When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Mengapa orang-orang ini justru mengumpat setelah ditolong?! Ah, apakah pertempuran yang melelahkan ini membuat otak kalian bergeser?” Zhou Fu menggerutu kesal setelah mendengar u*****n yang diberikan Xu Xiaofei padanya. “Jawab pertanyaanku, b******n Tengik! Di mana cucu perempuanku?!” Xu Xiaofei mengulang pertanyaannya, kali ini dengan nada yang lebih kasar. “Cucu kakek berada di tempat yang aman, meski tak begitu nyaman. Dia memintaku untuk menyelamatkan nyawa kakeknya, jadi tolong simpan u*****n-u*****n kakek untuk nanti. Masih ada satu musuh yang perlu kita habisi!” “b******n Tengik, sombong sekali bocah ingusan ini! Kau pikir siapa Mao Mingzao? Aku bisa saja menghabisimu dengan satu jari kelingking, tapi lihat tubuhku! Mao Mingzao bahkan telah membuatku hampir kehilangan nyawa!” Z