***
Selamat membaca.
***
Katakan saja semuanya, aku tak apa-apa, asal kamu tidak pergi lagi.
***
Jam tujuh pagi, hidup Shayna setelah pesta semalam berubah drastis, ia menyesal, penyesalan terdalam dalam hidupnya adalah di umur tujuh belas tahun, rasanya Shayna ingin mati saja karena kenyataan yang pahit ini, yang menimpanya diusia ini. Apalagi yang ia bisa ia lakukan sekarang? Bahkan kakinya mendadak tidak punya rasa lagi, kakanya sudah keram dan rasanya tidak bisa digerakan, sejak tadi malam, sejak Shayna mengakhiri pesta tadi malam, sejak ia masuk ke dalam rumahnya. Ternyata kebahagiaan di umur tujuh belas tahun itu tak ada, Shayna, Shayna menyesal hidup dalam usia tujuh belas tahun ini, bukan kebahagiaan yang ia dapatkan diusia ini, malah rasa sakit, penyesalan dan kenyataan yang membuat Shayna bahkan tidak bisa menegakan kepalanya lagi.
Kenapa, kenapa Tuhan malah memberikan ini semua padanya? Kenapa Tuhan memberikan cobaan ini kepadanya? Apa ia bisa sanggup dengan semau ini? Apa menurut Tuhan, Shayna bisa menjalani ini semua, mampu sampai di mana titik teran dari permasalahan ini berakhir?
Sejak tadi malam, selain menangis dan menolak kenyataan dengan tidak peduli apa pun lagi, Shayna hanya bisa terduduk lemas, meratapi nasibnya, meratapi takdirnya yang seperti ini. Bahkan, Sylena yang membantu menangkan Shayna tak mendapatkan hasil apa-apa, Shayna rasanya kehilangan seluruh akalnya untuk ini semua ini, Shayna kehilangan kesadarannya atas dunia ini. Shayna, benar-benar terpuruk, dan dia tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi kenyataan setelah ini.
Hari ini, langkah awalnya memberontak keputusan tadi malam tentu dengan tidak mau berksekolah, tidak mau keluar kamar, dan tentu tidak mau makan, bukan hanya sebagai bentuk protes atas kejadian tadi malam, Shayna juga rasanya tidak punya semangat hidup, ia marah, ia kesal.
Shayna hanya bisa mengulang-ngulang kenangan indahnya bersama Reevin tadi malam, selepas penyanyi yang didatangkan oleh ayahnya menyanyikan lagu romantis, dan mampu membuat suasana semakin romantis, Shayna dapat mendengar bahwa Reevin mengucapkan kalimat bahwa laki-laki itu menyayangi dirinya dengan tulus, dan tak ingin kehilangannya lagi, barang sedetik pun.
Mereka pun, saling berucap tak lagi meninggalkan satu sama lain, tapi sekarang, kurang dari dua puluh empat jam Shayna harus mengingkari janji itu, padahal janji itu belum terucap dalam dua puluh empat jam, belum berlalu dalam satu hari dan satu malam, Shayna seolah-olah menjadi perempuan terjahat sedunia kalau ia mengingkari janji yang ia buat bersama dengan Reevin itu.
Tatapan nanar Shayna jatuh kepada ponselnya yang bergetar sedari tadi, di sana tertulis ada nama Reevin dengan deretan pesannya yang mengkhuwatirkan Shayna. Reevin mengira Shayna sakit, dan mengucapkan semoga cepat sembuh, serta ia akan datang ke rumah Shayna setelah pulang sekolah, untuk menjenguk Shayna, memastikan keadaan perempuan itu.
***
Di jam enam lewat empat puluh menit, Reevin tiba di depan rumah Shayna dengan motor merahnya, niatnya hari ini ia akan menjemput belahan hatinya, dan pergi ke sekolah bersama-sama, tapi bayangan indah Reevin itu mesti ia kubur dalam-dalam saat yang membuka pintu besar itu adalah Aldino, ayah dari Shayna.
Tadi malam, saat ia pulang ke rumah, ternyata Sandy juga Avita sudah tidur, sejujurnya Reevin bingung saat tadi malam ia memperkanlkan orang tuanya kepada Aldino, dan Aldino langsung pergi serta membuang muka, dan bersikap tak ramah lagi kepada dirinya, ia bingung apa yang terjadi dan harus bersikap bagaimana, terlebih Reevin sendiri tidak tahu duduk masalahnya bagaimana.
Reevin yakin ada sesuatu yang ia tidak tahu diantara Sandy dan Aldino, dan sepertinya sesuatu itu akan membuat hubungan Shayna dan dirinya renggang, semoga saja tidak. Tapi, lagi-lagi saat Reevin bertemu dengan Aldino pagi ini, karena berniat ingin menjemput dan pergi sekolah bersama Shayna, keganjalan dari sikap Aldino kembali dirasa oleh Reevin, Aldino benar-benar tidak seperti kemarin-kemarin, ayah dari Shayna itu terlihat lebih dingin dan terkesan lebih tak peduli lagi kepadanya.
"Shaynanya sakit, jadi enggak bisa sekolah," setelah kata terakhir diucapkan oleh Aldino, pintu rumah Shayna yang tinggi dan berwarna putih bersih itu kembali ditutup oleh Aldino, Aldino seolah tak mau kenal dengan Reevin, Aldino juga seolah tak mau melihat Reevin lagi.
Reevin masih bertahan di depan rumah Shayna, meski sepi, meski wajah Reevin rasanya dihantam dengan pintu rumah Shayna, ia masih penasaran dan belum merasa puas, ia juga merasa ini benar-benar aneh. Kenapa? Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa suasananya malah seperti ini.
Kejadian tadi pun, Reevin ceritakan kepada Banjar sambil duduk di pinggir lapangan, berdua, Reevin mesti bicara empat mata dengan Banjar, lagian juga sebenarnya ia tidak ingin membesar-besarkan masalah ini dengan menyeret Argi juga Kevin, oleh karena itu hanya Banjar lah yang dapat mendengarkan cerita Reevin, tidak sampai di sana, Reevin juga tahu bahwa Banjar adalah teman akrab Shayna, yang setidaknya sedikit banyak laki-laki itu pasti tahu tentang keanehan yang ia rasakan saat ini. Bukan hanya itu saja, Reevin merasa Banjar adalah orang yang paling dekat dengan Shayna, hingga Banjar adalah orang yang tepat untuk menggali informasi tentang Shayna juga keluarganya, ditambah lagi rumah Banjar yang berseberangan dengan rumah Shayna, yang sedikit banyak akan membuat Banjar tahu.
"Lo ada salah kali sama bokapnya Shayna," sahut Banjar singkat, setelah mendengar apa yang diceritakan oleh Reevin tadi. Sebenarnya Banjar juga merasa aneh dengan keluarga Shayna, terlihat keluarga itu begitu harmonis dari luar, Shayna yang mendapatkan fasilitas lengkap dan apa pun yang ia mau, Tante Sylena yang terkesan ramah juga penyayang dengan Shayna, dan Om Aldino, menurut Banjar, Om Aldino lah titik tumpu dari semua ini, laki-laki itu jelas berpengaruh besar dalam keluarganya, dan menurut dari pengalamannya, memang Om Aldino lah yang mengatur tentang keluarganya. "Sepertinya, ada masa lalu yang buruk antara ornag tua Shayna juga orang tua lo," kata Banjar denagn sedikit curiga atas mendengar cerita dari temannya itu.
Banjar yang notabennya adalah anak dari Rizki -- sahabat dari ayah Reevin – Om Sandy, ia pernah mendengar sedikit-sedikit cerita masa lalu antara Om Sandy juga Om Aldino, tapi Banjar seolah tak mau tahu akan cerita itu, ia takut kualat karena menguping, juga kepo dengan urusan orang tuanya, lagi pula menurut Banjar semua yang terjadi antara Om Sandy, Om Aldino, juga Ayahnya itu adalah milik mereka, Banjar sama sekali tidak ingin mau tahu, atau mendengar cerita dari orang tuanya.. "Sebenarnya, gue kenal orang tua lo kok," lagi, perkataan dari Banjar membuat wajah Reevin terlihat bingung dari amatan Banjar.
Banjar kenal Papahnya? Dari mana? Ada hubungan apa Banjar dengan papahnya, ada kejadian apa antara papahnya dan Om Aldino, ada apa ini semua, apa yang sebenarnya terjadi? Lagi pula, mendengar apa yang dikatakan oleh Banjar tadi memang sedikit banyak membuat dirinya yakin dengan apa yang ia pikirkan tadi, dengan apa yang ia amatai sejak tadi malam, juga tentang kelakuan Om Aldino tadi pagi.
"Dulu, orang tua lo -- Om Sandy, temenan baik sama ayah gue, dan gue dengar-dengar Tante Sylena itu suka sama ayah lo, dan ayah lo enggak ngebalas cintanya, hingga Om Aldino datang dan jadi obat bagi Tante Sylena, setelahnya, gue enggak tahu apa yang terjadi, bahkan gue aja yang mau temenan sama Shayna susahnya minta ampun, bokapnya galak bener," cerita Banjar, ya, Banjar memang hanya tahu hal itu, itu pun saat ia mendengar ayahnya yang bernostalgia dengan Ibunya, setelahnya Banjar tidak ingat, lebih tepatnya, tidak tahu tentang cerita selanjutnya.
Mungkin, Ayah Shayna tak mau kenal lagi dengan ayahnya juga Reevin, hingga akhirnya Aldino mengacuhkan Sandy tadi malam, pantas saja, wajar kalau begitu ceritanya, tapi semakin ke sini apa nanti masalah ini akan berdampak kepada hubungannya dengan Shayna, bahkan kini saja Reevin sudah susah menemui Shayna, hanya karena ayahnya adalah Sandy.
"Ramai tadi malam acara Shayna?" Ada getaran yang tak biasa dari nada suara Banjar. Banjar tidak diundang sama sekali oleh Shayna, Banjar pikir setelah ia memberikan kejutan sebanyak dua kali, hubungannya dengan Shayna akan membaik, tapi tidak, Shayna malah semakin menjauh rasanya dari dirinya. Banjar jadi merasa ada yang salah dari Shayna, tapi saat tahu Reevin sudah menjadi kekasihnya, Banjar sedikit senang, setidaknya kalau tidak ada ia di sisi Shayna, tidak ada orang yang akan menyapu air matanya, tapi, kini ada Reevin yang akan sedia bahu saat Shayna menangis, orang yang akan menyapu air mata perempuan itu saat menangis, entah hanya karena tokoh n****+ yang ia baca bunuh diri, atau hanya karena dirinya yang habis menonton drama yang berakhir dengan ending yang sedih.
Satu hal yang dikhuwatirkan Banjar kini hubungan Reevin dan Shayna, akan kah mereka akan tetap bisa menjalin hubungan itu dengan baik-baik saja, tapi menurut Banjar tetap bisa, perihal Reevin yang hanya menjadi anak angkat Om Sandy, sebenarnya tak masalah kan? Karena bagaimana pun darah Om Sandy sama sekali tidak ada di tubuh Reevin, dan lebih dari itu, Shayna juga menginginkan Reevin, bukan hanya Reevin saja. Kini pun Banjar mulai berpikir, kenapa Ayahnya dan Om Sandy tidak sering berkumpul lagi.
***
Nihil, kosong, zonk, tidak ada respon, itu lah yang saat ini didapatkan oleh Reevin juga Banjar, sudah dikatakan security rumah Shayna bahwa rumah ini kosong, tapi dasarnya hati dua manusia itu penasaran dan ingin bertemu dengan Shayna akhirnya ia tetap meminta izin untuk mengetuk pintu rumah itu, masuk ke dalam perkarangan rumah perempuan itu. Kali aja orang-orang yang tadinya dikabarkan tidak ada di runah menjadi ada di rumah, lalu mengizinkan Shayna bertemu dengan Reevin.
Yah, sejak pembicaraan dengan Banjar tadi, Reevin jadi tahu, hubungannya jadi terhalang restu orangtua Shayna, semoga saja tidak, semoga saja ini hanyalah perasaanya yang gungdah hanya karena kejadian tadi malam, juga menghilangnya Shayna hari ini.
***