When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Para pasukan dari Shamo berduyun-duyun meninggalkan lapangan luas tempat Zhou Fu dan Rao Guohoa berhadap-hadapan. Mereka semua menggiring serta para tawanan untuk turut menjauh dari tempat tersebut lantaran Rao Guohoa memberi peringatan dengan suara lantang. Ming Tian pun turut bersegera pergi sembari terus memegangi lengannya yang mengeluarkan aroma bakar. Sepanjang ia menjauhi lapangan luas itu, ia terus bertanya-tanya bagaimana bisa pendekar seberingas Rao Guohoa nampak cukup berhati-hati dalam menghadapi seorang remaja. Beberapa tawanan dari Bingdao nampak sesekali menolehkan kepala ke lapangan rumput, mereka cukup penasaran dengan identitas Zhou Fu. Tentu saja para tawanan tersebut berharap jika Zhou Fu adalah keturunan dari pendekar Bingdao sehingga mereka memiliki harapan untuk dis