“Ah, sial, kenapa gue terjebak dalam kamar ini lagi?” Anes mengusap gusar wajahnya. Mendadak frustrasi karena harus sekamar lagi dengan Anjas. Dia menggigit jari jempolnya kemudian menoleh pada Anjas yang membuka baju di depannya. “Aaa …” Anes kaget, segera membalikkan tubuhnya. “Kaya gak pernah lihat badan gua saja,” ujar Anjas pergi ke walk in closet mengambil handuk kering dan melilit di pinggangnya. “Gara-gara lo, gue jadi parno sekarang. Please, jangan pernah sentuh-sentuh gue malam ini!” “Berdoa saja supaya lu tetap normal. Kalau enggak … gua gak bisa jamin lu bisa bangun besok.” Anjas tersenyum melangkah ke kamar mandi meninggalkan Anes yang membeku. Detik kemudian Anes mengedik ngeri, dia mengambil bantal dan selimut kemudian meletakkan di atas sofa. “Lebih baik gue tidur di