Sebelas. Pesta Ulang Tahun

2129 Words
                                                                                    ***                                                                     Selamat membaca.                                                                                     ***                         Sudahku katakan, aku tak ingin kenal dengan orang yang sudah membuat hatiku patah.                                                                                     ***             Shayna membuka salah satu dari lima kotak hadiah yang diberikan Reevin, entah uang dari mana, tapi Shayna benar-benar terkejut saat membuka salah satu kotak hadiah Reevin. Hadiahnya adalah mahkota, mahkota itu benar-benar cantik, berkilau, Shayna yang tengah mengenakan gaun berwarna merah maroon mencoba memasang mahkota itu dibantu dengan tata rias yang sudah disewa orangtuanya untuk mempercantik Shayna di malam ini.             Malam ini, pesta perayaan ulang tahun ke tujuh belas Shayna diadakan di hotel Ayahnya sendiri, banyak tamu yang datang, juga mungkin malam ini akan Aldino mengungumkan bahwa Shayna akan menerima sahamnya di hotel yang ia kelola, selama ini.             Setelah siap dengan pakaiannya, Shayna akhirnya keluar, tiga puluh menit lagi acara tiup lilin memang diadakan, hari ini, setiap kali dia berulang tahun, orangtuanya menang selalu mengadakan acara untuknya. Acara kali ini teramat sempurna bagi Shayna, karena bukan hanya Aldino laki-laki terbaik yang berada disekitarnya, tapi juga ada Reevin.             Aldino begitu penasaran dengan siapa ayah Reevin, kala itu di pagi hari, Aldino bertanya akan satu hal kepada Reevin saat laki-laki itu datang ke rumahnya untuk menjempiut anak sematawayangnya, kalau benar Reevin anak dari seorang 'Adiatma yang lain' maka Aldino salah, ia akan merestui hubungan Reevin juga Shayna, bila Reevin adalah anak 'Adiatma yang ia kenal' maka bagaimana pun Reevin meminta Shayna, ia tak akan mengizinkannya, ia tidak akan memberikan putri sematawayangnya itu kepada anak dari Adiatma, yang ia kenal dengan nam Reevin itu.             Adiatma -- Sandy Adiatma yang ia kenal setahunya hanya memiliki satu orang putri yang seusia Shayna, dan tidak memiliki seorang putra. "Mana Ayahmu?" Tanya Aldino kepada Reevin yang sedang menemani Shayna menjamu beberapa teman sekolahnya.             Reevin mendadak tergagap mendapat pertanyaan seperti itu, apa ini namanya perjodohan? Kenapa jadi ayah Shayna terlalu bertanya tentang ayahnya? Tak lama dari itu, Reevin akhirnya menjemput ayahnya yang sudah ada di depan ballroom dengan Ibunya, ya ia dan Ayahnya memang berpisah naik mobil saat ke sini, Reevin datang lebih cepat agar bisa menemani Shayna dengan lama.                    Sejujurnya, Sandy sudah tahu ini hotel siapa, Sandy pernah bekerja sama dengan pemilik hotel ini, yah hotel ini milik Aldino dan Sylena, semenjak kejadian tentang perasaannya kepada istri Aldino terbongkar, Sandy dan Aldino tak lagi menjalin kerja sama. Sandy paham, Aldino hanya ingin menjaga rumah tangganya agar tetap utuh, sejak itu juga Sandy berfokus kepada seseorang yang sudah menerimanya apa adanya, yang pernah ia sakiti tapi masih mampu mema’afkan Sandy.             Avita -- Ibunya Reevin sekaligus istri Sandy mencengkram kuat-kuat lengan suaminya saat Reevin membawa orangtuanya, mengenalkan mereka kepada orangtua pacarnya, ia benar-benar tidak menyangka, putri dari kekasih anaknya adalah anak daria orang dimasa lalu suaminya, Aldino dan Sylena.             Aldino menghembuskan napas saat melihat Sandy dan istrinnya berjalan kearahnya dengan Reevin, ternyata benar Reevin adalah anak Sandy. Tapi ..., anak dari siapa? Sedangkan jarak umur Reevin dan Sadira – Putri pertama Sanyd saja, hanya berbeda satu tahun, dan usia Reevin dengan Shayna sama, mereka lahir ditahun yang sama.             "Om, ini ...." Reevin berniat mengenalkan orang tuanya kepada orang tua Shayna, tapi ucapannya terhenti saat Aldino mengangguk sebelum ia menyelesaikan apa yang ingin ia katakana.             "Iya, tahu, Sandy Adiatma," ucap Aldino lagi, mengetahui, mengenali siapa orang yang ada di depannya ini, sial sekali, ternyata laki-laki itu masih ada di sini, masih ada di hidupnya, an malang sekali rasanya mengingat Reevin adalah anak dari laki-laki itu.             Sandy dan Avita, Aldino hanya saling menatap membuat Reevin kebingungan, begitu juga dengan Shayna yang berada di anatra orang tua mereka, mereka sama sekali tidak tahu apa yang tengah terjadi di sini, ada apa sebenarnya?             Aldino hanya mengangguk lalu meninggalkan Sandy, Avita juga Reevin, yang membuat Reevin bingung, kenapa wajah Aldino saat meninggalkan mereka begitu masam? Begitu tak mengenakan? Sedangkan Sandy menarik napas dalam-dalam, kesalahannya yang dulu ternyata kini menimbulkan akibat yang buruk sampai detik ini, padahal kejadian itu benar-benar tak sengaja, dan sudah berlalu bertahun-tahun, tidak sampai di sana, kisahnya pun sudah usai, dan semua itu sudah lama berlalu, diantara Sandy dan Aldino harusnya sudah tidak ada lagi masalah, mereka harusnya menyadari bahwa semuanya sudah berlalu dan tidak perlu untuk diperpanjang seperti ini. Sandy, ayahnya Reevin memiliki perasaan yang tak terbalas kepada Sylena ibunya Shayna, tapi waktu itu Sylena sudah menikah dengan Aldino, dan setelah tahu bahwa Sylena menikah denga Aldino, kala itu Sandy memang tengah ragu atas perasaanya kepada Avita memilih untuk mengungkapkan perasaannya yang sejak sekolah menengah atas ia simpan untuk perempuan itu, saat ini Sandy sama sekali tidak ada niatan untuk merebut Sylena yang jelas sudah menjadi istri Aldino, Sandy hanya ingin mengeluarkan perasaanya, mengungkapkan apa yang selama ini masih menjagal di hatinya, hanya itu saja, sama sekali tidak ada keinginan yang lebih, tapi, rupanya, saat itu Aldino mengira bahwa Sandy akan menjadi mala pertaka dikehidupan keluarganya, beberapa proyek kerja sama yang saat itu tengah mereka rintis mendadak batal, Aldino memilih untuk membatalkan semua kerja samanya dengan perusahaan Sandy, dan hingga detik ini hubungan mereka seperti ini, seperti orang yang sama sekali tidak saling kenal.             Sandy mengatakan ia akan pulang bersama dengan istrinya-- Avita, dan membiarkan Reevin tetap di sini, hingga acaranya selesai, Sandy sekali lagi tidak ingin membuat Reevin bekecil hati, ini masalahnya bersama dengan Aldino, dan Reevin harusnya tidak bisa ikut campur dengan masalah dirinya ini.             Saat Reevin meningalkan Shayna sendiri, ia melihat Shayna hanya menyapa teman-temannya sendiri saja, ia sebenarnya ingin menemani, tapi kan ayahnya Shayna meminta ia memperkenalkanya dengan orang tuanya mala mini, yang sebenarnya membuat Reevin bingung sekaligus merasakan jantungnya yang berdebar dengan kencang, tapi, mengingat bahwa Shayna adalah anak tunggal, laki-laki itu mencoba untuk berfikir positif, mungkin Ayah Shayna tengah mencoba menjaga anaknya, mungkin Ayah Shayna berpikir untuk menjaga pertemanan anaknya, karena bagaimana pun hanya Shayna yang akan menjadi penerusnya, hanya perempuan itu yang menjadi anak dari orang tua Syhana, dan itu membuat Reevin mencoba memahami apa yang diminta oleh ayahnya Shayna.             Tapi, setelah ia mempertemukan ayahnya dengan ayah Shayna ia juga merasakan ada sesuatu yang tak beres saat ayah Shayna hanya berlalu saja saat bertemu dengan ayahnya, bahkan mereka sama sekali belum mengobrol, ayah Shayna sata itu pun hanya mengangguk saja, tanpa mengeluarkan kata sepatah pun. Apa, ayah Shayna sudah kenal dengan ayahnya? kalau begitu berarti semuanya baik-baik saja kan? Tidak akan ada masalah yang akan terjadi ke depannya kan?             Di tempatnya ia berdiri, ia melihat  Shayna yang kini tertawa dengan Dikta, Dikta datang dengan stelan jas abu-abu, rambutnya tetap disisir rapi seperti yang ia lihat di sekolah, dasi kupi-kupu warna hitam yang ia gunakan menghinggap tak rata di lehernya, membuat tangan lentik Shayna dengan telaten membetulkannya, ya, Reevin bisa melihat itu semua di tempatnya berdiri saat inu. Reevin juga bisa mendengar bahwa Shayna mengatakan terima kasih karena Dikta menyempatkan datang keacara ulang tahunnya, padahal Dikta masih dalam keadaan berkabung.             "Kamu aja bisa nemenin aku seharian, masa aku tidak?" jawab Dikta kala itu, saat Shayna terlihat begitu senang, melihat dirinya yang datang keacara ulang tahu perempuan itu.             Reevin sedikit tersentak mendengar ucapan Dikta, benar katanya, Shayna saja mampu menemani Dikta disaat Dikta kesusahan disaat Dikta rasanya butuh bahu untuk bersandar, tentu saja Dikta akan menemani Shayna di saat Shayna bahagia seperti ini. Reevin akhirnya mulai mencerna, kenapa saat Shayna diberikan kejutan di kelas kemarin, Shayna malah memilih berlari kepada Dikta. Jujru saja, Reevin menjadi mendadak punya perasaan takut, apakah Shayna benar-benar suka padanya? Atau Shayna hanya merasa bahagia saat Reevin kembali ke hidupnya? Dan saat itu, saat Reevin menyatakan perasaanya, dan diterima oleh Shayna, Shayna juga hanya penasaran dengan perasaanya.             Mereka, dua orang yang dahulu berteman akrab, dan berpisah begitu saja, tidak sampai di sana, titik temunya adalah mereka sudah sangat akrab dahulu, dan saat ini, saat mereka kembali bertemu dalam keadaan dan kesempatan yang berbeda, dan Reevin yang menyatakan perasaanya kepada perempuan itu, bisa saja kan Shayna hanya merasa senang, mungkin juga Shayna merasakan kasih sayang kepada Reevin, tapi Reevin takutnya kasih sayang itu disalah artikan oleh Shayna, mungkin kasih sayang Shayna kepada dirinya hanya sebagai kasih sayang seorang teman yang lama tidak berjumpa, yang sudah lama terpisah, dan saat bertemu kembali perasaanya itu hanya sebatas kasih sayang kepada teman, bukan perasaan lebih dari permepuan kepada laki-laki. Ya, Reevin takut atas hal itu.             Reevin diam sambil memikirkan hal-hal yang kini berkecamuk tentang Shayna di kepalanya, ia mesti apa saat ini, apa Shayna benar-benar menyukainya, hingga tanpa sadar Shayna dan Dikta sudah mengetahui Reevin yang tengah berada di sana, membuyarkan semua yang tengah laki-laki itu pikirkna.             "Hey, Reev." Shayna memanggil Reevin, yang tak langsung Reevin tanggapi, hingga tangan munyil Shayna menyentuh siku tangan Reevin.             "Eh," akhirnya Reevin menyadari tatapan Shayna yang bingung karena Reevin melamun, dan tidak menghiraukan dirinya, sungguh, kini rasanya kepala Reevin penuh dengan pikiran-pikiran yang melayang, tentang Om Aldino, tentang ayahnya, juga tentang perasaan yang sebenarnya dimiliki Shayna kepada dirinya, kenapa, kenapa semua ini terlihat begitu memusingkan? "Enggak, soalnya kamu sih cantik banget, pangling aku," sahut Reevin yang malah membuat Shayna mencibir karena malu, Reevin hanya bisa tersenyum hambra, ia sama sekali tidak menggobal, walau perkataanya itu juga sedikit mengalihkan tentang dirinya yang tengah melamun.             Akhirnya, diacara ulang tahun Shayna yang ke tujuh belas, Shayna memperkenalkan Reevin secara resmi dengan kak Dikta, tentang status dirinya denga laki-laki itu, yang jelas membuat Reevin hanya bisa menautkan alisnya tidak percaya atas apa yang baru saja perempuan itu lakukan.             "Dia ... cowokku kak," kata Shayna dengan semburat merah di ke dua pipinya, merasa malu, juga merasa bangga, ya, Reevin adalah kekasihnya, orang yang ia sukai, orang yang ia sayangi, dan dunia harus tahu tentang hal itu, tentang bagaimana Shayna yang menyanyangi laki-laki itu, tentang bagaimana Shayna yang mencintai juga memiliki perasaan besar kepada laki-laki yang tangan kini sudah ia dekap.             Reevin menatap Shayna bingung serta berbahagia sekaligus ..., ternyata pikiran kotornya, pikiran jahatnya tentang Shayna hancur berantakan saat mendengar bahwa Shayna memperkenalkan dirinya sebagai kekasih dari perempuan itu di hadapan semua orang, di hadapan Dikta dan orang lain.             Acara puncak ulang tahun Shayna akhirnya tiba, Shayna dipersilahkan untuk meniup lilin yang bernyala di atas kue tinggi itu. Saat teman-teman, keluarga juga kolega Aldino menyanyikan lagu ulang tahun, Shayna malah menutup matanya, memanjatkan beberapa bait do'a, yang ia yakini akan didengar juga dikabulkan oleh Tuhan. "Semoga, aku, ayah, ibu, Reevin, Banjar dan semua teman-teman baikku selalu bahagia, juga ... selalu bersama." Hembusan angin yang berasal dari mulut Shayna mampu memadamkan api lilin yang berada di atas kue ulang tahun. Potongan pertama kue itu tentu jatuh di tangan Aldino dan Sylena, sebagai orang tua Shayna, sebagai orang yang membuat Shayna ada di dunia ini.             Shayna juga membuat beberapa orang di sana tertawa karena potongan kue yang ke dua menjadi miliknya sendiri, yah ... ia memakan kue itu sendiri. Bisikan dari Sylena membuat Shayna terkekeh, Sylena menggeleng saat ia mengatakan kenapa Shayna memakan kue ulang tahunnya sendiri, bukannya memberikan kepada orang lain, dengan santai Shayna menyahut bahwa ia tergiur melihat kuenya, bukan karena apa-apa, lagi pula ini adalah kue untuknya, dan Shayna jelas tidak akan malu untuk memakan kue itu.             Tangan Shayna kembali memoton kue yang ketiga, biasanya kue ini Shayna berikan kepada Banjar, tapi sayangnya Shayna benar-benar tidak suka lagi dengan Banjar, bukan masalah Banjar sudah mengerjainya, tapi Banjar mengaku ingin melakukan pendekaatan dengan Sadira, adik angkat Reevin, ya, hanya karena itu Shayna memutuskan untuk tidak lagi memperdulikan laki-laki itu, ia membiarkan Banjar berada di jalurnya, dan Shayna menganggap bahwa Banjar tak lagi berada di jalur yang sama dengan dirinya. Di kesempatan kali ini juga, Banjar benar-benar tidak diundang Shayna, ia juga sempat cekcok dengan Ibunya karena tak mengundang Banjar, hal yang aneh memang, karena untuk pertama dalam beberapa tahun ini Shanya memilih tidak mengundang Banjar, ya, memang hal yang terkesan aneh dan membinggungkan, walau Shayna merasakan ada yang kurang, tapi gengsinya mengatakan bahwa hal yang ia lakukan ini adalah benar, ia dan Banjar sudah tidak satu frekuensi lagi, dan ini adalah hal yang tepat yang menjadi keputusan Shayna.             Shayna pikir, dengan ia yang berusia tujuh belas tahun, ia sudah bisa mengambil keputusan sendiri, ia juga sudah bisa memilih baik juga buruk untuk dirinya, Shayna hanya menghindari luka yang terus terasa perih di hatinya, hanya karena melihat Banjar dengan Sadira.             Kue ketiga, tentu Shayna berikan kepada Reevin, laki-laki yang mampu mengubah hidupnya lebih baik, dan semoga tambah baik, laki-laki yang pernah hilang dari dunianya dan kini kembali datang dengan senyuman yang tidak berubah sama sekali.             Acara kembali dilanjutkan, kini dengan hiburan, beberapa teman Shayna ada yang menyumbangkan suaranya, Shayna terlihat begitu riang, ia pun begitu menempel dengan Reevin, ia begitu bahagia, diusianya sekarang Shayna mendapatkan cinta luar biasa dari teman-teman, juga orang disekitarnya.             Hingga tanpa sadar, Shayna membalas ucapan Reevin, di saat musik berhenti berbunyi, disaat riuh penonton bertepuk tangan karena penampilan seorang penyanyi yang memeriahkan pesta ulang tahun Shayna.             "Terima kasih sudah kembali Reevin, jangan pergi lagi ya," ucapnya lembut, di telinga Reevin.                                                                                                    ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD