Evelyn terbangun,
Sesaat ia menyadari rasa sakit di sekujur tubuhnya mengingatkan dirinya bahwa ia masih berada di rumah Kevin, dan siksaan yang diberikan oleh Kevin ternyata bukanlah mimpi buruk. Melainkan kenyataan. Eve duduk di ranjang, berusaha menormalkan pandangannya yang kabur karena tonjokan Kevin di wajahnya sebelum ia kehilangan kesadaran.
Seketika indera penciumannya menghirup aroma yang sangat lezat, sangat menggugah selera, karena dua hari berada di sini Eve sama sekali belum memakan apapun. Itu aneh, Kevin mungkin adalah tipe pria yang sama sekali tidak bisa memasak dilihat dari rumahnya yang selalu berantakan, sepertinya itu mustahil.
Dan yang lebih membuatnya bingung, pintu kamar yang Eve tempati sedikit terbuka. Bukankah Kevin selalu mengunci pintu selama ia berada di sini? Ini menjadi sedikit aneh baginya, sempat terbesit di pikiran Eve jika Kevin menjebaknya dan membuat sebuah permainan hingga mengakhiri hidupnya, tapi, apakah mungkin seorang pria bodoh seperti Kevin melakukan itu?
Eve segera turun dari ranjang, mencari tahu kejanggalan yang terjadi malam ini. Eve mengernyitkan dahi, menahan sakit ketika ia mencoba berdiri dengan paha yang masih terasa nyeri. Perlahan ia berjalan, meski tertatih dan ia kembali dibuat bingung dengan pakaian yang ia kenakan malam ini. Seolah Eve akan mendatangi sebuah jamuan makan malam dengan dress yang terbilang mewah ini.
Eve menghilangkan pemikiran soal gaun, masih penasaran dengan aroma masakan ini. Jadi, dia memutuskan untuk keluar kamar. Mengendap pelan, kepalanya sedikit mengintip di balik pintu kamar. Kosong, hanya perabotan rumah tangga yang tidak terlalu banyak di sana. Tapi Eve mendengar suara orang memasak di dapur.
Aromanya makin kuat, rempah-rempah yang menggugah selera dan beberapa bumbu masakan seperti yang digunakan Ibunya memasak di rumah. Eve menuju dapur, seolah aroma masakan itu menghipnotis dirinya yang sama sekali belum melihat makanan. Dengan sebelah kaki yang pincang, Eve berjalan membuka pintu dapur.
Aroma makanan itu benar-benar nyata sekarang, asap masakan menguap di seluruh dapur dan sedikit membuat pandangan Eve menjadi buram.
Kemudian netra indahnya mencari Kevin, berhati-hati jika pria itu berniat menyiksanya lagi. Namun tak kunjung Eve dapati, ia menyipit. Menemukan asal aroma makanan yang ternyata sudah tertata rapi sebagian di atas meja makan. Sangat rapi.
Eve bahkan ragu jika Kevin yang melakukannya, karena setahu ia, Kevin bukanlah orang yang bersih dan rapi. Saat Eve memasuki dapur, ia baru menyadari bahwa ada seorang pria yang memasak membelakanginya. Tangannya begitu cekatan di atas kompor dan pakaiannya begitu rapi seolah ia tengah menyiapkan makan malam.
Eve mengernyit, postur tubuhnya sangat besar. Kevin tidak sebesar itu, dan ketika Evelyn berpikir dengan keras. Semua hal yang aneh malam ini, barulah ia sadari lagi, bahwa itu bukan Kevin.
"Kau sudah bangun Eve? Kuharap lukamu mengering setelah obat yang aku oleskan, dan oh ya, aku juga telah mengompres lebam di sebelah matamu..." ujar pria itu yang masih asik dengan acara memasaknya, tanpa menoleh dan melihat Evelyn. Meski Eve datang tanpa menimbulkan suara sedikit pun.
Dan ternyata hal yang baru saja Eve sadari itu benar, pria itu benar-benar datang. Menyelamatkannya? Eve juga tidak yakin. Namun ia tetap waspada, ini kali pertama ia bertemu dengan Adam Rig tanpa batasan jeruji besi.
Itu bisa saja membunuh Evelyn...
Seketika Eve teringat oleh Kevin, di mana pria itu? Apa jangan-jangan Adam sudah menghabisinya?
"Duduklah Eve, jangan khawatirkan detektif itu. Ia sudah kutangani." seketika Adam berbalik, menampilkan wajah tampannya meski ada bekas luka bakar yang tidak akan hilang di sebelah wajahnya.
Setelan yang pria itu kenakan tampak rapi, Eve menarik nafas dalam-dalam setelah sekian lama tidak bertemu dan mendengarkan suara itu. Yang ternyata masih sama, membuat dirinya takut dan penasaran di saat yang bersamaan. Potongan rambutnya yang begitu rapi, membuat Adam Rig sama sekali tidak terlihat seperti pembunuh jika tanpa bekas luka di wajah itu.
Adam menunjuk sebuah tirai dapur yang biasa digunakan untuk menyimpan peralatan bersih-bersih, terdengar suara Kevin yang teredam. Mungkin karena mulutnya tertutup jadi dia tidak bisa berteriak. Eve sedikit bernafas lega, setidaknya, ia mengetahui bahwa Adam Rig tidak membunuh Kevin, atau mungkin belum.
Lalu, Adam mengisyaratkan Evelyn agar duduk di kursi makan dengan jemari telunjuknya. Evelyn mengikutinya, duduk perlahan di kursi sambil melihat makanan yang begitu menggugah selera dengan kaki tertatih.
"Gadis pintar..." puji Adam, Eve melihat pria itu sekilas kembali memasak. Dari sini Eve dapat melihat dengan jelas postur tubuh yang sangat besar itu, karena di dalam penjara dulu sangat gelap dan Eve tidak dapat melihat dengan jelas.
Meskipun Eve kini sangat membenci Kevin, namun tetap saja ia tidak akan membiarkan Adam membunuh Kevin malam ini. Eve akan berusaha mencegahnya, meski itu juga akan mengorbankan nyawanya. Eve tidak ingin Adam kembali menjadi monster dan memberikan teror di kota ini.
Adam harus kembali ke penjara...
Tak lama kemudian, Adam selesai memasak dan membawa sepiring daging panggang dengan bumbu yang sangat menggugah selera. Adam mempersilakan Evelyn menyantap makan malamnya sementara pria itu menyiapkan minuman dan makanan penutup yang lain.
Evelyn ragu untuk mencicipinya, namun Adam memaksa dan Eve tidak ingin menolak makanan karena dia juga sangat lapar saat ini.
Eve berniat mengambil daging panggang yang baru saja tersaji, tapi Adam melarangnya dan malah menaruh beberapa kerang dan daging salmon ke piring Evelyn serta sayuran. Itu membuat Evelyn sedikit heran.
Namun Adam hanya tersenyum,
Senyum itu sangat manis sampai-sampai Eve tak tahan melihatnya.
Karena jarang sekali seorang Adam Rig menunjukan senyum yang ternyata sangat tampan di balik sifat dingin dan sadisnya.
"Oh, sepertinya dagingnya kurang. Biar aku ambil lagi." ujar Adam, daging sebanyak itu di piring terasa kurang? Eve bahkan tidak boleh menyentuhnya.
Lalu, Adam berjalan ke arah tirai tempat penyekapan Kevin dan membuka tirai tersebut.
Nampak Kevin tengah terikat di atas sebuah kereta sorong yang biasa di gunakan untuk pasien di rumah sakit, tapi yang membuat Evelyn heran adalah, Kevin terikat. Tangan, kaki dan lehernya terikat di kereta itu, terlebih lagi Kevin tak bertelanjang tubuh, tak mengenakan sehelai benangpun.
Tidak itu saja,
Yang membuat Evelyn terkejut setengah mati dan syok, Kevin terbaring menggelepar seperti ikan yang berusaha mencari air. Tubuhnya putih seputih kapas dan pucat. Eve melihat sebelah kaki Kevin, di bagian paha bermandikan darah dan baru Eve sadari, jika daging di paha Kevin telah tersayat sebagian.
Seketika Eve menjadi mual, menghirup aroma daging yang terhidang di hadapannya. Ia ingin menangis, melihat Kevin menggelepar kekurangan banyak darah, darah yang mengalir deras dari kereta sorong itu ke bawah lantai.