CHAPTER :: 04

1842 Words
Suara pintu yang terbuka, membuat semua karyawan langsung menoleh ke sumber suara. Mereka yang tadinya sedang sibuk menyiapkan pesanan untuk para pelanggan, seketika berhenti sejenak saat melihat kedatangan bos mereka, beserta seorang anak kecil yang sudah tidak asing lagi. "Gimana? Aman?" Tanya Fawaz mengecheck keadaan Caffe selama ia pergi berberapa jam. "Aman Pak." Jawab Dharma mewakili yang lainnya. Kini semuanya kembali pada pekerjaannya masing-masing. Ada yang sibuk meracik bumbu, ada yang sibuk menggoreng ayam, ada juga yang sibuk mengolah dessert. Semuanya bertempur ditempat masing masing. "Oke kalau begitu. Saya mau ke ruangan ya. Tolong buatkan makan siang untuk Zanna. Saya tunggu di atas." Ucap Fawaz. "Siap bos!" Balas Dharma. "Ayok, Zanna kita ke ruangan Papa." Ajak Fawaz pada anak perempuan semata wayangnya itu. Zanna terdiam, gadis kecil itu terlihat masih asyik menatap para pekerja Ayahnya yang sedang memasak. Di matanya pekerjaan tersebut terlihat sangat menarik. "Zanna?" Panggil Fawaz saat melihat Zanna yang tak memberikan respond apapun terhadapnya. Fawaz pun memilih untuk merendahkan tubuhnya. Hingga kini posisi tubuhnya sejajar dengan Zanna. "Zanna, kok malah bengong? Kamu lagi lihatin apa sih?" Tanya Fawaz yang kemudian mengikuti arah pandang Zanna. "Kamu mau kue itu?" Tanya Fawaz lagi sambil menunjuk Fara, salah satu karyawannya yang sedang memberikan taburan coklat diatas kue brownies andalan mereka. Zanna masih terdiam. Fawaz menghembuskan nafasnya. "Zanna, lihat Papa." Fawaz memutar tubuh Zanna menghadap ke arahnya. "Dengarkan papa baik-baik. Zanna lapar?" Tanya Fawaz sambil mengunci tatapan Zanna melalui matanya. Zanna mengangguk. "Zanna mau kue brownies yang Zanna lihat tadi?" Tanya Fawaz lagi. Mendengar dan memahami itu, mata Zanna seketika berbinar. Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya antusias. "Iya, iya. Zanna mau Papa!" Cicit Zanna pelan. Namun terdengar sangat antusias bagi Fawaz. "Oke, lain kali kalau Zanna mau sesuatu bilang saja ya. Jangan diam. Mengerti?" Ucap Fawaz yang masih mengunci tatapan mata Zanna, agar gadis kecil itu hanya fokus pada suara dan pembicaraannya. Zanna menganggukkan kepalanya. Entah gadis itu mengerti atau tidak maksud dari ucapan papanya, yang ada dipikiran gadis kecil itu hanyalah bayangan kelezatan kue brownies dengan taburan coklat di atasnya. Benar-benar sangat menggiurkan mata dan juga perut. "Emm.. Fara, nanti saya minta tolong buatkan brownies juga untuk Zanna. Nanti tolong antarkan saja ke ruangan saya sekalian dengan makan siang yang tadi saya minta." "Baik Pak." Jawab Fara, mengehentikan sejenak kegiatannya. "Oke, kuenya lagi dibuat sama Tante Fara. Sekarang, Zanna ikut Papa ke atas yuk!" Ajak Fawaz, kali ini pria itu memilih untuk mengangkat gadis kecil itu ke dalam pangkuannya. Kemudian melangkahkan kakinya menaiki satu persatu anak tangga yang mengarahkanya menuju ruang kerja. *** Suasana di ruangan ini sangat sepi. Hanya sesekali terdengar suara ketikan keyboard atau suara buku yang berpindah halaman. Semua orang yang ada di dalam ruangan ini, terlihat sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Ada yang sibuk mengetik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Minggu ini, ada yang sibuk merekap nilai dan ada juga yang sibuk menuliskan beberapa kasus anak ke dalam buku Anekdot. "Sepi amat. Jajan yuk!' ucap Tata yang sudah menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi, setelah berjam-jam menekuni tugasnya. Yaitu, membuat RPP. "Yuk, udah selesai nih. Lapar." Sahut Aya yang kini sedang merapihkan alat tulis serta buku-buku yang berserakan di depannya. "Nez, Ra, ikut nggak?" Tanya Tata. Memang, jika mereka sedang berempat seperti ini mereka jarang sekali memanggil satu sama lain dengan tambahan 'Bu' di depan nama mereka. Mereka merasa masih muda dan kebetulan umur mereka pun tidak terpaut jauh. Tata berumur 27 tahun, Inez dan Sera berumur 25 tahun dan Aya sendiri berumur 24 tahun. "Gue nggak deh, mau nitip aja. Soalnya masih banyak nih. Rapelan biasa." Jawab Sera sambil menunjukkan buku Anekdot yang masih terlihat kosong itu. "Nez?" "Gue juga ikut. Sekalian mau cuci mata. Udah butek banget." Jawab Inez. "Ke tempat biasa kan?" Tanya Inez. "Yaiyalah, kemana lagi? Tempat legend di sini kan cuma warung Bu Wati doang. Bukan legend sih, lebih tepatnya emang nggak ada pilihan. Dah lah yuk, berangkat! Lo yakin nggak mau ikut Ser?" Cerocos dan Tanya Tata. "Mmm.. gimana ya? Ya pengen sih, tapi ini masih banyak." Keluh Sera. "Yaudah, tinggalin dulu aja Ser. Masih bisa dikerjain besok ini." Balas Aya. "Lagian, pengawas bakal datang di bulan depan. Masih banyak waktunya." Lanjut Aya. Sera nampak masih berpikir. Inez, Tata dan Aya sampai merasa jengah menunggu gadis itu. "Nggak usah banyak mikir, udah ayok ikut aja!" Ucap Inez gemas sambil menarik Sera agar gadis itu berdiri dari duduknya. "Iya, iya. Bentar ambil dompet dulu. Sabar, nggak usah tarik-tarik juga kali Nez. Sakit nih tangan gue." Ucap Sera. "Ya abisnya lo mikir lama banget." Balas Inez. "Yaudah kuy, berangkat." Ucap Tata berjalan lebih dulu memimpin ketiga temannya yang lain. Kegiatan mereka di sekolah sebenarnya hanya sampai jam 2 siang. Hanya saja, karena mereka memiliki segudang pekerjaan yang menumpuk dan harus diselesaikan agar tidak semakin banyak, mereka memilih untuk mengerjakannya di sekolah. Dan sebelumnya, mereka pun sudah meminta izin kepada Bu Retno terlebih dahulu. "Mau pulang jam berapa? Biar gue bisa minta jemput dari sekarang." Ucap Tata ditengah-tengah perjalanan mereka menuju warung Bu Wati. Inez melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Jam setengah empat kali ya, Abis Salat Ashar, tanggung." Jawab Inez. "Oke, gue mau WA suami gue dulu." Balas Tata. "Yang udah punya suami mah beda ya!" Celetuk Sera. "Mana masih anget-angetnya lagi." Lanjut Sera. "Makanya Sono cari laki. Jangan kelamaan jomblo!" Balas Tata sambil memainkan handphonenya. Diantara mereka berempat, hanya Tata saja yang sudah menikah. Tata melangsungkan pernikahannya tepat 3 bulan yang lalu. "Yeu, jangan salah ya! Tiba-tiba gue kasih undangan, jangan kaget ya Lo!" Balas Sera. "Oke gue tunggu ya!" Balas Tata. "Gue kan udah nikah nih ya, kira-kira setelah ini yang paling cepat nikah menurut Lo pada siapa?" Tanya Tata random. "Bau-baunya sih Inez." Celetuk Sera asal. Inez yang merasa namanya disebut pun langsung menoleh. "Heh, mana ada. Tapi, Aminin aja deh. Aamiin.." canda Inez. "Tuhkan, lo lihat. Jangan-jangan diam-diam Lo udah punya ya Nez? Ngaku Lo!" Tuduh Sera. "Mana ada. Belum ada. Suer. Doain aja akhir tahun ini ada." Balas Inez. "Tuh, yang udah ada calon depan mata, kenapa diam-diam terus? Kapan nih, kapan?" Sindir Inez pada Aya. Aya tersenyum. "Doain aja." Balas Aya. Diantara mereka berempat, Aya adalah yang paling kalem. "Tahun ini ya Lo?" Tuduh Sera. "Doain aja." Balas Aya. "Fix sih ini, pasti tahun ini. Gue yakin." Ucap Sera yang menjadi penutup topik seputar pernikahan mereka. *** Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Pria yang baru saja menyelesaikan rakaat terakhir dalam salatnya itu, segera merapihkan kembali peralatan salat pada tempatnya. Matanya melirik ke arah gadis kecil yang sedang tertidur di atas sofa panjang berwarna abu itu. Lirikan mata itu berubah menjadi tatapan. Seulas senyum terukir di bibirnya. Ada rasa rindu saat menatap wajah anaknya. Rindu akan istrinya yang sudah lama pergi. Jika saja istrinya masih ada pasti... Tidak! Tidak! Jangan lanjutkan! Istrinya sudah bahagia di atas sana. Daripada tenggelam dalam khayalan, Fawaz memutuskan untuk melangkahkan kakinya menghampiri Zanna. Sesampainya di sana, Fawaz segera mengangkat tubuh kecil itu. "Maaf Papa masih belum bisa kasih yang terbaik buat kamu." Ucap Fawaz yang kemudian mencium kening Zanna dalam. Banyak rasa yang membuncah dalam benaknya. Rasa senang, karena sudah bisa bertahan sejauh ini demi Zanna. Dan rasa... Sedih, kecewa, putus asa karena sampai saat ini masih belum bisa menjadi yang terbaik untuk Zanna. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, pria itu pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan ini. Sudah waktunya pulang. "Put, masih ramai?" Tanya Fawaz kepada Putra yang sedang memotong sayuran. "Eh pak, udah nggak pak. Cuma ini lagi persiapan aja, soalnya kalau malam biasanya langsung ramai lagi. Jadi biar nggak terlalu keteter, saya siapin dari sekarang." Jawab Putra. "Oke siap, thanks ya Put." Balas Fawaz. "Yang lain pada kemana Put?" Tanya Fawaz lagi, saat melihat beberapa bilik kitchen terlihat kosong. "Sebagian lagi istirahat. Sebagian lagi sedang salat pak." Jawab Putra. "Kenapa? Bapak mau pulang ya?" Lanjut Putra dengan pandangan yang beralih ke arah Zanna. "Iya, saya pamit ya. Kasihan Zanna. Titip salam sama yang lain. Titip Caffe juga. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya. Oke?" Ucap Fawaz. "Siap pak! Hati-hati ya pak!" Balas Putra. "Sip, saya pamit ya Put. Assalamualaikum.." "Waalaikumsalam.." *** "Nez, ojol gue udah mau sampai nih. Lo belum dapat juga?" Ucap Sera. Di sekolah kini hanya tersisa mereka berdua. Tata sudah lebih dulu dijemput oleh suaminya. Sedangkan Aya, gadis itu selalu membawa motor dan arah pulang Aya dengan mereka berdua berbeda arah. "Belum." Jawab Inez, menghembuskan nafasnya lelah. "Kalau duluan nggak papa?" Tanya Sera tidak enak, karena harus meninggalkan Inez seorang diri di sini. "Yaa... Nggak papa. Lagian masih jam 4 ini. Nanti kalau nggak dapat juga, paling gue naik angkot aja." Jawab Inez. "Sambil nunggu ojol Lo nyampe, kita jalan ke depan yuk! Itung-itung anterin gue sampe depan. Hehehe.." lanjut Inez. "Yaudah, ayok!" Jawab Sera setuju. Keduanya pun kini melangkahkan kakinya menuju gang depan sekolah, dimana mereka akan menemukan jalan besar dan juga ramai. Jarak dari sekolah ke gang, tidak terlalu jauh. Hanya perlu sekitar 2-3 menit untuk sampai ke sana. "Kayanya gue mau naik angkot aja deh ser. Nggak dapat-dapat daritadi." Keluh Inez dengan sedikit kesal. "Aneh, tumben. Kenapa ya? Biasanya gampang dapatnya." Ucap Sera. Inez mengangkat kedua bahunya. "Nggak tahu." Jawab Inez. Keduanya tidak ada lagi yang berbicara. Hanya terdengar suara sepatu mereka yang saling bergesekan dengan aspal, sehingga sedikit menimbulkan bunyi disepanjang jalan yang mereka lalui. "Eh, Nez. Ojol gue udah nyampe tuh. Lo nggak papa gue tinggal sendirian di sini?" Ucap dan tanya Sera. Inez menggeleng. "Nggak papa. Kasian ojolnya kalau harus nunggu gue." Jawab Inez. "Mba Sera?" Tanya Ojol yang datang menghampiri mereka berdua. "Iya, saya pak." Jawab Sera. "Bapak Gunawan kan?" Tanya Sera balik. "Iya Mbak, maaf ya saya terlambat. Ojol-ojol lagi pada demo soalnya." Jelas Pak Gunawan. Sera manggut-manggut. "Oh pantesan. Teman saya dari tadi coba order, nggak dapat-dapat Pak.", Balas Sera sambil melirik ke arah Inez. "Iya mbak, kalau demo hampir sebagian ojol pasti ngagk terima orderan. Ini aja saya terima, karena saya malas Mbak. Udah sering demo, tapi kaya nggak ngehasilin apa-apa. Mending saya ngojek lha." Ucap Pak Gunawan. "Mau pakai helm nggak mbak?" Sera menggeleng. "Nggak usah Pak." Jawab Sera yang kemudia naik ke atas motor. "Nez, gue duluan ya!" Ucap Sera berbarengan dengan motor yang dinyalakan kembali. "Ya, hati-hati.." balas Inez. "Oke, bye. Assalamualaikum.." "Waalaikumsalam.." jawab Inez kemudian motorpun melaju, meninggalkan Inez seorang diri di sini. Kendaraan terus hilir mudik di depannya. Namun Inez belum kunjung menemukan angkutan umum yang akan membawanya pulang. Ada, tapi sudah terisi penuh semua. Inez sedikit menghentakkan kakinya kesal. "Ah, s**t!" Maki Inez kesal. Inez tetaplah seorang anak muda. Meskipun label guru ada pada dirinya, terkadang Inez bisa saja mempunyai kelakuan seperti anak muda pada umumnya. Namun, yang perlu di garis bawahi adalah Inez masih tahu tempat dan aturan. Tentu saja, saat di sekolah Inez tidak pernah mengucapkan sumpah serapahnya dengan kasar. Disaat Inez terus menggerutu, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya. Inez menghentikan kegiatannya tersebut. Dan menatap mobil itu bingung. Perlahan bisa Inez lihat, kaca mobil di depannya turun. Inez penasaran, ingin mengetahui siapa pengendara mobil tersebut dan Inez rasanya tidak asing dengan mobil ini. Seperti pernah melihatnya. "Bu Inez?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD