When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Istriku, maaf aku sepertinya sedikit terlambat!” ucap Mao Mingzao seraya menghampiri Jenderal Fu Lian yang tengah terhempas menghantam ke tiang kapal. “Kebetulan sekali kalian berdua berkumpul! Dengan begini dendam Bi Xiaolin akan terbalaskan dengan lunas!” celetuk Xu Xiaofei menahan napas. Pria sepuh itu pun kembali menggeser-geser kakinya, menciptakan beberapa bentuk ukiran yang berasap di atas lantai dek kapal. Ukiran-ukiran kakinya kali itu dibuat dengan penekanan yang lebih kuat dari yang pertama. Tentu saja, sebab pertarungan pasti akan lebih mengerikan dengan datangnya Mao Mingzao yang level kekuatannya berada di atas Kaili. Di tambah juga dengan kekuatan Jenderal Fu Lian, bisa dipastikan Xu Xiaofei akan tewas seketika andai ia lengah sebentar saja. Sementara itu di dalam kapal