Chapter 10

1437 Words
Hari ini Emily bisa menikmati weekendnya dengan tenang tanpa gangguan panggilan dari Naura, Emily benar-benar bisa tidur dengan puas sampai pintu bellnya di tekan berkali-kali membuat telinganya terganggu, dan berakhir membuat Emily terpaksa bangun. Sekilas Emily tak melihat keberadaan Max di manapun, Emily terus berjalan membukakan pintu di mana Diana sudah berdiri di depan pintu apartemennya dengan cengiran menyebalkan. “Ada apa mengganggu hari liburku yang singkat ini?” ketus Emily, tanpa permisi Diana masuk ke dalam apartemen. “Aku tidak melihat Max, di mana dia?” “Mungkin di kamar lagi tidur, kau hampiri saja dia, aku ingin tidur lagi.” “Aku ingin mengajaknya pergi hari ini, ada hal yang harus aku kerjakan dengannya.” ucap Diana. Tangan Emily mengibas. “Terserah kau saja, aku mau lanjut istirahat.” katanya sembari berjalan gontai kembali ke kamar. Diana berdecih pelan, ia segera menuju ke kamar yang di tempati oleh Max, lelaki humanoid itu tengah mengisi dayanya di aliran listrik. Diana mencabut kabel yang membantu Max mengisi daya, robot itu membuka matanya, bibirnya terbuka mengeluarkan kalimat. “Isi daya belum selesai.” lantas kepala Max menoleh pelan ke arah Diana, mungkin jika Emily melihat ini gadis itu akan kabur ketakutan. “Ayo, kau harus segera di perbaharui agar tidak terlalu sering mengisi daya ke listrik seperti itu.” Diana menekan tombol rahasia yang berada di belakang telinga Max. Setelah itu Max mengikuti Diana tanpa mengatakan apapun. Sementara Emily masih tidur dengan nyenyak di dalam gelungan selimut hangat, sampai pintu apartemennya kembali di tekan, tidurnya kembali terganggu, Emily sampai menutupi telinganya dengan bantal tapi bel yang di tekan buru-buru itu benar-benar menyebalkan, semakin di biarkan, semakin menjadi-jadi orang yang menekan bel pintu itu. Dengan malas Emily berjalan ke pintu, untuk kedua kalinya ia terganggu dalam tidur gara-gara bel di hari ini, mungkin lain kali ia akan menghilangkan bell pintu agar tidak ada yang mengganggunya. Tadinya Emily pikir itu adalah ulah Diana, ia membuka pintu tanpa melihat ke sensor depan pintu, tamu yang tak terduga mendorong pintu Emily dan masuk tanpa permisi. Kesadaran Emily pulih sembilan puluh persen melihat laki-laki bermasker hitam dan bertopi coklat itu masuk ke dalam apartemennya. “Siapa kau?!” ujar Emily menuding lelaki asing tersebut, jangan sampai lelaki itu adalah orang jahat yang akan memanfaatkan Emily di saat tidak ada orang lain di apartemen itu selain Emily dan lelaki asing di depannya ini. Masker dan topi di lepas sehingga Emily dapat melihat sosok lelaki yang ada di depannya ini, bola mata Emily membulat lebar. “Raffael?” gumam Emily kaget, bagaimana bisa selebriti terkenal datang ke apartemennya? Sementara kondisi Emily sekarang adalah wajah kusut, ada lipatan di wajahnya dan rambut yang acak-acakan, baju tidur doraemon dan juga sendal rumahan berkepala boneka sapi. Penampilannya sangat mengerikan di depan seorang selebritis terkenal seperti Raffael. “Apa kau biang ulah dari penyebaran skandal itu?” Raffael balik menuding Emily, terlihat sangat jelas jika lelaki itu tidak dalam kondisi sedang akan beramah tamah, matanya yang berkilat amarah terlihat jelas. Apa ini berkaitan dengan artikel yang Emily terbitkan kemarin? Tapi itu yang menyuruhnya adalah Mrs, White. Emily tak ada keberanian menolak tugas dari wanita itu. “Ulah apa maksudmu?” “Tidak perlu berpura-pura, kau yang membuat artikel yang sekarang menjadi trending topik di internet. Sekarang hapus artikel itu, ganti dengan kalimat yang lebih baik. Aku dan wanita di foto itu tidak berkencan, dia adikku!” ujar Raffael kesal. “gara-gara kau, sekarang posisi adikku dalam bahaya!” tambahnya. Masih belum sepenuhnya sadar, Emily tidak begitu yakin jika di depannya ini adalah sosok Raffael. Matanya berkedip-kedip. Emily mengusap kelopak matanya,“Apa aku sedang mimpi? Aku baru bangun dan di hadapkan kemarahan dari selebriti terkenal semacam Raffael Kingston?” Raffael menarik tangan Emily kasar. “Jangan bersikap bodoh, ini bukan mimpi dan aku kesal denganmu, jangan membuatku bersikap kasar dengan apa yang kau lakukan.” geramnya. “Aku melakukan apa?” tanya Emily yang masih membiarkan Raffael memegangi tangannya. “Kau yang menyebarkan Artikel itu, maka kau juga yang bisa menghapusnya, segera kau hapus atau aku pastikan kau akan segera kehilangan pekerjaanmu.” Emily langsung menarik tangannya dari Raffael. “Aku tidak bisa menghapusnya! Mrs, White yang menyuruhku membuat artikel itu. Harusnya kau mengatakan ini padanya, selain aku dia juga bisa menghapus artikelmu. Lagi pula dengan terbitnya artikel itu kau bisa tambah terkenal.” Emily berkata sembari memalingkan wajah, dengan artikel itu juga ia akan mendapatkan bayaran lebih bulan ini. Bonus tambahan lain adalah Emily bisa melihat selebriti terkenal datang ke rumahnya tanpa ia undang, andai saja di apartemennya ada kamera, mungkin berita ini akan jauh lebih megah dari sebelumnya, seorang Raffael Kingston datang ke rumah seorang gadis biasa untuk mengancam gadis tersebut agar menghapus artikel tentangnya, pikiran Emily justru semakin jahil. Tapi Emily segera sadar, yang ia hadapi sekarang adalah orang terkenal, Raffael Kingston, jika ia berani melawan mungkin ia benar-benar akan kehilangan pekerjaan sebagai admin di perusahaan yang sekarang tempatnya memulai karir, walaupun Emily sendiri mulai bosan bekerja di sana. “Berapa uang yang kamu butuhkan untuk menghapus Artikel itu?” “Apa?! Tidak semudah itu, meskipun aku yang menerbitkan artikelnya, aku juga butuh persetujuan untuk menghapusnya!” sahut Emily. “Aku tidak peduli! Besok, Artikel itu sudah tidak ada atau kau yang akan jadi terkenal selanjutnya, dalam artian yang buruk.” ancam Raffael, lelaki itu memakai maskernya kembali. “HEI!” Emily menarik tangan Raffael sebelum lelaki itu keluar. “kau tidak bisa mengancamku, seberapa banyak pun kau ingin membayarku, bagaimana jika aku di pecat dari perusahaan itu jika aku ketahuan menghapus artikelmu secara permanen?” ujar Emily. “Itu urusanmu.” “Lelaki macam apa kau ini. Siapa yang membiayaiku jika aku tidak punya pekerjaan?” “Kau bisa mencari pekerjaan lain.” Raffael melepaskan tangan Emily dari lengannya. “dan jangan mencari kesempatan untuk bisa memegangku.” “Apa? Bukankah kau yang lebih dulu memegangku tadi?!” ujar Emily tak terima. “Lima puluh ribu dolar, aku rasa itu cukup untukmu menghapus artikel itu.” “Lantas jaminanku jika aku di pecat apa? Lima puluh itu sangat kurang untukku apalagi aku harus mencari pekerjaan baru jika di pecat.” Emily memainkan alisnya naik turun, sebenarnya ia memang ingin keluar dari perusahaan itu, hanya saja rekan kerjanya cukup baik sehingga sampai sekarang Emily mempertahankan pekerjaan tersebut, alasan lainnya karena saldonya pun juga menipis. Raffael terdiam untuk sesaat, memperhatikan Emily dari kepala sampai kaki, sekarang memang hari libur dan perempuan ini pasti sedang menikmati kemalasan di hari liburnya. Rambut bagaikan rambut singa jantan yang tidak beraturan, wajahnya terlihat ada beberapa sisa lipatan bantal, baju kekanakan berwarna biru bergambar kucing, dan sendal putih berkepala sapi. Bisa-bisanya ia berurusan dengan wanita seperti itu, ia harap ini adalah kali terakhir seorang selebriti sepertinya berurusan dengan perempuan seperti Emily ini, lagi pula jika Emily di pecat berarti itu hal yang bagus, tidak akan ada artikel lagi yang di buat oleh perempuan ini. “Baiklah, seratus ribu dolar tapi kau juga harus sekalian mengundurkan diri dari perusahaan itu.” kata Raffael putus dan tak bisa di tawar lagi. “Baik setuju, mana nomermu, nanti akan aku kirimkan rekeningku untuk kau isi saldonya.” “Kau sangat mata duitan.” cibir Raffael. “Itulah gunanya kenapa aku bekerja.” jawab Emily senang, dengan uang seratus ribu itu, ia bisa bersantai setidanya selama dua minggu untuk menikmati waktu sendirinya tanpa pekerjaan. Emily mengambil ponsel Raffael, menyalin nomernya ke dalam ponsel lelaki itu dan tak lupa mendial nomornya sendiri hingga suara ponsel berdering dari arah kamar berbunyi, Emily tersenyum senang, ia punya nomor ponsel dari seorang selebriti seperti Raffael tanpa harus menjadi hacker. Raffael merebut kembali ponselnya. “Aku kirim setelah kau menghapus artikelnya.” “Bagaimana jika kau kirim setengahnya dulu, lalu setengahnya jika aku sudah menghapusnya secara permanen?” Emily mengedipkan sebelah matanya, ia pasti terlihat seperti wanita mata duitan, tapi Emily tak peduli, lagi pula kapan lagi ia memalak seorang artis seperti Raffael Kingston? Lagian uang seratus ribu dolar pasti tidak seberapa bagi lelaki itu. Raffael menghembuskan nafasnya, “Kirimkan rekeningmu nanti, dan kau akan mendapatkan bayaran setengahnya lebih dulu sampai kau menghapus semuanya.” “Setuju! Tapi jika kau tidak memegang janjimu maka aku akan membuat Artikel tentangmu lebih banyak lagi, termasuk kedatanganmu yang tiba-tiba ke rumahku hari ini.” “KAU!” geram Raffael. “Siapa suruh mengganggu hari istirahatku.” umpat Emily dalam hati, Raffael terlihat mengepalkan tangannya sebelum keluar dari apartemen Emily. Emily menghembuskan nafasnya, ia harus mulai mencari pekerjaan baru mulai sekarang, tapi omong-omong apa Diana sudah membawa Max pergi? Emily melihat ke arah dapur, apartemennya terasa kosong, sepertinya Diana dan Max memang sedang di luar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD