“Hei, lo mau ke mana?” teriak Anes melihat Anjas sudah berlari ke kamar mandi. Tangan yang terulur tak bisa digapai tubuh Anjas, hanya bisa meraih angin kemudian dia menegakkan tubuhnya. Punggungnya masih sakit sampai-sampai Anes terus mengeluh. “Emang gak ada sayang-sayangnya sama gue … kenapa ya orang itu kalau nikah adem, enak dilihat. Lah gue, kerasa banget dracin tipu-tipu.” Anes malas bangun, meski dingin, dia lebih enak duduk di lantai dengan kaki selonjoran dan bersandar di tepi sofa. “Dia lama banget sih ke kamar mandinya?” gumam Anes mulai uring-uringan. Mulut terus menguap sampai pada akhirnya naik ke atas kasur lalu tidur di sana. “Tidur dulu sebentar sampai dia keluar.” Itu yang terucap dari bibirnya, tapi begitu pintu kamar mandi terbuka, Anes sama sekali tidak mendengar