Pengecut

670 Words
Zio yang hendak masuk ke dalam mobil, diam sejenak. Terpaku karena melihat sesosok pria yang ia tau sedang mondar mandir sambil menelepon di samping pos security di luar gedung perusahaanya. Pria itu terkesan sedang berdebat dengan seseorang yang sedang diteleponya. Pria tersebut mematikan teleponnya dan tak lama kemudian Lastra keluar menghampiri pria tersebut. Zio menggeleng tiba-tiba kesal dan akhirnya masuk kedalam mobilnya duduk pada bangku penumpang bagian belakang. “Jalan Pak.” Pak Edi selaku supir pribadi Zio pun bergegas melajukan mobil. Berjalan perlahan dan melewati pos security, tapi tiba-tiba Zio menyuruh supirnya untuk berhenti. “Tolong panggilkan Lastra Pak!” Pak Edi pun mengangguk dan segera keluar menghampiri Lastra yang memang sudah ia lihat saat melewati pos security. Lastra yang melihat Pak Edi jalan dengan terburu-buru dan menghampirinya, segera menghentikan perdebatannya dengan Adit. Ia curiga kalau Pak Edi pasti tengah diperintah oleh bosnya untuk mendatangi dirinya. “Ada apa pak Ed?” Tanya Lastra “Itu Mbak Last … dipanggil Mas Zio.” Ucap Pak Edi, yang memang memanggil Zio dengan sebutan 'Mas' karena ia sudah menjadi supir pribadi Zio sejak SMA. “Lah, Pak Zionya mana?” Lastra yang mengernyitkan keningnya menoleh ke sembarang arah dan tetap tidak melihat di mana keberadaan bosnya itu. “Ikut saya Mbak.” Pak Edi pun langsung pergi dan Lastra buru-buru mengikuti di belakangnya. “Dah ya Dit, aku pergi dulu, ada urusan kerjaan.” Ucap Lastra berdalih, padahal ia juga tidak tau kenapa bosnya itu memanggilnya. Adit hanya menatap kesal dengan kepergian Lastra dan berbalik menuju mobilnya, ia masih berharap agar Lastra mau kembali kepadanya, apapun caranya. Pak Edi segera membuka pintu mobil bagian belakang dan mempersilahkan Lastra untuk masuk. Lastra yang ragu tidak serta langsung masuk, ia menunduk menengok ke dalam mobil. “Bos manggil saya.” Tanya Lastra “Masuk!” Perintah Zio tanpa menengok Lastra sedikitpun. Setelah Lastra masuk dan menutup pintu mobil, Zio memerintahkan pak Edi untuk segera melajukan mobilnya. “Ada apa pak?” Lastra bertanya untuk memecah keheningan di dalam mobil, karena sejak menyuruhnya untuk masuk, Zio tidak menoleh ataupun berbicara satu patah katapun dengan dirinya. Ni orang maunya apa sih, ditanya gak dijawab, ditoleh juga gak, terus ini mobil juga mau kemana sih sebenarnya? batin Latra bertanya-tanya dengan kesal. “Pak Ed, kita mau kemana?” karena putus asa dengan Zio yang sedari tadi tak bersuara, Lastra memberanikan diri untuk bertanya ke supir pribadinya. Bukannya jawaban dari Pak Edi yang Lastra dapatkan, tapi malah justru ia yang diberi pertanyaan oleh Zio. “Ngapain pengecut b******k itu datangin kamu?” Zio bertanya sambil memejamkan matanya dan menegadahkan kepalanya bersender pada kursi mobil. “Pengecut b******k?" Lastra berfikir sejenak. "Ehh… Nama dia, Adit, Pak!" Seru Lastra “Ngapain?!” Zio agak meninggikan nada suaranya Seketika itu juga nyali Lastra menciut. “Ma-mau jemput saya Pak.” Jawaban Lastra tidak ditanggapi sama sekali oleh bosnya itu, ia hanya mendengar Zio menghela nafas dengan kasar dan tetap pada posisi menutup matanya setelah mendengar jawabannya. Sepanjang perjalanan, benak Lastra dipenuhi banyak pertanyaan yang ia sendiri belum mampu menjawabnya. Daripada menunggu Zio yang sedari tadi hanya memejamkan matanya, lebih baik Lastra menikmati pemandangan di sepanjang perjalananya, dari jendela. Semakin lama perjalanan, sepertinya ia semakin tau, mobil yang tengah ia tumpangi saat ini sedang menuju kemana. Benar dugaannya, kalau Lastra saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah bosnya. Kediaman Tuan dan Nyonya Andreas. “Mas Zio, sudah sampai.” Ucap Pak Edi setelah mobil yang ia kemudikan berhenti di depan pintu rumah. Zio yang mendengarnya langsung mengucapkan terima kasih dan seketika langsung keluar membanting pintu mobil dengan kerasnya. Berjalan cepat menuju rumah dan menghilang dibalik pintu. Lastra yang masih berada di dalam, tersentak kaget dan hanya memandangi bosnya itu dari dalam mobil. “Gak mau keluar, Mbak?” Pak Edi tiba-tiba mengagetkan Lastra karena ia ternyata sudah membukakan pintu mobil sedari tadi, untuk menunggu Lastra keluar. “Ehh iya Pak, Ed, maaf ya ngerepotin, terima kasih.” Pak Edi mengangguk sopan dan berlalu meninggalkan Lastra setelah ia menutup pintu mobil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD