja, Va, aku pergi dulu, "pamitnya sambil menepuk pelan bahu temannya itu. Reva hanya mengangkat bahu singkat, setelah itu ia juga pergi bergabung bersama teman-temannya. Maulana melangkahkan kakinya melewati gang-gang bunga yang ada di taman, dia lupa kalau kemarin dia janji membelikan gadis itu kue tart, tapi dia lupa, tak sengaja matanya menangkap sebuah bunga seruni di tengah taman, ia pun mendekatinya lalu memetik setangkai, lalu berjalan menghampiri kekasihnya. Pria itu memperhatikan gadisnya yang sepertinya tak menyadari kehadirannya, dia pun mendudukkan dirinya di samping gadis itu, lalu menaruh bunga seruni tersebut di atas buku bacaan gadisnya. Firanda menatap sejenak bunga itu, ia heran dari mana datangnya bunga tersebut, ia mendongakkan kepalanya keatas tapi tak melihat adanya pohon bunga seruni yang menjulang tinggi, ia pun menoleh kesamping mendapati sang kekasih duduk sambil memangku dagunya di atas telapak tangannya sambil memandanginya, gadis itu tersenyum lalu mengambil tangan sang kekasih dan menggenggamnya, "Kak, Lana, sudah lama? "tanyanya sambil meremas-remas pelan telapak tangan kekasihnya. "Tidak juga, "jawab Maulana sambil terus menatap gadisnya penuh kasih. "Kak, Lana, kesini naik apa? "tanya Firanda. "Motor pimjaman, hhhhh, kau tak kebertan, 'kan? "tanya Maulana memastikan. "Kak, Lana, apapun itu, tak masalah bagiku, asal bukan barang curian, "jawab Firanda penuh pengertian. Pria itu tersenyum ia merasa sangat bersukur memiliki seorang kekasih yang selalu pengertian. "Maulana...!!! "teriakan melengking mengganggu keromatisan sepasang kekasih itu, Maulana hanya menghela nafas bosan mendengar namanya di panggil seorang gadis yang selalu membuat ia dan kekasihnya selalu salah paham. Pria itu menutup wajahnya dengan satu telapak tangannya dan matanya terpejam, rasanya ia ingin membungkam mulut gadis yang sudah berteriak memanggil namanya dengan teriakan melengkingnya itu, sedang Firanda hanya terkikik geli melihat sang kekasih yang terlihat bosan, ia pun mengelus pelan punggung pria itu. Syeren berjalan cepat menghampiri pujaan hatinya, saat sudah di depannya, gadis itu menujukkan cincin berlian imitasi yang ada di jari tengahnya, ia kesal melihat pria itu tak memperhatikannya, "Mau, lihat dong! "rengeknya sambil menyodorkan telapan tangan yang ada cincinnya di jari telunjuknya. Dengan bosan, pria itu melihat sejenak cincin berlian imitasi yang ada di jari telunjuk gadis itu, "Bagus,"pujinya. Gadis itu tersenyum kegirangan lalu menarik tangannya kembali dan tanpa permisi duduk disamping kiri pria itu, "Aku beli sendiri, harganya 100 jt, "ucapnya sambil bergelayut manja di lengan Maulana tapi matanya melirik Firanda dengan pandangan merendahkan. Maulana memandang jijik gadis itu,"Barang imitasi saja di pamerkan, "batinnya. Setelah itu ia melirik sang kekasih yang tersenyum maklum, ia pun merogok saku celanya lalu mengeluarkan cincin berlian asli  Cincin bernilai satu triliun tersebut, langsung di pegangnya dengan telapak tangannya, lalu mengalihkan perhatiannya pada sang kekasih, ia mengambil jemari gadis itu lalu menyematkannya di jari manisnya tanpa perduli dengan Syeren yang sock bahkan sampai tak mengedipkan matanya,"Untukmu, maaf kemarin tak jadi membelikan kue untukmu, "katanya. Gadis itu masih tertegun dengan cincin berlian yang melingkar di jari manisnya, ia terpesona dengan cincin itu. "Ini batu akik? "tanyanya tak percaya. Dahi Maulana berkerut saat sang kekasih mengatakan itu batu akik, "Kau pikir aku pedagang batu akik, itu berlian asli, aku menemukannya di jalan, "bohongnya. Jelas dia tak menemukanya di jalan melainkan dia memesan khusus untuknya. Firanda tersenyum geli melihat kekasihnya cemberut, ia yakin pria itu tak mungkin menemukannya di jalan, "Bagus,tapi apa tak apa memberikannya untukku? "tanyanya sedikit tak enak hati. "Tentu saja,karena kau adalah kekasihku, apapun yang ku miliki boleh untukmu, "jawab Maulana sambil melirik Syeren, betniat agar gadis itu tak lagi mengganggu hubungan mereka...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD