Awalnya
Malam hari, di taman sebuah kerajaan.
Ada seorang pria tampan yang memakai pakaian bangsawan dan memakai mahkota besar di kepalanya.
Dia terlihat sangat gagah, tampan dan juga berwibawa. Namun, saat ini dia terlihat sedang dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk.
Tatapannya terlihat sedih saat melihat kolam yang berada tepat didepannya saat ini.
Bermandikan cahaya bulan yang menerangi gelapnya malam. Pria itu pun merasakan hatinya sangat sedih. Karena wanita yang paling dia cintai sekaligus ratu dan juga istri yang paling dia cintai, telah pergi meninggalkannya.
Pria itu ternyata adalah Raja dari kerajaan Adyamanunggal dan dia adalah seorang Raja muda yang baru saja naik tahta sekitar enam bulan yang lalu.
Raja itu bernama Raja Aryasetya Brahmanditya. Putra pertama dari permaisuri pertama yang bernama Dewi Avanti, dia sudah wafat sejak Aryasetya berumur lima tahun. Dia adalah permaisuri yang sangat di cintai oleh raja brahmanditya dan saat kematiannya. Raja Brahmanditya terus bersedih hingga akhirnya dia bisa melupakan kesedihannya setelah melihat Aryasetya yang diasuh oleh selir pertamanya yang bernama Dewi Amita yang tidak lain adalah sepupu sang permaisuri. Sejak dahulu, dia selalu iri kepada Dewi Avanti. Apalagi saat dia mengetahui, jika Dewi Avanti adalah wanita yang paling dia cintai oleh Yang Mulia Raja Brahmanditya.
Membuat Dewi Amita merasa sangat cemburu dan berusaha keras untuk merebut posisinya. Dan kini, dia bisa mendapatkan semuanya setelah Dewi Avanti meninggal termasuk putra satu-satunya yang kini diangkat menjadi raja setelah ayahnya meninggal enam bulan yang lalu.
Aryasetya memiliki adik tiri yang dilahirkan oleh Dewi Amita. Dia adalah pangeran yang tidak tahu malu. Hidupnya hanya tahu Bersenang-senang dan berfoya-foya. Bahkan selirnya kini sangatlah banyak dan kurang lebih ada dua puluh selir di istana pribadi miliknya.
Sedangkan Aryasetya, dia hanya mencintai istrinya yang kini sudah menjadi permaisuri di kerajaan Adyamanunggal. Dialah Adhisti, wanita yang selama ini menemaninya sebelum dia menjadi raja.
Adhisti mencintai Aryasetya dengan sepenuh hati. Dia tidak menginginkan tahta atau pun kekayaan yang dimiliki Aryasetya. Karena, impian Adhisti adalah bisa bersama dengan Aryasetya hingga maut memisahkan mereka.
Tapi, itu semua hanyalah sebuah ilusi dan harapan kosong. Karena Adhisti tidak mau lagi bersama Aryasetya yang sudah berubah dan bukan Aryasetya yang dia kenal selama ini.
Setelah menikah dan Aryasetya diangkat menjadi Raja Adyamanunggal.
Aryasetya perlahan mulai berubah. Dia sibuk dengan semua pekerjaan kenegaraannya. Tapi, Adhisti sangat menghargai semua pekerjaan suaminya yang menanggung beban berat sebagai pemimpin sebuah kerajaan bahkan dia juga sering membantu sebisa yang dia lakukan.
Jadi, Adhisti mulai memiliki sikap yang bijak dan tidak mau menuntut apapun kepada suaminya dan Adhisti juga menjalankan tugasnya sebagai permaisuri untuk meringankan beban suaminya itu.
Namun, dibalik kebahagiaan keduanya. Ada rencana lain yang ingin memisahkan mereka berdua.
Terlebih, Adhisti hanyalah putri dari seorang Senopati yang tingkatannya dibawah Perdana Menteri. Namun, Adhisti dan ayahnya adalah pendukung terbesar untuk kemajuan Aryasetya.
Karena tidak mau melihat Aryasetya bahagia dengan kehidupannya. Entah secara pribadi dan juga dengan tahtanya.
Ibu suri yang tidak lain Dewi Amita. Dia adalah ibu tiri dari Aryasetya, tidak mau melihat Aryasetya duduk tenang dengan tahtanya.
Dia ingin menghancurkan kebahagiaan Aryasetya dan mengendalikannya sendiri. Karena putranya Attarwa Brahmanditya tidak berguna sama sekali. Akhirnya, Dewi Amita memiliki jalan lain untuk mengendalikan Aryasetya.
Yaitu, dia memberikan dua selir untuknya.
Selir pertama adalah sepupunya dan dia juga. Dan dia adalah putri dari Perdana Menteri kerajaan Adyamanunggal. Dia bernama Dewi Widuri. Kebetulan dia juga mencintai Aryasetya dan sangat membenci Adhisti. karena, seharusnya dialah yang menjadi Permaisuri di kerajaan itu dan juga Permaisuri dihati Aryasetya.
Karena alasan ini, Dewi Amita menemukan celah untuk memecah belah hubungan Adhisti dan juga Aryasetya dengan memanfaatkan sepupunya sendiri.
Sedangkan selir kedua, dia adalah anak wakil perdana menteri yang bernama Ishana. Dia tidak seperti Widuri, karena dia juga sebenarnya enggan menjadi selir dan dia tidak menyukai Aryasetya. Sehingga, baginya tidak ada alasan untuk membenci Adhisti.
Mendengar akan ada pengangkatan selir tanpa meminta persetujuannya terlebih dahulu. Membuat Adhisti merasa sangat marah kepada Aryasetya. Sehingga, dirinya membatasi dirinya untuk tidak berdekatan dengan Aryasetya.
Adhisti lebih memilih menjauhi Aryasetya dengan mengurung diri di kamar pribadinya sambil berdoa kepada Dewata karena dia juga sedang mengandung dari buah cintanya bersama Aryasetya.
"Ya Dewa, apakah nasib sebagai permaisuri haruskah seperti ini? Apakah aku harus rela berbagi suami dengan wanita lain? Apakah aku sanggup?" Ucap Adhisti sambil berdoa dan saat ini, hanya Dewa lah yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Karena, Aryasetya sudah berubah dan bukan Aryasetya yang dia kenal lagi.
Adhisti pun menangis dan mengusap lembut perutnya yang kini terlihat semakin membesar.
Dia merasakan gerakan makhluk kecil yang terus tumbuh didalam rahimnya.
"Anakku, hanya kamu saja yang mengerti ibu. Ibu berharap, jika kamu lahir nanti. Jangan sampai kamu melupakan ibu kamu ini dan jangan seperti ayahmu. Yang sudah mencampakkan ibumu ini," ucap Adhisti dan air mata pun terus mengalir tiada henti. Bagaikan hujan deras yang terus membasahi bumi ini.
Saat Adhisti yang sibuk dengan kesedihannya.
Tiba-tiba. Terdengar suara dari luar jika Aryasetya datang menemuinya.
Dia berjalan masuk dan melihat Adhisti yang terlihat sangat sedih dan raut wajahnya terlihat sangat pucat.
Aryasetya pun berlari dan langsung memeluk istrinya itu.
"Sayang, apakah kamu baik-baik saja? Kenapa kamu seperti ini?" Tanya Aryasetya dengan tatapan sedih karena selama ini, dia selalu sibuk dengan tugas kenegaraannya dan hampir seluruh waktunya tidak dia luangkan untuk Adhisti dan juga calon anaknya itu.
Adhisti langsung mendorong tubuh Aryasetya dan dia menolak untuk disentuh.
"Aku tidak butuh perhatian kamu. Urus saja selir-selir kamu itu! Mereka jauh lebih cantik dan juga memikat daripada aku!" Ucap Adhisti dengan nada ketus dan dia langsung memalingkan wajahnya dari Aryasetya.
Aryasetya mengerti, jika istrinya sangat cemburu karena malam ini adalah pesta penyambutan kedua selir baru itu dan juga, dia akan menikahi kedua wanita itu malam ini juga. Jadi sangatlah wajar, jika Adhisti merasa sangat marah dan juga cemburu saat ini.
Aryasetya juga mengerti, jika Adhisti memang patut untuk marah kepadanya. Karena dia sudah mengingkari janjinya. Tapi, dia juga tidak bisa membantah perintah ibunya. Karena dua wanita itu, adalah putri dari orang yang berpengaruh di kerajaannya dan kekuasaannya masih sangat lemah di kerajaan jadi, dia membutuhkan kedua orang ini sebagai pendukung terkuatnya di pemerintahan.
Namun, di satu sisi. Dia sudah mengorbankan perasaan wanita yang paling dia cintai dan juga, dia sudah melanggar janjinya kepada Adhisti.
"Aku mengerti, jika kamu marah kepadaku. Tapi, aku melakukan semua ini dengan terpaksa. Aku juga dalam posisi yang sangat sulit. Aku mohon, tolong maafkan aku. Jangan membuat aku semakin sulit! Aku mohon Adhis, bisakah mau memaafkan aku?!" Ucap Aryasetya, dia menarik tangan Adhisti dan mencium punggung tangannya.
Adhisti yang awalnya memalingkan wajahnya, kini menatap Aryasetya yang terlihat sangat sedih bahkan menangis untuk memohon pengampunannya.
Melihat itu semua, Adhisti tidak bisa marah lagi. Karena dia juga tidak mau membuat pria yang paling dia cintai menderita karena sifatnya yang pencemburu itu.
"Setya, aku mohon! Jangan lakukan ini! Kamu adalah seorang Raja dan kamu, tidak pantas melakukan ini semua kepadaku," ucap Adhisti dan dia pun langsung memeluk Aryasetya.
Melihat Adhisti tidak marah lagi. Membuat Aryasetya merasa sangat bahagia. Karena senyuman Adhisti adalah obat paling ampuh dikala dia merasa sangat lelah dalam urusannya mengurus kerajaan.
"Terima kasih sayang, aku tahu kalau kamu adalah istriku yang paling baik. Aku semakin mencintai kamu dan juga mencintai calon anak kita, yang ada didalam perut kamu ini," ucap Aryasetya. Dia pun tersenyum dan melepaskan pelukannya serta mengusap lembut perut Adhisti.
Adhisti pun tersenyum bahagia karena hubungannya dengan Aryasetya kini mulai membaik.
Hingga waktu malam pun tiba. Adhisti dan Aryasetya pun datang ke acara pengangkatan selir dan itu adalah hari dimana penderitaan Adhisti selama didalam istana pun akan segera dimulai.
Acara pun dimulai dan Adhisti harus melihat suaminya menikah dengan wanita lain tepat didepan matanya.
Sakit, perih dan tidak ikhlas. Itulah yang dia rasakan. Namun, mengingat apa yang Aryasetya katakan padanya. Membuat Adhisti bisa merasa lebih tenang karena dia tahu. Jika Aryasetya hanya akan mencintainya.