AX-13 [Scorpio II]

1057 Words
Lihatlah siapa yang kubawa,” ujar seorang Starzy saat memasuki ruangan khusus para Starzy, lalu Rei menyusul memasuki ruangan yang membuat Starzy lain menggelengkan kepala mereka.   “Kenapa tahun ini separah ini? Bahkan mereka yang membuat masalah kali ini sangat unik,” celetuk Starzy bernama Clara. Hal itu sontak membuat Rei mengedarkan pandangannya dan mendapati Clara yang sedang menatapnya dengan senyuman penuh arti.   “Ada apa Rei? Kenapa dirimu begitu kaget?” tanya Clara.   “Tidak ada yang penting, apa aku salah jika memasang ekspresi di sekolah terbaik dunia?” sarkas Rei yang membuat Starzy lain di ruangan tersebut langsung melihat ke asal suara.   “Duduk di samping temanmu,” ujar Starzy yang tadi memergoki Rei bersantai di koridor sekolah.   “Ayolah Liana, jangan terlalu keras kepadanya,” ujar Clara.   “Baiklah...” Liana menurut dan ia berjalan menuju meja khususnya.   Rei berjalan ke arah sebuuah kursi, terdapat 9 kursi berada di sana, kursi tersebut berada tepat di tengah ruangan, sedangkan meja para Starzy mengelilingi ruangan tersebut, seakan mereka ingin menghakimi anak baru yang membuat masalah di hari pertama mereka orientasi.   Rei mendudukkan dirinya tepat di samping seorang anak cewek, sepertinya ia bernama Sera, Rei mengingat namanya dan wajahnya karena urutan nilai 10 tertinngi saat ujian penentuan ditampilkan di papan pengumuman beserta wajahnya.   Rei ingin menyapa Sera, tetapi ia ragu, sepertinya Sera lagi berantem dengan dirinya sendiri di dalam pikirannya, itu sangat terlihat jelas dari ia yang menundukkan kepalanya sehingga hampir semua wajahnya tertutupi oleh rambut panjang miliknya, dan juga ia terlihat seperti bergumam yang membuat Rei yakin dia sedang berdebat dengan dirinya.   “Hei Rei,” ujar seorang dan menepuk bahu sebelah kiri Rei. Seseorang tersebut segera duduk di sebelang kursi Rei.   Rei menoleh dan mendapati seseorang tersebut adalah Xera, “Xera? Ngapain lo di sini?” tanya Rei seakan terlihat seperti orang bodoh.   “Lo serius bertanya?” tanya Xera seakan menatap menyedihkan.   “Kenapa lo natap gue kaya gitu?” celetuk Rei.   “Mata gue kan? Ya suka-suka gue dong, lagian lo sensi amat, pasti lo mental brikdens kan karena para Starzy.” Xera berbisik pada telinga Rei dan hal itu membuat Rei risih.   “Yakali gue mental brikdens ... Lebay ah lo, lagian lo ngapain di sini? Keciduk dimana?” tanya Rei kembali bertanya.   “Keciduk di kamar mandi cowok,” jawab Xera tanpa beban. Pernyataan Xera membuat Rei sedikit merinding, bagaimana bisa ia keciduk di kamar mandi cowok? Cewek gila pikir Rei.   “Kenapa diam? Lo pasti mikir aneh-aneh kan? Semua orang sama aja, bahkan Starzy sekalipun seperti mempermainkanku.” Xera mengerucutkan bibirnya seakan ia tidak terima diseret paksa ke ruangan Starzy.   “Siapa coba yang nggak berpikir aneh? Seorang cewek berada di toilet cowok? Ngapain coba lo? Beri gue penjelasan yang masuk logika.” Rei menuntut penjelasan pada Xera, ia juga ingin memastikan bahwa cewek yang di depannya ini cukup waras, sehingga Rei tetap bisa memanfaatkannya dengan baik dan percaya diri.   “Yhaa, guee. Lo emang nggak tau? Simbol toilet di setiap lantai beda-beda, yah mana tau-tau gue kalau mereka pakai bahasa ikan, mana pintu kamar mandi toilet cowok warna merah muda lagi, gimana coba gue nggak tertipu?” Xera menjelaskan dengan penuh emosional, ia sunnguh kesal difitnah di hari pertamanya sekolah, sama seorang Starzy pula, untung saja hanya beberapa orang saja yang memergoki Xera dibawa paksa oleh seorang Starzy.   Xera berdoa dalam hatinya semoga image dia nggak akan buruk setelah ini, bagaimana bisa ia bersekolah dengan orang-orang yang selalu memandang ia buruk dan tidak enak setiap harinya? Bisa-bisan Xera gila sekarang.   “Cukup masuk akal, tapi gue pikir ada alasan lain kenapa Starzy mengumpulkan kita.” Rei berpendapat, hal itu membuat Xera tertarik dan menatap Rei dengan serius. Sungguh Xera sangat suka konspirasi, baginya sebuah konspirasi adalah dunia imajinasi yang sangat indah bila dijelajahi.   “Apa apa? Cepat beritahu ak-“   “Gue nggak salah! Ya salah lo-“ Sera yang berada di samping Rei berteriak secara tiba-tiba, hal itu membuat hampir sesisi ruangan termasuk Rei dan Xera melihat Sera aneh.   Sera yang menyadari tatapan itu hanya menatap satu-satu penghuni yang berada di ruangan Starzy tersebut dengan senyuman yang sangat manis dan menundukkan kepalanya berkali-kali seakan ia meminta maaf menganggu ketenangan yang ada di ruangan tersebut.   Para Starzy sudah memalingkan wajahnya dari Sera, tetapi tidak dengan Rei dan Xera yang masih menatap Sera dengan tatapan bertanya dan menyelidiki.   “Lho? Siapa kalian berdua? Asiik! Ada temen gue, jadi nggak dihukum sendirian,” Sera menghela napasnya dan mengelus dadanya seperti berusaha untuk menenangkan diri.   “Bentar deh ...” Sera teringat suatu hal dan dengan cepat ia menatap Rei juga Xera secara saru per satu, ia menemui kejanggalan, sungguh ia sangat tidak asing dengan muka yang sedang menatapnya dengan pandangan menyelidiki.   “Kalian berdua bukannya yang berhasil dapat skor tertinggi di ujian penentuan?” tanya Sera seakan tidak yakin dengan pertanyaannya sendiri.   “Menurutmu? Kita tampak seperti kriminal?” tanya Xera kembali dan membuat Sera kembali berpikir.   “Perkataanmu membuat dirimu menjadi tampak seperti kriminal, tadi gue juga mendengar ...” Sera menghentikan perkatannya dan menatap Xera dengan serius, lalu mendekatkan wajahnya dengan mata yang memicing. “Lo juga ... mencoba m***m di toilet cowokkan?” ucap Sera penuh emosional di kata terakhirnya.   “Apa maksud lo? Eh bentar, kalau gue nggak salah nama lo Sera kan? Dasar plagiat nama!” Xera membalas ucapan Sera dengan tidak kalah emosional juga.   “Plagiat? Yakali gue plagiat nama lo, kali aja gue yang duluan lahir, lo yang sebenarnya plagiatin nama gue, iya kan?” bantah Sera dan menyerang kembali Xera.   Rei hanya menatap keduanya dengan pasrah, kehadirannya sekarang hanyalah sebagai hama yang tidak diinginkan. “Kalian berdua bisa berhenti?” ucap Rei dengan nada dingin, hal itu sontak membuat keduanya saling terdiam dan kembali duduk dengan rapi pada kursinya masing-masing.   “Ia yang memulai,” tuduh Xera dengan menatap ke depan seakan ia tidak ingin membuang energinya hanya untuk menolehkan wajahnya ke samping.   “Kok lo malah ngenes sih? Kan lo yang mulai!”   “Udah berhenti.” Rei kembali mengangkat suara yang membuat mereka saling terdiam.   “Lihat nih? Anak ketua komite sekolah bukan?” ujar seorang Starzy datang bersamaan dengan Xander yang terlihat menguap mengantuk.   Kedatangan Xander membuat mereka bertiga bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang para Starzy cari dengan mengumpulkan mereka semua? Para murid yang memiliki nilai tertinggi pada ujian penentuan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD