Bab 14. Berhentilah Menghindar!

1143 Words
Suara alarm yang lumayan kencang langsung memenuhi kamar. Berlian menutup semua tubuh sampai wajahnya dengan selimut. Ia mengeluarkan tangan dari dalam selimut, lalu meraba alarm yang ada di meja kecil dan mematikannya. Sedangkan dirinya masih bergumul di dalam selimut yang sampai menutupi wajahnya. Sekian detik kemudian, Berlian membuka selimut dari wajahnya. "Aku sama sekali tidak bisa tidur," ungkapnya sembari menghela nafas berat. Berlian lalu menoleh ke arah jendela kamarnya yang sudah sangat terang. Ia mengalihkan pandangan dan melihat jam weker yang ada di atas meja. Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan ia belum terlelap sedetik pun sejak kejadian tadi malam. Berlian perlahan duduk dan matanya kini baru terasa berat. Ia terdiam merenung sejenak. Dari tadi malam sampai pagi ini, pikirannya sama sekali tidak terlepas dengan kejadian tadi malam. "Aku serius! Selama ini aku sangat menyukaimu, Ber!" "Se ... sejak kapan?" "Sejak dari kita kuliah! Aku sudah lama jatuh cinta padamu. Apa kamu tidak tahu? Selama ini aku hanya baik padamu, karena kamu sangat istimewa untukku!" "Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang?" "Karena dulu aku tidak memiliki keberanian. Aku takut kalau aku mengatakannya, aku bisa kehilanganmu sebagai sahabat. Aku tidak ingin kehilanganmu, Ber!" tegas Agam lagi. Berlian hanya kembali terdiam dan masih belum membalas apa pun. Hanya bisa mengerjapkan kedua matanya dan bingung mau membalas apa? "Aku tahu kamu selalu kesepian. Kamu selalu berpura-pura untuk kuat, padahal kamu sangat rapuh. Mulai sekarang aku akan menjadi sandaranmu. Setiap kali kamu kesepian, aku akan datang. Aku ingin kita lebih dari teman dan rekan bisnis, sehingga aku bisa terus berada di sampingmu untuk selalu melindungimu. Karena aku tidak ingin kamu terluka lagi! Aku juga tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu lagi!" Begitulah ungkapan Agam tadi malam. Dari nada bicara Agam, jelas ia terlihat sangat serius dan tulus. Berlian sudah mengenal Agam lebih dari sepuluh tahun lebih. Tapi, mana ia tahu kalau ternyata Agam menyukainya? Mendadak terlintas di mana Agam menciumnya tadi malam. Bahkan ia juga mengingat saat dirinya terlena dengan ciuman Agam dan ikut menutup kedua mata menikmati bibir Agam. Ketika sadar seperti ini, Berlian pun merasa sangat malu. Berlian kemudian menjatuhkan kepala di atas lututnya yang sedang menekuk itu. Ia membentur-benturkan kepalanya pelan beberapa kali sambil mengacak rambutnya sendiri. Merasa tidak bisa mengenali dirinya sendiri. Sekian detik, Berlian kembali mengangkat kepala. "Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Pasti akan sangat canggung kalau bertemu dengannya?" gumam Berlian pelan kebingungan sendiri. "Kita masih harus sering bertemu masalah pekerjaan. Aku juga harus menemuinya untuk rapat besok. Dia teman dekatku, kenapa mendadak jadi asing begini?" Berlian terus berbicara sendiri merasa kebingungan. Ia masih merasa malu kalau harus berhadapan langsung dengan Agam. Tiba-tiba ponselnya berdering. Membuat Berlian terhenyak. Ia pun mengambil ponsel yang ada di meja kecil. Ketika melihat layar, mata Berlian kembali melebar kaget. Panggilan dari Agam. Jantung Berlian langsung terpacu untuk berdetak dua kali lebih kencang. Kalau biasanya ia menerima panggilan Agam dengan santai, tapi kali ini tidak. Ia tidak ingin mengangkat panggilan Agam. Sampai panggilannya mati. Berlian lalu melihat jam yang ada di ponselnya. Waktu masih sangat pagi. Ia pun segera melompat turun dari ranjangnya. "Aku harus cepat-cepat berangkat ke kantor sendirian! Kalau tidak cepat, Agam pasti sudah berada di depan rumah untuk menjemputku. Aku harus cepat supaya tidak bertemu dengannya," gumam Berlian berbicara sendiri. Berlian langsung masuk ke dalam kamar mandinya dengan cepat untuk segera bersiap. Ia tidak menyangka sejak ungkapan perasaan Agam untuknya, ia mulai terus gelisah. Membuatnya sama sekali tidak tenang. *** Berlian sedang duduk di kursi tempat kerja di dalam kantornya. Dari tadi ia terus berkonsentrasi melihat data-data yang harus ia periksa. Pada akhirnya, tadi pagi Berlian bisa segera berangkat tanpa harus bertemu Agam. Berlian melihat waktu di layar laptopnya. Jam kerja sudah hampir habis. Dari tadi, Agam terus memanggilnya. Tapi karena Berlian merasa malu dan canggung, ia jadi mengabaikan panggilan Agam terus menerus. Entahlah? Ia jadi kebingungan sendiri dan tidak tahu bagaimana harus bersikap? Laptop masih menyala di depan Berlian. Ia tidak sengaja membaca sebuah artikel tentang dirinya. Artikel itu menuliskan kejadian tadi malam ketika ia menceburkan istri baru Satya ke kolam renang. Berlian melebarkan kedua mata dan fokus pada artikel itu. Ia masih waspada dan antisipasi awalnya. Mungkin saja artikel itu menuliskan kabar buruk tentangnya. Ia mulai membacanya dari awal. 'Berlian Ambarwati, yang sekarang masih menjadi banyak perbincangan sebagai sosok misterius pimpinan Glory Garment selama ini, kini kembali muncul dengan kabar terbaru. Berlian yang banyak dikagumi para pria, ternyata adalah seorang janda. Tidak disangka, mantan suaminya adalah pimpinan dari sebuah perusahaan desain yang selama ini mendapat bantuan darinya. Di mana mantan suaminya justru selingkuh dan tidak tahu terima kasih. Malam mengejutkan terjadi ketika mantan suami Berlian bersama istri barunya membuat onar dan malu. Namun, banyak para warga yang melihat jika Berlian cukup tangguh. Kini, Berlian semakin mempesona dan cukup disegani karena ia tidak bisa ditindas dengan mudah.' Berlian tersenyum puas membaca artikel berita tersebut. Rupanya artikel ini sedang mendukungnya. Awalnya ia sudah siap jika pemberitaan ini akan menuliskan soal keburukannya. Namun, ternyata tidak. Membuatnya tersenyum lega. Ponsel Berlian tiba-tiba berdering. Berlian pun segera mengambil ponselnya dan mengangkatnya tanpa melihat layarnya dulu. Ia menempelkan ke telinga setelah mengangkatnya. "Halo?" sapa Berlian lebih dulu. "Halo, Ber?" Berlian terhenyak kaget ketika mendengar suara Agam dari dalam ponsel. Ia langsung menjauhkan ponsel dari telinga dan melihat layarnya sekali lagi. Ia baru sadar jika Agam menghubunginya. Karena tadi ia fokus membaca artikel, ia sampai tidak sempat melihat siapa yang menelponnya. Sekarang mau bagaimana lagi? Ia tidak bisa menghindar karena sudah mengangkat panggilan dari Agam "Ber? Akhirnya kamu mengangkat panggilanku juga," kata Agam dengan suara cemas. Berlian tercekat dan mendadak jantungnya berdebar hebat begitu mendengar suara Agam. "Kenapa kamu menghindariku?" tanya Agam yang masih terdengar khawatir. "Eee ... aku tidak bermaksud menghindarimu. Karena aku benar-benar sibuk hari ini. Aku tadi berangkat pagi-pagi dan tidak sempat melihat ponsel. Jadi maaf kalau tidak sempat membalas pesan atau mengangkat panggilanmu," jawab Berlian dengan ragu-ragu. "Sekarang kamu di mana? Ini sudah waktunya jam pulang kantor. Aku akan menjemputmu," kata Agam lagi. Berlian kembali terhenyak. "Tidak! Jangan jemput aku! Bagaimana aku bisa bertemu denganmu sekarang ini?! Aku sangat malu!" seru Berlian dalam hati. "Aaah ...! Tidak perlu. Aku sudah perjalanan menuju pulang ke rumah sekarang," jawab Berlian yang mencoba berusaha tenang. "Apa jangan-jangan kamu menghindariku?" "Apa yang kamu katakan? Tidak mungkin aku menghindarimu? Hahaha ....!" Berlian tertawa canggung. "Kalau begitu apa aku bisa menemuimu malam ini? Aku akan menuju ke rumahmu sekarang." "Aduh! Bagaimana ini? Aku tidak tahu kapan aku pulang? Aku sekarang dalam perjalanan masih harus menemui beberapa dewan direksi." "Tapi kenapa aku melihatmu duduk di dalam kantormu?" tanya Agam. Mendengar kalimat Agam, Berlian langsung terhenyak bukan main. Ia bahkan mendengar suara Agam yang tadinya di dalam ponsel kini muncul di sekitar ruangannya. Berlian mengangkat kepalanya dan melihat Agam baru saja memasuki ruangannya. Jantung Berlian seolah terhenti berdetak melihat Agam sudah berdiri di depannya itu. "Ber, tolong berhentilah menghindar," kata Agam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD