episode 10

1817 Words
Hati berlukiskan rindu, rembulan tersenyum merayu, harapan hanya ada dalam tangisan kalbu,begitulah syair yang selalu ku dengarkan saat ku lihat gadisku menangis tersedu karena makian ibunya, ingin rasanya ku dobrak pintu ruangan itu dan ku dekap ia agar air mata itu tak lagi menetes, tapi aku takut itu justru akan semakin membuat orang tuanya murka karena merasa ada yang ingin ikut campur urusan mereka, aku hanya mampu memandang dari balik dinding kaca yang menjadi pemisah diantara kami, aku tak sanggup melihatnya yang selalu diperlakukan dengan kasar, "Sekarang kita pulang! kau tak perlu lagi perawatan rumah sakit! "ucap ibunya sambil melepas paksa selang infus yang masih menempel di punggung tangannya. Gadisku hanya diam dengan mata yang tertunduk, aku yakin dia pasti menahan tangisannya, ku tolehkan kepalaku kebelakang, rasanya aku sangat bersukur karena kakakku sedang berdiri disana dengan sebuah map hijau ditangannya entah apa isinya, mungkin tapi mungkin itu berkas pasien rumah sakit ini, segera ku langkahkan kakiku kearahnya berharap dia akan membantuku, karena aku yakin ibunya tak akan curiga bila seorang dokter yang menghalangi niatnya, "Kak, Reyhan, "panggilku. "Hm, ada apa, Van? "tanyanya padaku tanpa mengalihkan perhatiannya dari map hijau itu. "Kak, Reyhan, harus menghentikan ibunya, Firanda, mencabut selang infus,Firanda, secara paksa, "kataku berharap kakakku itu akan menutup dulu map itu lalu bergegas menolongnya, benar saja kak, Reyhan, langsung menutup map hijau itu lalu bergegas pergi keruangan kekasihku dirawat tanpa memandangku, aku juga tak ingin tinggal diam disini,segera ku ikuti kakakku. Tanpa pikir panjang dia segera membuka pintu itu lalu masuk kedalam dan aku masih mengikuti dibelakangnya, Oh, ya,Tuhan,apa yang ku lihat ini? Darah berceceran membasahi lantai keramik, kekasihku terlihat sangat pucat dan berantakan, perban dikepalanya juga ikut dilepas paksa, kenapa ada orang tua setega itu terhadap anaknya sendiri, aku segera berlari menghampirinya, "Apa yang terjadi? "tanyaku lembut sambil mengusap surai hitamnya yang berantakan. Gadisku hanya menggeleng tanpa mau memandangku, lalu ku alihkan pandanganku pada ibunya yang terlihat membereskan peralatan selama disini, wanita itu sama sekali tak mau memandang kami, lalu ku lihat kakakku yang berjalan kearah kekasihku, ia mengambil selang infus yang tergelak di lantai, kakak memungutnya lalu merapikannya. "Seharusnya anda tidak melakukan ini, nyonya, "tegurnya. Wanita itu menghentikan kegiatannya langsung berbalik menatap punggung kakakku. "Maaf, dokter, saya hanya tidak ingin putri saya berada disini, "jawabnya. Setelah itu ia kembali membereskan barang-barangnya. Aku benar-benar tak habis pikir kenapa ada orang sepertinya,apa dia tak tau kalau anaknya sedang sakit?. ****** Normal Dokter Reyhan berbalik dan menatap wanita itu,"Apakah anda sadar dengan apa yang anda katakan? putri anda itu sedang sakit, dia membutuhkan perawatan dirumah sakit, nyonya, "jelasnya dengan sabar. Wanita itu sama sekali tak perduli, ia segera memasukkan baju milik putrinya kedalam tas yang dia bawa, lalu menutupnya, setelah semua selesai,dia menegakkan tubuhnya lalu menatap dokter tersebut. "Firanda, sudah sembuh dokter, dia baik-baik saja, dia tak butuh perawatan lagi, saya akan membawanya pulang!"ucap wanita itu. Tanpa menunggu persetujuan dari sang doktet, dia langsung memegang tangan putrinya dan menariknya agar turun dari ranjang, tanpa bisa membantah gadis itu itu hanya bisa menuruti keinginan ibunya. Maulana memandang kepergian gadis itu dengan dalam, ia bisa merasakan kesedihan dan ketakutan yang dirasakannya, ia pun berjalan menghampiri kakaknya, "Kak, Reyhan, kenapa kakak diam saja, Firanda, masih sakit kak, "ucapnya sambil menunjuk pada gadis yang dibawa paksa oleh ibunya. Reyhan mengalihkan perhatiannya pada sang adik yang terlihat sangat cemas, ia pun menyentuh pelan bahu adiknya, "Orang tuanya lebih berhak atas putrinya, kakak tidak bisa menahannya,maaf,Van,"ucapnya penuh sesal. Maulana tidak bisa menyalahkan kakakknya sepenuhnya, tapi dia juga tak bisa hanya berdiam diri, pria itu segera meninggalkan ruangan itu lalu berlari menyusul sang kekasih yang tadi dibawa paksa oleh ibunya, matanya mengelilingi setiap sudut rumah sakit,tapi belum juga ia menemukan gadis itu, tak sengaja matanya mengarah pada parkiran motor, ia melihat sang kekasih berjalan dengan tertunduk lemas disana, dia kembali berlari mengejar gadis itu. "Fir...! "teriaknya sambil terus berlari. Gadis itu menghentikan langkahnya lalu berbalik dan manatap sang kekasih yang berlari kearahnya. "Fir, maafkan aku, aku tak bisa berbuat apapun? "ucap Maulana sambil mengatur nafas yang terengah-engah karena berlari. Gadis itu hanya tersenyum lalu berbalik. Maulana mengerti pasti sekarang kekasihnya itu sedang sedih, hingga dari tadi hanya diam tanpa kata,sebelum gadis itu pergi ia mencekal tanganya, "Tunggu! biar ku antar saja, kau belum pulih, Fir, aku tak yakin jika kau akan nyaman jika naik motor, aku bawa mobil, "pintanya. Firanda kembali membalikkan badannya,ia menatap teduh pria itu, ia ingin menolaknya tapi suara ibunya mengintrupsinya, "Terima saja, Fir, "ucap wanita itu. Maulana dan Firanda mengalihkan perhatiannya pada wanita itu, berbeda dari yang tadi, kini ia nampak ramah dan murah senyum, "Maaf, jika merepotkan, tolong antarkan putriku pulang! "pintanya lembut. "Iya, tante, tenang saja, "jawab Maulana sopan. Setelah wanita itu pergi dia meoleh pada kekasihnya, dia menatap gadis itu penuh tanda tanya seakan ingin mengatakan'kenapa ibumu jadi lembut? ' "Ibu suka pada, kak, Lana, "ucap Firanda seakan mengerti arti tatapan pria itu. Pria itu mengangkat kedua alisnya sambil mengangguk mengerti. "Baguslah,ayo! sekarang aku antar kau pulang,sekalian ada yang ingin aku tanyakan padamu, "ucap Maulana. Gadia itu hanya mengangguk. Maulana menggandeng tangan sang kekasih menuntunnya masuk dalam mobil Koegnisegg CCXR trevita miliknya, setelah memastikan gadis itu nyaman, dia berjalan memutar dan masuk dalam mobil lalu duduk di kursi kemudi, "Sudah siap? "tanyanya. Gadis itu mengangguk. Maulana mulai menghidupkan mesinnya lalu melajukan mobilnya, dia sengaja melajukan mobil itu kecepatan rendah, agar kekasihnya itu tak takut, "Mobil kakak bagus, pasti sangat mahal, "komentar Firanda sambil terus mengamati mobil mewah tersebut. Pria itu hanya tersenyum tipis, "Nggak, kok, Fir, tak sampai menjual tubuh untuk membelinya, "jawabnya merendah. Gadis itu hanya mengannguk, dia memperhatikan setiap jengkal dalam mobil tersebut. "Apa mobil ini bisa buat balapan? "tanyanya. Maulana kembali tersenyum, dia sangat gemas dengan pertanyaan sang kekasih, masak hal itu masih ditanyakan, mobil ini bahkan bisa menempuh kecepatan 1-100km/jm dengan 2,9 detik. "Ya, tapi aku tak suka balapan, lagi pula aku jarang menggunakan mobil ini, "jawabnya sambil fokus pada kemudinya. Gadis itu hanya tersenyum tipis. "Fir, ada yang ingin ku tanyakan padamu, "ucap Maulana sambil menoleh singkat pada gadisnya sebelum kemudian kembali fokus pada kemudinya. "Ya, ada apa, kak, Lana? "tanya Firanda penasaran. "Apa yang terjadi padamu waktu itu? kenapa kau bisa sampai luka seperti itu? "tanya Maulana. Gadis itu menunduk, lalu tersenyum tipis, "Itu semua salahku, aku berjalan sambil melamun hingga aku tak sadar ada motor berjalan kearahku, saat aku mau menghindar itu sudah terlambar dan aku terserempet, kepalaku membentur batu, "jawabnya. Maulana ikut sendih mendengarnya, bagaimana pun juga, ia merasa ikut andil dalam bencana yang menimpa kekasihnya itu, karena dia yang lebih perduli pada gadis lain dan mengabaikan perasaan gadisnya, kecelakaan itu terjadi, "Maaf, aku janji tidak akan mengecewakanmu lagi, Fir, "janjinya. Gadis itu hanya tersenyum, ia merasa lega karena sang kekasih ternyata mengerti. "Oh, ya, katanya, kaka, Lana, tadi pergi kekampus untuk melihat pengumuman? lalu hasilnya bagaimana? apa aku lulus? "tanya Firanda mengalihkan pembicaraan. Pria itu menganggu sambil tersenyum bangga. "Kita lulus, Fir, besok kita harus masuk untuk mendengarkan pengumuman ospek, tapi jika kau masih sakit, lebih baik kau istirahat dulu, aku akan kirimkan infonya yang terlengkap padamu, jadi tenang saja, "jawabnya. "Tidak, terima kasih, besok aku akan masuk, jika Tuhan mengizinkan," balas Firanda. Setelah itu Maulana kembali fokus pada kemudinya dan mengantarkan gadis itu selamat sampai tujuan. ***** Setiap ucapan yang kita keluarkan pasti akan disaksikan oleh dua orang malaikat karena itu hendaknya kita selalu menjaga ucapan kita, agar tak dimintai pertanggung jawaban kelak dihari akhir, kalimat itu selalu ku genggam hingga kini, karena itu saat aku berjanji pada seseorang aku pasti berusaha untuk menepatinya, seperti janjiku pada gadis yang paling ku kasihi. Langkah panjangku menuruni anak tangga lantai dua kamarku, kemarin aku sengaja pulang kekeluargaku dan tak kekos-kosan bersama teman-temanku, ya, karena hari ibuku baru datang dari Amerika, jadi tak enak jika aku tak menyambutnya,"Ivan, anak mama,"sapanya saat kakiku baru saja selesai menuruni tangga paling bawah. Ibu ku itu sangat cantik, tapi terkadang suka membedakan kasta, dan aku selalu memakluminya, aku berjalan menghampiri ibu yang sudah merentangkan kedua tangannya padaku, mintak dipeluk dan tentu saja aku mengabulkan keinginanku, "Lama tak bertemu, mama, "ucapku menyambutnya sambil memeluk erat tubuh sedikit pendeknya. "Iya, sayang, "balas ibu sambil melepaskan pelukannya. Dia menggandeng lenganku membawaku duduk di sofa dan dia pun duduk disampingku, tangannya beralih pada telapak tanganku lalu menggenggamnya erat, perasaanku sungguh tak enak, aku yakin dia pasti akan membicarakan masalah perjodohanku dengan Keysya dan aku tak mungkin menyetujuinya karena aku sudah punya Firanda sebagai kekasihku. "Sayang, mama dengar dari, Keysya, kamu sudah punya kekasih?"tanyanya. Aku hanya mengangguk, dasar si Keysya mulutnya ember suka sekali dia mengadu pada ibuku. "Mama, tidak masalah jika kau sudah punya kekasih." Apa? Aku tidak salah dengar, 'kan? ibuku mengizinkanku memilih pasangan hidupku sendiri, aku merasa sangat bahagia, tapi kenapa perasaanku masih tidak enak? "Mama, memang tidak melarang, tapi kamu juga harus pilih yang benar, mama tidak mau kalau kamu asal comot, ibarat berlian, kamu paling ahli untuk memilih mana yang asli dan imitasi, karena itu gadis juga sama, pilihlah yang asli gadis, bukan gadis tapi janda, selain itu kamu juga harus lihat bibit bebet dan bobotnya, mama tidak mau kamu berjalan dengan orang yang tak sepadan, "ucapnya lembut namun seperti sebuah sindiran untukku. Sudah ku bilang, ibuku itu selalu mengutamakan status sosialnya, aku hanya tersenyum menanggapinya, "Ibu tenang saja, aku tidak akan salah pilih gadis, "jawabku meyakinkan. Ibuku pun tersenyum lega, aku baru ingat kalau hari ini harus pergi kekampus untuk menerima pengumuman untuk ospek besok, aku pun segera bangkit lalu berpamitan pada ibuku. "Ma, maaf, aku harus pergi kekampus, ada pengumuman penting, Ivan, pergi dulu, "pamitku seraya bangkit dari tempat dudukku dan ibuku hanya menggelengkan kepalanya,mungkin dia berfikir kenapa aku suka sekali menjadi anak kuliahan. Aku segera mengambil kunci mobil Ferarry ku dan pergi kekosan, sesampainya disana aku segera masuk dan mengganti bajuku dengab kemeja kotak merah hitam, celana jins murahan serta mengambil tas usang milikku, setelah itu aku mengambil kunci motor jupiter MX merah hitan milik temanku eheheh, ya, aku memang pinjam motor ini, sebagai gantinya mobilku juga ku pinjamkan padanya, setelah beres aku langsung pergi, "Rafa, aku pergi dulu, mobilnya aku sudah parkir dihalaman, "pamitku. "Ok, boss, hati-hati,"jawabnya sambil melambaikan tangannya,setelah itu aku langsung pergi menaiki motor itu. Hai, up lagi ya... Sekalian baca juga ceritaku yang lain. 1.GNI Love Story kisah seorang pria keturuan Korea selatan pemilik GNI group yang jatuh cinta pada salah satu member barunya sekaligus peserta lomba event cipta n****+ bertema GNI, tapi gadis itu justru lebih dekat dengan HRDnya seorang pria cantik keturuanan German, bagaimanakah kisah mereka. genre:komedi romace Until the end of time. seorang pria yang memiliki seorang istri anak SMA,dia memiliki seorang adik yang wajahnya mirip dengannya, sang adik ternyata juga jatuh cinta pada istrinya, bagaimakah dia harus menentukan pilihannya. Genre:Sad Romace   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD