Bercak darah dan sepotong kain Permaisuri

826 Words
Di istana kerajaan Adyamanunggal. Aryasetya baru saja keluar dari ruang rapat kerajaan. Dia berjalan dengan langkah lesu dan ekspresi wajahnya benar-benar terlihat sangat muram. Hatinya terasa sangat hampa dan rasa sedih terus menyelimuti hatinya. Jiwanya terasa kosong karena belahan jiwanya telah pergi meninggalkannya. "Adhis, dimana kamu?" Gumam Aryasetya didalam hatinya. Dia tidak bisa melepaskan bayangan Adhisti walaupun hanya sedetik pun. Bahkan dalam rapat kerajaan hari ini, dia tidak menyimak sama sekali, Karen semua isi dari pikirannya hanya ada Adhisti dan tidak ada yang lain lagi. Aryasetya pun berjalan menuju tempat dimana Adhisti menghabiskan hari-hari terakhirnya saat dia sebelum pergi meninggalkan istana. Aryasetya pun masuk dan dia pun berbaring diatas tempat tidur yang masih meninggalkan bau tubuh dari Adhisti. "Adhis, kamu pergi kemana? Kenapa kamu meninggalkan aku?! Bukankah kamu mengatakan jika kamu sangat mencintaiku dan apapun yang terjadi, kamu akan selalu disampingku? Tapi kenapa ... Kenapa kamu mengingkari janji kamu," ucap Aryasetya sambil memeluk erat bantal yang masih meninggalkan bau harum dari tubuh Adhisti. Aryasetya pun kembali menitikkan air matanya, dia bisa bersikap kuat didepan semua orang dan dia bisa melawan bahaya dan juga kejahatan dari semua orang yang mau menyakitinya. Tapi, Aryasetya akan lemah jika sudah menyangkut dengan namanya cinta. Dan cintanya itu adalah Adhisti. Saat Aryasetya sibuk dengan semua pikiran dan perasaan sedihnya Tiba-tiba, dari luar. Terdengar suara salah satu pengawal yang ingin bertemu dengannya. "Yang Mulia, hamba ingin melapor. Jika salah satu pengawal yang sedang bertugas untuk mencari Yang Mulia permaisuri, sudah kembali dan dia ingin melapor kepada anda," ucap salah satu pengawal dan dia berlutut dihadapan Aryasetya. Mendengar itu. Perasaan sedih Aryasetya pun merasa sangat terkejut dan rasa gembira pun menyelimuti hatinya. Dia pun langsung bangun dari tas tempat tidur dan kini merubah posisinya menjadi duduk dengan tegap. "Bawa dia kemari! Saya ingin mendengar laporan darinya," perintah Aryasetya dan dia pun tersenyum cerah karena dirinya sudah tidak sabar lagi, ingin bertemu dengan Adhisti. Pengawal itu pun bangun dari posisi berlutut dan dia pun memanggil pengawal yang akan memberikan laporannya kepada Aryasetya. Setelah dipanggil. Orang itu pun masuk dan dia membawa sebuah kantong hitam didalam tangannya. Aryasetya pun merasa sangat terkejut saat melihat itu semua. "Itu apa?" Tanya Aryasetya secara langsung. Pengawal itu pun langsung berlutut dan langsung memberi hormat kepadanya. "Hormat kepada Yang Mulia Raja, semoga selalu panjang umur dan diberkahi selalu diberkahi oleh Dewa," ucap pengawal itu dan dia pun kembali melanjutkan ucapannya, "Hamba menemukan pakaian Yang Mulia Permaisuri di dalam Hutan perbatasan antara kerajaan kita dengan kerajaan Nishada dan disana saya menemukan potongan pakaian dari Yang Mulia Permaisuri dengan adanya bercak darah didalamnya," ucap pengawal itu dan dia pun menyerahkan kantong hitam yang berisikan pakaian itu kepada Aryasetya. Mendengar itu, seluruh tubuh Aryasetya pun langsung menegang dan pikiran buruk pun langsung menghantui pikirannya. "Ini, apakah kamu yakin?!" Tanya Aryasetya dan dia pun meraih kantong hitam itu lalu dia pun membukanya. Saat dia membukanya, Aryasetya pun merasa sangat terkejut saat melihatnya. Karena itu memang pakaian milik Adhisti. Seluruh tangan Aryasetya pun gemetar dan kantong hitam bersama isinya pun jatuh begitu saja. "Tidak! Tidak mungkin! Adhis kamu tidak mungkin meninggalkan aku, ya kan?!" Teriak Aryasetya. Dia tidak percaya jika Adhisti mati. Dia pun menatap kearah pengawal yang membawa kantong hitam itu. "Apakah kalian menemukan jasadnya atau apakah kalian menemukan petunjuk lainnya," tanya Aryasetya dengan tangan yang masih gemetar. Pengawal itu pun menghela nafas panjang dan dia pun menjawab, "Hamba tidak menemukan jasad Yang Mulia Permaisuri. Tapi, tidak jauh dari hutan itu. Ada Desa kecil dan di sana cukup ramai. Kemungkinan Yang Mulia Permaisuri ada di sana," ucap pengawal itu. Mendengar itu, Aryasetya pun menghela nafas lega. Karena dia yakin jika Adhisti tidak akan mati. Apalagi Aryasetya sangat mengetahui, bagaimana Adhisti dan ilmu bela dirinya juga tidak terlalu buruk. "Syukurlah jika ada Desa disana. Kalian selidiki lebih dalam lagi dan saya akan menunggu kabar baik dari kalian," ucap Aryasetya dan gemetar ditangannya pun menghilang karena hatinya mengatakan, jika Adhisti pasti baik-baik saja. "Baik Yang Mulia, Hamba akan menyelidiki Desa itu dan Hamba akan memberikan kabar baik untuk anda," ucap pengawal itu dan dia pun memohon diri untuk mengundurkan dirinya. "Yang Mulia, Hamba memohon untuk mengundurkan diri dan kembali untuk melaksanakan tugas Hamba," ucap pengawal itu. Arysetya menganggukkan kepalanya. "Pergilah! Dan bawalah kabar baik untuk saya!" Ucap Aryasetya dan dia pun mengibaskan tangannya untuk memberi kode jika dia mengizinkan pengawal itu untuk pergi meninggalkannya. Pengawal itu pun.mengundurkan diri dan kembali untuk mencari Adhisti. Kini, Aryasetya hanya tinggal sendiri dan tangannya masih menggenggam erat pakaian Adhisti yang dipenuhi oleh bercak darah kering. "Adhis, aku berharap kalau kamu baik-baik saja dan aku berharap, jika aku bisa menemukan kamu," ucap Arysetya, dia pun membawa pakaian itu dan berjalan pergi meninggalkan kamar Adhisti. Dia pun kembali ke kediamannya dan dia ingin. melanjutkan pekerjaannya dalam mengurus kerajaan. Walaupun hatinya dalam keadaan suasana yang sangat buruk. Tapi, dia tidak boleh melupakan tugas utamanya sebagai pemimpin sebuah kerajaan yang menanggung ribuan rakyat yang menanggung nasib diatas bahunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD