“Mau ikut tidak?” Zhou Fu yang sudah berpakaian rapi mendatangi Shen Shen dan menceritakan tentang keberuntungannya beberapa saat lalu, ia pun mengajak Shen Shen untuk beristirahat dan makan di kamarnya. Bukannya senang, Shen Shen justru menunjukkan ekspresi cemberut ketika mendengar kabar baik dari Zhou Fu. Ia hanya memberi anggukan kecil sedang kepalanya menoleh ke kiri dan dua tangannya dilipat di depan d**a. Shen Shen sepertinya merasa kesal dan malu karena harus menerima bantuan dari orang yang sudah ia ejek beberapa waktu lalu.
“Akan kuhitung berapa biaya bantuan yang kau berikan. Setelah sampai di Caihong, aku akan membayarnya dua kali lipat! Ingat itu!” Shen Shen yang tak mau harga dirinya jatuh, segera menyombongkan diri dengan menganggap bantuan Zhou Fu sebagai sebuah hutang.
“Terserah apa katamu, yang jelas ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan padamu, tapi sebelumnya makan dan istirahatlah dulu,” Zhou Fu menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan perempuan tua yang seharusnya bisa bertingkah lebih dewasa ketimbang dirinya.
Zhou Fu berkata jujur tentang hal penting yang ingin ia katakan pada Shen Shen. Akan tetapi, ia memutuskan untuk meminta Shen Shen makan dan istirahat dulu sebab khawatir jika apa yang ingin ia tanyakan akan membuat Shen Shen kehilangan nafsu makan.
Di dalam penginapan, Shen Shen tampak dengan sangat lahap memakan aneka hidangan hingga ia tak sadar jika Zhou Fu sedang mengamatinya dengan serius. Zhou Fu sedang memikirkan tentang bagaimana mengawali pertanyaan yang mengganggu pikirannya saat itu. Karena penasaran di hatinya semakin tidak bisa diobati, Zhou Fu melontarkan pertanyaan tanpa permisi.
“Shen Shen, apakah kau mengenal dengan seseorang yang dijuluki sebagai Tuang Zhengyi dari Caihong?”
Shen Shen menghentikan makan, ia meletakkan sumpit lalu meneguk segelas air. Shen Shen pun mengernyitkan kening lalu bertanya, “seingatku, aku belum pernah bercerita sedikit pun tentang ayahku.”
“Jadi benar, Tuan Zhengyi adalah ayahmu?” Zhou Fu berbisik.
“Ya, semua orang Caihong mengenal…
Zhou Fu melompat dari tempat duduknya dan segera menutup mulut Shen Shen. Shen Shen memberontak tetapi Zhou Fu memberi isyarat agar ia mendengar dulu penjelasan dari Zhou Fu.
“Ehm, begini… Beberapa saat lalu ketika aku hendak keluar penginapan dan menemuimu, aku berpapasan dengan beberapa orang yang juga kebetulan menginap di sini, satu diantaranya menyebut namamu. Tapi ada yang aneh, maka aku pun menguping sebentar. Kau tahu, kata mereka…
Zhou Fu mendekatkan bibirnya ke telinga Shen Shen,”mereka mengatakan jika Shen Shen puteri dari Tuan Zhengyi sudah tewas dalam perjalanan ketika menuju pertemuan antar pelajar.”
Shen Shen menelan ludah berkali-kali, ia tak menyangka jika orang-orang menganggap hilangnya dirinya sebagai sebuah kematian. Tapi keterkejutannya belum selesai sebab raut wajah Zhou Fu seperti masih menyimpan sesuatu yang belum terungkapkan.
“Lanjutkan informasimu,” Shen Shen meneguhkan hati untuk mendengar hal lain yang mungkin akan dikatakan oleh Zhou Fu.
“Apakah kau mengenal Yang Zi?” Zhou Fu bertanya tanpa suara.
Bulu kuduk Shen Shen berdiri, ia tak menduga nama itu yang akan diucapkan oleh Zhou Fu. Ia tak ingin mendengar apa-apa lagi dari Zhou Fu tapi sebagian hatinya justru berkata berlawanan.
“Teruskan saja informasimu, kukira aku tak perlu menjawabnya.”
Zhou Fu menelan ludah beberapa kali. Ia mencoba memilih kata-kata yang paling baik diantara yang buruk. Tapi, perbendaharaan kosa katanya tak menunjukkan adanya pilihan kata yang baik untuk mengabarkan berita yang buruk.
“Yang Zi, dia menghilang.”
Shen Shen menutup mulutnya dengan kedua tangan. Matanya berkaca-kaca, kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan.
“Tidak… Tidak mungkin! Adikku pasti menghilang untuk mencariku…”
“Sayangnya, kabar yang tersebar bukan demikian!” Zhou Fu melanjutkan.
“Lalu? Apa yang terjadi dengan adikku Yang Zi?” Shen Shen mengguncang-guncang tubuh Zhou Fu berharap remaja itu segera memberinya kepastian.
“Yang Zi menghilang dengan meninggalkan kamar yang berantakan. Semua penjaga rumah tak ada yang mengetahui jika rumahmu dimasuki orang asing. Mereka hanya tahu, di pagi hari, beberapa tetes darah tertinggal di kamar Yang Zi dan dia menghilang. Tapi jangan khawatir, kita berdua akan menemukannya.”
Shen Shen menumpahkan air matanya. Ia tak mengerti bagaimana bisa bangsawan kelas dua mengalami bencana seperti itu. Pihak pemerintah harus membayar dengan sangat mahal untuk sebuah bencana fatal yang dialami penduduk yang tinggal di dalam tembok raksasa. Tapi, bukan ganti rugi dari pemerintah yang diinginkan Shen Shen. Sebesar apapun ganti rugi yang nantinya akan diberikan, Shen Shen akan memilih keselamatan Yang Zi, adiknya.
***
Malam harinya, Zhou Fu mengajak Shen Shen berdiskusi. Pertama-tama Zhou Fu meminta Shen Shen untuk melepas ikat rambut keperakan miliknya, sebab itu adalah penanda bahwa ia adalah keluarga dari bangsawan kelas dua di Caihong. Jika ada atribut-atribut lain yang bisa menjadi penanda bahwa seseorang adalah keluarga bangsawan, Zhou Fu juga meminta Shen Shen untuk melepasnya.
Shen Shen sudah dikabarkan meninggal dunia. Maka mereka pun harus menggunakan identitas baru sebagai orang lain yang hanya mengembara.
“Aku tak mau mengubah namaku! Kukira ada cukup banyak gadis yang memiliki nama yang sama. Cukup atributk kebangsawananku yang kulepas. Selebihnya, aku adalah Shen Shen yang baru!” Shen Shen menolak ketika Zhou Fu memintanya untuk membuat nama baru.
“Baiklah, yang penting jangan berbicara apapun tentang Caihong jika kita sedang berada di tempat ramai. Hal buruk tak mungkin kebetulan terjadi berulang kali, jika pembunuhanmu sudah direncanakan, itu artinya kejadian yang menimpa Yang Zi juga dilakukan oleh pihak yang sama.”
“Sungguh aneh, aku bahkan tidak pernah berbuat jahat pada siapa pun!”
“Orang jahat, tak perlu menunggu dijahati hanya untuk berbuat jahat, setidaknya begitulah kata kakekku!”
Shen Shen pun mengangguk-angguk membenarkan ucapan Zhou Fu yang masuk akal. Ia mulai memikirkan tentang banyak hal, apakah sebuah penelitian yang sedang ia lakukan yang menjadi pemicu kekacauan tersebut. Tetapi Shen Shen meragukan asumsinya, ia bahkan belum pernah berbicara pada siapapun soal penelitiannya. Ia hanya gemar mengunjungi perpustakaan untuk membaca sejarah. Tentu saja hal tersebut terlalu lemah untuk dijadikan alasan pihak lain ingin melenyapkan keberadaannya.
Dan tentang Yang Zi???
Shen Shen tak bisa berpikir jernih. Zhou Fu yang melihat kebingungan Shen Shen lantas mengingatkannya untuk beristirahat saja. Masalah tak akan selesai dengan hanya seseorang menjadi bingung. Setidaknya beristirahat akan membuat keadaan buruk tidak bertambah buruk.
“Terima kasih,” Shen Shen berkata lirih kepada Zhou Fu yang ternyata sesekali berpikiran cukup matang.
======
Halo-halo pembaca n****+ Pendekar Benua Timur, untuk info update kalian bisa follow author di IG: @Banin.sn atau kanal Y0u+ube: iPus Channel terima kasih...