Di dalam Istana.
Aryasetya sedang sibuk dengan semua pekerjaannya dan untuk sejenak dia kembali mengingat tentang Adhisti. Dia merasa sangat merindukannya.
"Hmmpphh … Adhis, kamu dimana?" Ucap Aryasetya. Dia pun menyimpan berkas yang berisi tentang laporan yang diberikan oleh bawahannya.
Aryasetya pun menyandarkan tubuhnyadi punggung kursi dan untuk sejenak, dia menutup matanya sambil memijat dahinya. Dia terus terbayang-bayang wajah Adhisti yang tersenyum padanya dan dia terus mengatakan jika dirinya sangat mencintainya.
"Adhis … aku sangat merindukanmu, sangat … sangat merindukan kamu. Sekarang, kamu ada dimana? Apakah kamu baik-baik saja? Ataukah mungkin …," Aryasetya menghentikan ucapannya dan dia langsung membuka matanya sambil terperanjat dari posisi duduknya. Hingga, dirinya duduk dengan tegak.
"Tidak! Itu tidak mungkin! Adhis masih hidup, dia pasti baik-baik saja! Ya! Dia pasti baik-baik saja," ucap Aryasetya, dia pun kembali mengusap dahinya dan berusaha menenangkan hatinya yang benar-benar dalam keadaan gundah gulana.
Ketika Aryasetya sibuk dengan pikirannya. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu dari arah luar.
Tok … tok …. Tok .…
Aryasetya pun merasa sangat terkejut, dia langsung menatap kearah pintu dan bertanya, "Siapa?!"
Dari arah luar seorang pengawal pun menjawab, "Hormat Kepada Yang Mulia Raja. Hamba ingin menyampaikan berita penting tentang Yang Mulia Permaisuri," ucap sang pengawal dan dia masih menunggu pintu ruangan Aryasetya untuk dibuka.
Mendengar ada nama Adhisti.
Aryasetya yang awalnya sudah tidak memiliki semangat.
Kini langsung bersemangat lagi. Dia pun langsung berdiri dengan tegak dan mengusap kasar wajahnya.
"Masuk! Saya ingin mengetahui informasi yang kamu dapatkan hari ini!" Ucap Aryasetya.
Mendengar itu, pengawal yang menjaga ruangannya pun membuka pintu dan pengawal yang hendak melapor kepadanya pun langsung berjalan mendekati Aryasetya.
Setelah dia berada didepan Aryasetya, pengawal itu pun langsung memberi hormat dan berlutut didepan Aryasetya.
" Memberi hormat kepada Yang Mulia Raja. Semoga Yang Mulia selalu diberkahi panjang umur dan sehat selalu," ucap pengawal itu dan dia pun menundukkan kepalanya didepan Aryasetya.
Aryasetya pun menjawab, "Bangunlah! Cepat katakan, bagaimana dengan Permaisuri. Apakah dia baik-baik saja? Dan apakah kamu sudah menemukan keberadaan dia sekarang?!" Tanya Aryasetya, dia merasa sudah tidak sabar lagi. Karena dia ingin secepatnya menemukan Adhisti dan membawanya kembali ke Istana.
Pengawal itu pun bangun dari posisi berlutut dan dia pun memberikan laporannya dalam bentuk tulisan.
"Lapor Yang Mulia, kami sudah menemukan Yang Mulia Permaisuri. Beliau ada di Desa yang letaknya tepat didekat Hutan yang terakhir kali kami menemukan pakaiannya dan Yang Mulia Permaisuri, terlihat sangat baik-baik saja. Hanya saja …," pengawal itu menghentikan ucapannya. Karena dia bingung untuk mengatakannya.
Aryasetya menaikkan alisnya dan bertanya, "Hanya saja… hanya saja apa? Coba lanjutkan lagi ucapan kamu?!"
Pengawal itu langsung berkeringat dingin, dia bingung harus menjelaskannya.
"Yang Mulia, Hanya saja, disana ada Yang Mulia Raja Ekawirya dari kerajaan Nishada. Kebetulan dia sedang singgah di Desa itu dan yang Hamba amati, jika Yang Mulia Raja Ekawirya sepertinya menyukai Yang Mulia Permaisuri. Dia bahkan datang secara pribadi untuk menemui Yang Mulia Permaisuri di kediamannya yang sederhana itu," ucap Sanga pengawal. Dia pun langsung berkeringat dingin dan detak jantungnya berdetak dengan cepat. Karena dia melihat Ekspresi wajah Arysetya yang kini terlihat sangat menakutkan.
Mendengar hal itu, Arysetya pun langsung merasakan api cemburu yang membakar hatinya.
Dia pun memukul meja dengan kerasnya.
BRAAAKKKK ….
Suara keras menggema didalam ruangan itu.
Wajah Aryasetya pun memerah karena dia sudah sangat marah. Dia marah karena ada pria lain yang ingin mendekati Adhisti dan Adhisti hanya akan menjadi miliknya.
"Jadi! Dia ingin merebut istriku!" Teriak Aryasetya dengan tatapan tajam setajam pedang yang hendak membunuh mangsanya.
Sang pengawal hanya menganggukkan kepalanya dan dia tidak berani mengatakan apapun lagi. Dia takut jika dia salah berbicara dan nyawanya akan menjadi taruhannya.
Aryasetya berusaha menenangkan dirinya yang sudah diliputi oleh api amarah.
"Baik! Saya akan kesana sendiri dan memastikan semua itu!" Ucap Aryasetya, dia akan menjemput Adhisti secepatnya dan dia, dia tidak akan membiarkan Ekawirya mendekati Adhisti apalagi merebut Adhisti dari tangannya.
Mendengar hal itu, sang pengawal pun merasa sangat terkejut dan dengan spontannya dia pun langsung membuka mulutnya.
"Yang Mulia, tempat itu sangat terpencil dan juga, Desa itu terlihat sangat kumuh. Anda … anda sangat tidak cocok ke tempat itu. Jadi Hamba mohon, biarkan Hamba saja yang menjemput Yang Mulia Permaisuri," ucap Sang pengawal dan dia berusaha untuk menawarkan dirinya, untuk melakukan tugas itu.
Namun, Aryasetya tidak mendengarkannya. Dia ingin menjemput Adhisti, karena selain dia tahu jika Adhisti akan sulit ditangani karena ilmu bela diri yang dia miliki cukup hebat dan hanya dirinyalah yang
Bisa menanganinya. Ditambah dengan keberadaan Ekawirya yang telah mengusik ketenangannya itu.
"Tidak perlu! Biar saya saja yang menjemputnya. Lebih baik, kalian siapkan semuanya. Karena besok, saya akan pergi kesana!" Ucap Aryasetya dan dia memberi perintah kepada kepala dan juga pelayan yang biasa mengurus kebutuhannya untuk menyiapkan semua yang harus dia bawa saat pergi menjemput Adhisti di Desa kecil itu.
Setelah itu, Aryasetya kembali melihat kearah pengawal yang tadi memberi laporan kepadanya.
"Kamu, kembali ke tempat kamu dan besok. Tunjukkan jalannya kepada saya," ucap Arysetya dan dia pun menyuruh semua orang yang dia panggil termasuk pengawal itu, untuk pergi meninggalkannya sendiri.
"Baik Yang Mulia, kami akan melakukan sesuai perintah anda dan kami, mohon untuk mengundurkan diri," ucap kepala pelayan dan juga pengawal itu.
Aryasetya melambaikan tangannya dan dia memberikan kode jika dia mengizinkan mereka untuk pergi.
Setelah mendapatkan izin dari Aryasetya. Mereka pun pergi meninggalkan Aryasetya sendirian lagi.
Aryasetya pun kembali duduk di kursi dan dia pun menaruh dagunya diatas tangannya.
"Baru beberapa hari saja kamu keluar dari Istana, sudah ada pria lain yang mendekati kamu. Hhmm … Adhis, setelah ini, aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari sisiku lagi. Karena, aku tidak mau kehilangan kamu," ucap Aryasetya dan dia pun tiba-tiba mengingat tentang Ekawirya yang sedang mengejar Adhisti.
"Raja Ekawirya. Kalau kamu berani menyentuh istriku. Kamu akan tahu akibatnya! Lihat saja, kamu akan mati di tanganku!" Ucap Aryasetya dengan nada penuh amarah dan baru saja membayangkannya saja. Hatinya sudah benar-benar terasa panas dan perasaan cemburu terus membakar hatinya.
Aryasetya pun sibuk dengan semua pikirannya dan dia sudah tidak sabar lagi, ingin secepatnya esok hari dan secepatnya dia ingin bertemu Adhisti dan membawanya kembali untuk bersamanya lagi.
Hari pun sudah mulai gelap.
Aryasetya pun bangun dari tempat duduknya. Dia pun berjalan pergi meninggalkan ruangan kerjanya dan berjalan menuju kediamannya dengan langkah santai dan dia menikmati hembusan angin sore yang menyapu wajahnya.
Hatinya benar-benar terasa sangat hampa dan biasanya, di sore hari. Dia yang baru selesai mengerjakan semua pekerjaannya seperti hari ini, dia masuk.ke kediamannya dan melihat wajah cantik Adhisti yang sudah menunggunya dengan senyuman indah seperti bunga indah yang bermekaran di taman.
Tapi, saat ini. Dia hanya melihat kamarnya yang kosong dan tidak ada senyuman indah yang menyambutnya kali ini.
Aryasetya hanya menghela nafas panjang dan setelah itu, dia pun menyuruh pelayan untuk menyiapkan air untuknya membersihkan diri. Dia ingin berendam dalam kolam yang mungkin, bisa membuatnya merasa jauh lebih baik. Pikirannya sudah sangat lelah dengan semua pekerjaannya sebagai seorang Raja ditambah dia harus memikirkan Adhisti yang membuatnya merasa semakin khawatir. Dia merasa sangat khawatir, jika Adhisti akan memilih Ekawirya dan pergi bersamanya. Semua pikiran aneh pun mulai muncul didalam pikirannya
Namun, Aryasetya harus membuang sejauh-jauhnya pikiran buruk itu. Karena dia sangat yakin, jika Adhisti hanya akan mencintainya.
Tidak lama kemudian. air yang dia minta pun, akhirnya sudah siap. Aryasetya pun melepaskan semua pakaiannya dan dia pun pergi untuk melakukan ritual mandi.
Namun, saat dia sedang berendam didalam bak mandi yang berisikan banyak bunga disana. Dia mendapatkan ada tangan yang tiba-tiba memeluknya dari belakang dan Aryasetya pun merasa sangat terkejut.