12. Khape

1438 Words
"Lo pasti sedih ya, karena diskors dari tempat les?" Becca tampak ikut sedih mendengar bahwa Zulla diskors selama dua kali pertemuan karena masalah Yudha dengan Gladys waktu itu. Terdengar desahan pelan dari Zulla. Gadis itu tidak bisa apa-apa juga, apalagi menyalahkan Yudha. Kalau Zulla melakukan itu, yang ada dia akan membuat adiknya semakin merasa bersalah. "Ya gue anggep aja ini hadiah waktu dari Yudha buat gue karena selama ini gue selalu sibuk sekolah dan les." Zulla berusaha mengambil sisi positifnya saja dari kejadian ini. Di depan mereka ada martabak manis delapan rasa. Kedua gadis itu sedang jalan-jalan di hari minggu ini karena kebetulan Zulla juga tidak ada kesibukan. Selain itu, hari ini menjadi hari di mana Vanko mentraktir martabak manis pada Zulla karena nilai lelaki itu lebih rendah dari Zulla. Hasil dari ulangan seni budaya kapan lalu, Zulla tetap menjadi pemenang. Meski gadis itu mengatakan bahwa dia tidak belajar, namun nilainya tetap mendapat angka sempurna. Sedangkan Vanko, dia hanya sampai batas rata-rata saja. Hari ini, mereka memilih bertemu di kafe yang sedang ramai karena memiliki menu martabak manis delapan rasa. Memang, martabak manis seperti itu sudah bukan hal baru. Namun yang membedakannya, kafe itu milik salah satu member boyband Korea yang cukup terkenal. Zulla sangat mengidolakannya, dan dia selalu tidak ada kesempatan untuk datang ke kafe tersebut. Baru sekarang Zulla bisa masuk ke kafe ini. Banyak lukisan hasil tangan sang pemilik kafe yang ditempel di dinding kafe. Bahkan ada ruangan kecil yang digunakan buat pameran untuk karya-karyanya. Zulla sangat senang bisa masuk ke sini, meski tadi dia harus mengantre sekitar satu setengah jam supaya mendapat tempat duduk. Di hari-hari biasa Song Khape sudah ramai, apalagi hari libur begini. Bisa tiga kali lipat ramainya. Song Khape, nama kafe tempat Zulla dan Becca nongkrong pagi hari ini. Diambil dari marga member boyband itu dan Khape berarti kafe. Ya, pemilik kafe tersebut adalah salah satu rapper dari grup boyband bernama Winner. Lelaki tampan berbadan kurus itu sudah membuka kafe di beberapa tempat yang ada di empat negara, salah satunya di Indonesia karena untuk memanjakan penggemarnya. Termasuk Zulla, dia sangat menyukai rapper yang pandai melukis tersebut. "Ngomong-ngomong, siapa nama member Winner yang punya kafe ini?" tanya Becca karena dia selalu lupa meski Zulla sudah memberi tahunya berulang kali. "Song Mino. Mino Oppa, lelaki paling tampan yang ada di muka bumi ini." jawabnya sembari menatap ke arah salah satu lukisannya yang tergantung di dinding, seolah-olah lukisan itu adalah Mino. Begitulah cara Zulla memperkenalkan Mino pada Becca. Terlihat sangat berlebihan, tapi wajar bagi orang yang mengidolakannya. Kepala Becca juga langsung mengangguk mengerti agar Zulla tidak lanjut mengkhayal ini dan itu. "Sorry, gue telat." suara bass dari seorang lelaki yang bertugas mentraktir Zulla karena kalah akhirnya datang juga. Bisa dilihat, Vanko terengah-engah menerobos banyaknya barisan pada perempuan di luar kafe yang sedang mengantre di luar. Untung saja, Vanko berhasil menerobos dan memberikan bukti pada keamanan bahwa dia sudah ditunggu temannya di dalam. "Enggak masalah. Lo enggak dateng juga gue enggak marah kok, yang penting martabaknya aja ditepatin." tawa Zulla seraya memasukkan martabak ke dalam mulutnya. Ini sudah potongan kedua yang dimakan Zulla. Sedangkan Becca, satu potong saja belum habis. "Pinter ya lo kalau dalam urusan nyakitin hati orang." cibir Vanko. Antara Zulla dan Becca tertawa mendengar apa yang dikatakan Vanko barusan. Namun pada akhirnya, mereka menikmati martabak manis bersama di sana. Selain martabak manis, tentunya ada juga menu lainnya di sana. Salah satu menu yang hits ada tteokbokki. Banyak orang berdatangan dan mengantre hanya untuk membeli seporsi tteokbokki. "Mau pesen menu yang lain?" tawar Vanko. "Huuu... Lagi banyak duit nih kayaknya." goda Zulla sambil menatap Vanko dengan tatapan yang sulit diartikan. Tanpa pikir panjang, Zulla langsung memesan tteokbokki yang dia inginkan. Selain itu, Vanko juga memperbolehkan Becca memesan menu yang lainnya. Vanko bilang, dia yang akan mentraktir kedua gadis itu di Song Khape hari ini. Bisa jalan-jalan seperti ini adalah momen yang sangat jarang bisa mereka lakukan. Selain karena Zulla les musik, Becca juga kadang ke rumah tantenya yang seorang pengrajin tembikar. Gadis itu bilang kalau dia ingin menjadi pengrajin tembikar seperti tantenya. Bagi Zulla, teman gadisnya itu beruntung karena dia tidak perlu membayar tempat les buat belajar membuat tembikar. "Tapi ngomong-ngomong, apa Mino Oppa pernah dateng ke sini?" "Pernah beberapa kali, tapi enggak bisa dipastiin kapan Mino Oppa bakal dateng." angguk Zulla. Kening Vanko mengerut mendengar nama Mino. Dia sedikit kurang nyambung dalam obrolan kedua gadis di samping kanan dan kirinya itu. "Mino? Siapa tuh?" "Ish... Yang punya kafe ini." kesal Zulla karena Vanko belum tahu juga arah obrolan mereka. Tanpa memikirkan orang yang mengantre di luar, ketiga remaja itu tetap lahap menikmati menu yang sudah mereka pesan. Hanya saja, Vanko merasa bahwa tteokbokki kurang cocok dengan lidahnya. Namun dia berusaha memakannya karena Zulla menyukai makanan tersebut. Tawa menghiasi acara kumpul-kumpul mereka hari ini. Kebetulan Vanko membawa mobil dan sopirnya, jadi mereka tidak perlu pusing-pusing mencari kendaraan saat akan melanjutkan jalan-jalan ke tempat yang mereka inginkan.   ***   "Lakukan latihan selama lima menit lagi, lalu kita akhiri latihannya!" seru seorang pelatih renang di tempat Yudha les selama ini. Pelatih tadi pergi dari area kolam renang lalu bertemu dengan beberapa orang tua yang ingin mempercayakan anak-anaknya berlatih renang di sana. Latihan kali ini, Yudha sedikit tidak fokus. Lelaki itu kepikiran kakaknya yang tidak boleh ikut les selama dua kali pertemuan. "Lo hari ini kenapa, Yud?" tanya salah satu teman Yudha yang juga berlatih di sana. "Enggak, emang gue kenapa?" Yudha malah balik bertanya, dia pura-pura tidak tahu saja atas apa yang dia rasakan kali ini. Di sana, ada banyak anak lainnya yang juga berlatih renang dan memiliki mimpi yang sama. Ingin menjadi atlet renang di kemudian hari. "Lo murung banget hari ini." katanya sambil terus mengayuhkan tangan dan kakinya menerjang air kolam. Yudha terkekeh saja mendengarnya. Dia tidak tahu kalau ternyata wajahnya sangat kentara. Padahal Yudha sudah mencoba biasa saja. Tapi tetap saja ketahuan. Prit!!! Suara peluit terdengar, itu artinya latihan mereka sudah selesai. Satu persatu dari mereka langsung mentas dari kolam dan berbaris menghadap pelatih. "Oke, latihan hari ini cukup. PR kalian nanti di rumah, lakukan plank selama dua menit sebanyak lima kali." kata sang pelatih tadi seraya melihat semua muridnya. "Siap, coach!" jawab semuanya dengan tegas. Latihan benar-benar selesai. Semua anak-anak serta Yudha pun langsung bergegas ke ruang ganti. Dia akan mandi dan langsung mengganti pakaiannya lalu pulang. Walau hatinya masih belum membaik karena merasa bersalah. "Semoga Kak Zulla ngerti untuk kali ini." desahnya di bawah shower seraya mengusap-usap kepalanya dengan shampoo.   ***   Acara jalan-jalan bersama Becca dan Vanko selesai sudah. Zulla puas bisa jalan-jalan bersama mereka, melepas penat yang ada. Gadis itu segera memasuki kamar adiknya. Di rumah sangat sepi, ayahnya sudah mulai bekerja di rumah sakit lagi dan mungkin Erika sedang beristirahat di kamarnya. Cklek! "Yud..." panggil Zulla pelan seraya mengedarkan pandangan mencari keberadaan sang adik. Pelan dan pasti, Zulla memasuki kamar adiknya lalu dia duduk di ranjang. Tak segan-segan dia juga membaringkan badannya di sana karena merasa lelah. Tak lama, Yudha keluar dari kamar mandi dan langsung dia mendekati kakaknya. "Lo udah pulang, Kak?" tanya Yudha basa-basi untuk menutupi perasaan tak enaknya pada Zulla setiap mengingat les musik kakaknya. "Eum... Capek banget gue." keluhnya pada sang adik tercinta. Agar tidak terlihat sangat menyesal oleh Zulla, lelaki kecil itu memilih melihat barang apa yang dibawa Zulla pulang. Ada dua paper bag yang Zulla letakkan di atas kasur tidurnya. "Gue beliin yangnyeom chicken buat lo." ujar Zulla lirih dalam kondisi mata terpejam. "Yangnyeom chicken? Wah... Ini lo beli di kafe Song Khape itu, Kak?" Yudha pun tampak antusias mendengar Zulla membelikannya makanan. "Eum... Tadi gue ke sana sama Vanko sama Becca." Mata Yudha berbinar-binar hanya mendengar namanya saja. Dia pasti akan memakannya nanti saat lapar, sayangnya tadi dia sudah makan saat perjalanan pulang dari tempat les renang. "Kak, gue mi-" "Hah... Gue capek, mau tidur di kamar." Zulla langsung bangun sebelum dia mendengar kelanjutan kata-kata Yudha. Yudha pikir, kakaknya masih marah padanya makanya tidak mau mendengarnya bicara. Hal ini semakin membuat Yudha sedih saja. Paper bag satunya sudah dibawa oleh Zulla lagi, gadis itu sekarang menatap adiknya dengan penuh senyuman di wajah ayunya. "Thanks ya Yud, karena lo, gue jadi bisa jalan-jalan lagi sama temen-temen gue. Kangen banget gue bisa jalan-jalan begini. Gue enggak marah kok karena diskors dua kali pertemuan. Gue malah mau bilang makasih banyak sama lo." kata Zulla tulus, karena dia memang merindukan momen jalan-jalan seperti tadi. Kata-kata Zulla berhasil membuat Yudha melongo. Bahkan sampai Zulla benar-benar tidak ada di kamarnya lagi, Yudha masih tidak menyangka kalau kakaknya akan bilang begitu. Namun harus Yudha akui, dia merasa lebih lega setelah mendengar perkataan Zulla barusan. *** Next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD