“Eh, apa maksudnya?” Wajah Rinai mulai bersemu. Dia pun bukan gadis bodoh yang tidak bisa merasakan perhatian Wira yang berlebih akhir-akhir ini. “Makanlah dulu … usai makan aku akan bicara sesuatu,” ucap Wira sambil menopang dagu dan menatap wajah manis itu yang tengah menyuap malu-malu. “Bicara saja sekarang, Bang!” Rinai menjadi gugup ditatap sedekat itu oleh Wira membuat rasa dalam d**a seolah melompat-lompat tak karuan. Wira malah tersenyum, membuat Rinai semakin salah tingkah dibuatnya. “Nanti, nunggu kamu kelar makan dulu,” ucap Wira bersikukuh. “Ehmmm.” Akhirnya hanya itu yang keluar dari mulut Rinai, sebuah deheman. Rinai makan dengan canggung. Tak terbiasa mendapatkan tatapan seperti itu dari Wira yang bahkan seolah sedang menontonnya makan. Acara makan selesai. Rin