AX-15 [Vulpecula]

1298 Words
Xander menghempaskan tubuhnya pada tempat tidur ukuran king size di Pentdorm sementara yang akan ditinggalinya selama kurang lebih seminggu. Xander menghelakan napasny berulang-ulang, ia sungguh lelah dan energi tubuhnya sunnguh banyak habis. Padahal Xander hanya mengamati dan tidak ikut campur bahkan mengeluarkan energi berlebihan.   Xander sengaja melarikan diri untuk tidak mengikuti upacara makan malam yang diadakan di sekolah khusus untuk para calon murid baru, Starzy, dan guru. Xander tidak peduli dengan acara yang membutuhkan banyak energi seperti itu, ia lebih ingin dan menyukai tertidur dengan nyaman di manapun. Dan ia tidak takut dengan sebuah ancaman siapa yang tidak hadir akan dikeluarkan dari sekolah, semuanya hanya sekedar ancaman, mereka tidak serajin itu untuk mengurus berkas di upacara makan malam.   Xander melarikan dirinya saat sudah senja, ketika ia melihat matahari sudah mulai tidak menampakkan dirinya lagi, di saat itulah Xander pergi mencari bus untuk ia tumpangi menuju ke Pentdorm. Bagaimana bisa Xander mendapatkan bus? Tentu saja ia sudah tau dengan sangat jelas jadwal bus untuk beroperasi mengelilingi Starlight School. Di dalam bus ia hanya sendirian tanpa supir, karena bus berjalan otomatis, sudah memakai kepintaran buatan untuk dapat mengendarai dan menghindari bahaya.   Xander memandangi langit-langit di kamar Pentdormnya, kemudian ia mengangkat tangan sebelah kirinya dan melihat bekas luka dalam pada punggung tangannya, Xander sangat yakin ia tidak pernah terluka pada bagian tersebut, ia kembali mengingat pada hari undangan Starlight School tiba, saat itulah ia mendapati luka pada tangannya ketika ia bangun dari tidur, padahal ia dengan sangat jelas bahwa ia sebenarnya mengejar seuatu pada waktu itu dan-   “Arghh,” geram Xander. Ia merasakan denyut dan nyeri yang luar biasa pada kepalanya. Ia yakin ini tidak masuk akal karena ia tidak pernah seperti ini, Xander yakin ada seseorang yang mencoba mempermainkannya, tetapi ia tidak mengetahui siapa orang itu dan dimana, satu hal pasti yang ia ketahui adalah orang tersebut memiliki hubungan dengan ayahnya dan merupakan salah satu orang yang berada di Starlight School.   Xander menenangkan dirinya, ia berusaha dengan cepat menepis pikiran untuk mengingat kejadian saat ia mendapatkan surat undangan dari Starlight School, karena hal itulah yang membuat kepalanya serasa mau pecah dan sangat menyakitkan. Setelah mulai tenang, Xander bangkit dari tidurnya, ia berdiri dan mengambil air mineral yang sudah disediakan di Pentdorm.   Tidak lama setelahnya Xander merasakan gejolak aneh di perutnya, tentu saja ia mulai lapar sekarang. Xander mengambil tasnya dan membukanya, ia mengambil kotak putih besar yang terdapat di dalam tasnya, lalu membukanya. Di kotak tersebut banyak sekali makanan cepat saji, ia mengambil roti isi yang ada, lalu pergi ke area dapur di lantai bawa untuk menghangatkannya memakai microwave.   ***   Sera melarikan dirinya saat upacara makan malam berlangsung, ia terlihat diam-diam pergi dii tengah ramainya para makhluk bumi saling berinteraksi sosial. Sera pergi ke luar dan mencari tempat sepi untuknya menenagkan diri, ia sudah cukup frustasi, entah hal apa yang membuatnya merasa sesak secara tiba-tiba.   “Bodoamat yang penting gue udah isi presensi,” ujar Sera dalam keheningan yang ada.   Sera berjalan di pinggiran hutan dalam Starlight School, takut? Tentu sajaa tidak, Sera bahkan tidak percaya dengan yang namanya hantu, ia hanya beraanggapan bahwa hantu yang ada pada zaman sekarang ini hanyalah ilusi dan imajinasi semata seorang manusia. Kenapa begitu? Karena Sera berpendapat bahwa sosok hantu itu merupakan sebuah energi negatif atau roh negatif yang tersesat di bumi dan tidak dapat kembali ke asalnya, bentuk mereka tidak bisa dilihat, hanya saja karena manusia cenderung berpikiran negatif hal itulah yang membuat energi atau roh tersebut berubah menjadi bentuk yang menakutkan. Pada dasarnya semua hal itu hanyalah ilusi semata dan bukan sebuah kebenaran bahwa mereka dapat menyerang manusia, imajinasi dan kepekaan manusialah yang membuat mereka dapat terserang oleh energi negatif tersebut.   Sera dahulu pernah berpengalaman menjumpai sosok makhluk yang mengerikan, tetapi ia perlahan tidak takut dan beranggapan itu tidak dapat menaykitinya, saat itulah sosok yang menakutkan tadi berubah menjadi kecil dan beraura, ia lebih terlihat seperti cahaya pekat panas.   Sera menggelengkan kepalanya mengingat sifat manusia yang terlalu takut kepada sosok lemah, manusialah yang terkuat di antara makhluk yang ada, itu merupakan hal mutlak bagi Sera, jadi tidak ada alasan baginya untuk menakuti berbagai hal, dan ia juga percaya bahwa Sang Pencipta selalu melindunginya selama ia berbuat hal baik.   “Sera? Ngapain lo disini?” terdengar suara Stella dari belakang tubuh Sera.   Saat itu Sera membalikkan badannya, ia mendapati Stella dengan tubuh yang kotor dan baju yang sudah sangat lusuh. Ada apa dengannya?   “Lo kenapa? Kalau ada masalah hidup sini cerita jangan dipendam,” ujar Sera seraya menarik tangan Stella paksa. Mereka berdua duduk di taman sekolah yang luas dan penuh rerumputan hijau segar.   Mereka saling terdiam karena menikmati pemandangan yang ada di langit. Indah, satu kata yang terlintas di pikiran masing-masing orang yang melihatnya. Dari sini mereka dapat melihat dengan jelas milkyway seputih s**u dan sangat cantik, mereka sekarang menemukan jawaban kenapa Starlight School membuat sekolah di sebuah pulau yang jauh dari negara manapun dan sangat terpencil. Hal itu karena di daerah ini tidak memiliki polusi dan membuat siapapun menajadi nyaman untuk berkembang dan menjadi yang terbaik.   “Ser..” panggil Stella.   “Kenapa?”   “Apa Cuma gue yang merasa sudah tidak tertarik untuk menjalani hidup?” Perkataan Stella membuat Sera mengalihkan pandangannya bergantian menatap Stella.   “Maksud lo?” tanya Sera seakan tidak mendengar jelas apa yang dikatakan oleh Stella.   “Gue tau lo paham maksud gue,”   “Gimana ya ... Setiap orang memiliki kelebihan dan kekuarangan bukan? Ada yang terlahir sudah mendekati sempurna dan ada ketika ia lahir tidak memiliki apapun, masalah tujuan hidup juga terkadang membuat berbagai orang semakin beragam. Dan Cuma ada satu masalahnya kenapa dunia terlihat membosankan bagi segelintir orang, lo tau apa?” tanya Sera di akhir perkatannya. Stella menatap Stella dengan raut berpikir.   “Nggak tuh, emang apa?” tanya Stella.   “Terlalu sempurna dan egois. Terkadang kita juga perlu mencintai hal yang paling dasar seperti mencintai diri kita, karena lo akan paham apa yang lo inginkan ketika lo sudah cinta akan diri sendiri. Kebanyakan dari manusia ia lebih ingin dicintai oleh orang lain dibandingkan diri sendiri, hal itulah yang menguatkan sisi egois mereka sampai lupa mereka caranya untuk bersyukur. Bahkan mereka lupa bahwa yang selalu ada untuk diri mereka adalah diri mereka sendiri, karena bagaimanapun di saat apapun hanya diri sendirilah yang dapat mengubah keadaan untuk kita.” Sera tersenyum setelah menjelaskan hal itu kepada Stella.   “Lo benar.” Stella menunduk, ia merasa sangat bodoh sekarang, bagaimana mungkin ia terlihat semenyedihkan itu? Padahal banyak orang yang sangat mengidamkan kehidupannya yang serba sempurna ini, walaupun ia juga merasakan sakit dan luka yang sama saja, tetap saja ia tidak boleh mengikuti keegoisan yang ada pada dirinya.   “Jadi, sekarang lo udah mau cerita? Kenapa lo jadi lusuh begitu?”   “Apa?” Stella menatap Sera dan setelahnya ia mengikuti arah pandang Sera pada pakaiannya yang sudah sangat kotor dan berantakan.   “Ah ... ini? Tadi gue dengar kalau di hutan ada banyak buah segar, karena gue emang lebih suka memetik buah langsung dimakan, jadi gue cari deh ke dalam hutan. Tapi gue nggak tau kalau di dalam sana banyak hewan liar juga, jadi gue kejar-kejaran dong sama babi hutan, ular, bahkan ampe apa tadi ya? Gue lupa.” Stella menyengir setelahnya.   “Buah untuk gue ada?” tanya Sera.   “Gue aja Cuma dapat dua apel madu, manis banget apelnya asli. Setelah itu ada ular pohon dan ... lo tau lah gimana kelanjutnnya.”   “Lo bakal lanjut nggak di sini?”   “Gue? Entahlah, tapi sepertinya di sini banyak hal menarik,” jawab Stella. Mata coklatnya kembali menatap bintang-bintang indah di langit malam.   “Lo mau tau apa hal yang lebih menarik?” Nada bicara Sera kali ini sangat terlihat serius. Stella yang mendengarnya kembali menatap Sera dengan pandangan bertanya.   “Apa tuh?”   “Rahasia gelap Starlight School.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD