Chapter 3

1142 Words
'Sorry gue gak bisa nikah sama lo.' -Clara Pesan teks itu sangat jelas, lugas dan to the point sekali. Wajah Abraham seketika memucat dan itu membuat Gadis yang berdiri di hadapannya bertanya-tanya. Abraham terlihat bingung. Ketika Abraham ingin membalas pesan kecil Clara yang membuatnya shock setengah mati itu, tiba-tiba runtutan pesan dari Clara berdatangan ke ponselnya. Beberapa foto Clara dengan seorang pemuda yang berhasil di download oleh ponsel pintar milik Abraham. Abraham tak bisa berkata apa-apa selain menggenggam erat ponsel yang berada di tangannya itu. Ia menghela napas berat dan memandang seluruh tamu di dalam Masjid tempat yang seharusnya ia dan Clara melakukan akad nikah. Tapi sekarang ... apa iya pernikahan mereka harus batal? Abraham mendesah kesal. Ia bingung, malu dan tak tahu harus bagaimana. Ia mencoba menghubungi Clara, ponsel Clara aktif namun tak tersambung sama sekali panggilannya. Abraham tahu bahwa ada lelaki lain yang mencintai Clara selain dirinya yakni mantan kekasih Clara yang juga orang kepercayaannya. Abraham juga tahu bahwa ia juga ragu dengan kesanggupan Clara menikahinya saat ia melakukan lamaran tiga bulan lalu di Amsterdam. Bagaimana Abraham bisa yakin kepada perasaan Clara padanya? Karena surprise proposal di Amsterdam kala itu Clara salah menyebut nama Abraham dengan nama Matthew, mantan kekasihnya dan itu tak hanya sekali saja Clara salah panggil nama Abraham. "Bram... " panggil Adit, sahabat Abraham kepadanya. Abraham menoleh ke arah Adit yang ternyata sudah berdiri di samping Gadis. Mengetahui ada yang tak beres dengan wajah Abraham, Adit memandang Gadis dan lumayan mengagumi kecantikan Gadis yang natural. Adit bahkan tertarik dengan mata indah milik Gadis, apalagi ketika Gadis mengedipkan mata, Adit seolah siap menerima perintah apapun dari Adit. Dalam hati Adit menyesali kenapa bukan dia duluan yang bertemu dengan Gadis, kenapa harus Abraham dulu yang bertemu dengan Gadis? "Bilang ke penghulu tunggu sebentar... " kata Abraham kepada Adit seraya masih berusaha keras menghubungi Clara lewat ponsel pintarnya. Mata Abraham mengamati tamu-tamu yang hadir di pernikahannya. Sudah banyak diantara mereka yang berbisik-bisik sembari melihat Abraham dan Gadis bertanya-tanya. Mata Abraham menemukan dua sosok yang berhasil membuatnya patah hati dan tak percaya cinta hingga ia gila kerja sampai dalam beberapa tahun saja ia sudah memimpin beberapa perusahaan sebagai CEO muda terpandang dan tersukses. Paula dan Claire duduk di samping suami mereka. Jika Claire berdoa bahwa Abraham bahagia atas pernikahannya ini karena ia merasa bersalah dengan perbuatannya setelah ia melakukan pengkhianatan dengan adik tiri Abraham, berbeda halnya dengan Paula yang menginginkan pernikahan Abraham dan Clara tak pernah terjadi. Paula menyadari kebodohannya karena silau dengan kekayaan yang dimiliki Satria saat dulu. Kehidupan royal Paula mendadak berubah drastis kala Satria harus gulung tikar atas usahanya di atas meja judi. Kini, Paula benar-benar ingin kembali merajut kasih dengan Abraham tapi usahanya berbulan-bulan lalu tak membuahkan hasil. Bahkan Paula secara gamblang dan sangat lugas mengatakan kepada Abraham bahwa ia siap menjadi istri simpanannya. Suatu hal gila yang dilakukan Paula tapi Abraham tak terkejut dengan hal itu, ia sangat tahu bagaimana agresifnya Paula dan usaha perempuan itu dalam mendapatkan apa yang diinginkannya. Jika hari ini Abraham gagal menikah, Paula pasti akan bahagia dan berusaha sangat keras mengejarnya kembali. Itu tak boleh terjadi. Pernikahannya hari ini tak boleh batal. "Siapa nama lo?" tanya Abraham kepada Gadis. Gadis menatapnya heran. "Buat apa lo pengen tahu nama gue?" tanya Gadis heran seraya berusaha menyingkirikan badan Abraham darinya tapi kwalahan. Badan Abra tak bergeming dengan tangan kecil Gadis sama sekali. "Kita harus nikah hari ini." kata Abraham tanpa basa basi. "Hah?" Gadis terkejut mendengar apa yang baru saja Abraham katakan. "Lo waras?" "Gue bisa kasih apapun yang lo mau asal lo nikah sama gue hari ini." "Gila aja. Kenal lo aja gue kagak!" seru Gadis heran. Abraham dengan sigap mengeluarkan kartu nama dari dalam dompetnya dan memberikannya kepada Gadis. Sebelum menerimanya Gadis meliriknya tajam dan Abraham memandangnya serius dengan kedua matanya yang indah itu. Ragu-ragu Gadis menerima kartu nama Abraham dan cukup tercengang mengetahui siapa Abraham sebenarnya. "Apapun yang lo mau dan pernikahan kita sifatnya sementara ..." jelas Abraham. "Apapun yang gue mau?" tanya Gadis memastikan. Abraham mengangguk pasti. "Termasuk apapun yang gue mau setelah pernikahan?" tanya Gadis. Abraham sedikit berpikir tapi ia tak punya banyak waktu untuk berpikir lama-lama. "Iya." "Oke." "6 bulan, hanya 6 bulan, apapun yang lo mau bakal gue turutin selain minta andil bagian dari perusahaan dan saham gue." kata Abraham. "Yee, lo pikir gue sematre itu?!" Abraham diam mendengar Gadis menyatakan kalimat barusan. Gadis cuma menghela napas berat. "Gue cuma mau pinjem lo uang 250 juta dan ngasih gue kerjaan di perusahaan lo sebagai Akuntan. Lo bisa motong cicilan hutang gue dari gaji yang lo berikan dan selama kita nikah gak ada kontak fisik. Dua syarat penting itu yang gue mau." kata Gadis. "Karena kita gak punya waktu, lo putusin sekarang juga deal or no!" imbuh Gadis. "Deal. " Seru Abraham yakin. Mereka berdua berjalan menuju penghulu yang sudah menunggu bersama para tamu undangan yang semakin berbisik-bisik. "Nama lengkap lo?" tanya Abraham kepada Gadis. "Buat apa?" "Ya masak waktu akad nikah bukan pake nama lo?!" serunya. "Oh iya. Nama gue Ayunda Gadis Claranita Wijaya. " kata Gadis. "Panggil gue Gadis." katanya. Mendengar nama lengkap Gadis tersebut, Abraham merasa sedikit takjub, pasalnya ia tak perlu pusing memikirkan nama Gadis yang ternyata mirip dengan nama Clara. Dengan sigap dan cepat, Abraham menyuruh sekretarisnya memberitahu penghulu untuk menemuinya diruangan khusus, ia ingin memberitahu bahwa nama pengantin perempuannya berbeda. Sang sekretaris tak sempat menanyakan kenapa karena Abraham sudah mendelik dan menyuruhnya segera memperbaiki kesalahan situasi yang ada. Akad nikah digelar dua puluh menit kemudian dengan d**a Gadis dan Abraham yang bergetar hebat. Sementara itu Clara telah usai memberi pertolongan pertama pada korban kecelakaan di jalannya menuju masjid lagi. Ia sudah sangat telat menuju masjid dan berharap Abraham tak marah padanya. Clara masuk ke dalam mobil dengan menghela napas berat. "Gue berharap Abraham gak marah karena gue benaran telat ke masjid." seru Clara seraya menoleh ke arah sesosok gadis yang duduk di sebelah kemudinya, sang adik. Sang adik hanya meringis kecil dengan d**a yang berdebar-debar. Ia tahu ia telah berhasil menggagalkan pernikahan kakaknya dengan mengirimkan pesan teks bahwa kakaknya tak bisa menikahi lelaki pujaannya itu, lengkap dengan foto mesra kakaknya dengan mantan kekasihnya. Laras tahu ia nanti akan kena marah besar oleh sang kakak. Tapi ia tak bisa menyembunyikan lagi perasaannya bahwa ia juga mencintai Abraham dan ingin menikahinya untuk itu ia benar-benar tak ingin melihat kakaknya menikah dengan lelaki pujaannya, biarlah sang kakak marah, ia tak peduli asalkan keduanya batal menikah, syukur-syukur berpisah. Laras berselancar ke IG dan mengunjungi halaman Abraham. Terlihat jelas di foto profil Abraham, Abraham tengah melakukan siaran langsung. Laras sedikit mengerutkan alis, karena baru beberapa menit lalu tak ada kabar berita baru di dinding Abraham atau story IGnya. Iseng, Laras memencet story live Abraham. Seketika Laras terkejut saat menyaksikan Adam mencium lembut bibir seorang perempuan lain yang mengenakan gaun pengantin. Siapa perempuan itu? Kenapa bisa begini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD