Sadistic 4

1055 Words
Evelyn menekan tombol remot televisi terus-menerus, berharap ada acara yang menarik. Raut wajahnya menunjukan rasa tak sukanya terhadap petugas kepolisian di luar sana yang setiap hari menjaga rumah Eve. Melirik ke dalam rumah dan terus memerhatikan Evelyn seolah Evelyn yang menjadi seorang tahanan menggantikan posisi Adam Rig. Beberapa hari tanpa menjalani aktivitas dan pekerjaan, Evelyn malah dihadapkan dengan penjagaan ekstra ketat dari Kevin. Evelyn menghela nafas kasar, meskipun kini namanya kian melambung karena berhasil meliput kasus Adam Rig sekaligus kota kelahirannya itu. Kenyataannya, Evelyn kini berurusan dengan banyak pihak. Tapi, Tiba-tiba saja. Ponsel Evelyn bergetar. Benda mungil yang ada di sebelahnya bergetar, Evelyn tak menaruh curiga sedikit pun. Ia menaruh remot televisi dan mengambil ponselnya, menggeser layar karena nomor yang menelponnya barusan tidak ia kenal. Namun saat ia menjawab panggilan tersebut, Evelyn terdiam. Ia baru menyadari suara berat dan tutur nada yang sopan di seberang sana sedang menyapanya dengan ramah. Evelyn tak dapat menjawab, bibirnya diam sedikit bergetar. Entah mengapa deru nafas berat pria itu mampu membuat sesuatu dalam dadanya juga bergetar. Antara takut dan rindu. Evelyn bahkan tidak dapat membedakan keduanya. Evelyn tak kunjung menjawab sapaan Adam Rig dan masih terdiam seraya menoleh ke arah luar rumahnya. "Apa maumu?" Tanya Evelyn, merasa khawatir ketika petugas di luar sana menatap gerak-geriknya menaruh ponsel di telinga. "Lama tidak bertemu Miss Hunter, apa kau dapat suratku?" "Apa yang kau inginkan dariku tuan, dokter, atau master sekalipun." cecar Evelyn, tentunya dengan nada suara pelan agar tak menimbulkan kecurigaan pada petugas di luar sana. "Kau harus sedikit bersenang-senang Miss Hunter, kau terlalu tegang pada pekerjaanmu dan kuharap kau menikmati liburanmu sekarang." ujar Adam, Evelyn tak habis pikir. Kini ia dikawal ketat oleh polisi dan Adam bilang ini sebuah liburan. "Liburan yang di jaga oleh polisi, huh?" Balas Eve. "Well, sedikit permainan mungkin akan menghilangkan kejenuhan yang menyebabkan stress padamu..." "...apa para polisi itu masih di luar sana?" Tanya Adam. Evelyn tak terkejut, sudah ia pastikan, Adam selalu mengetahui apapun di manapun dirinya berada. Jika pria itu mengetahui apa yang terjadi padanya, Evelyn sudah menduganya. "Ya." Jawab Eve singkat. "Bagus, sekarang bisakah kau keluar? Berjalan-jalan sebentar menghirup udara segar dan kupastikan liburanmu akan menarik." tukas pria itu masih lewat sambungan telepon. Entah apa yang direncanakan oleh Adam Rig, tapi Evelyn yakin ia tidak punya pilihan lain. Bisa saja Adam Rig kembali mengoyak petugas polisi di luar sana seperti yang ia lakukan tempo hari dan menyebabkan Evelyn harus diinterogasi oleh Kevin. Tak lama kemudian, petugas polisi yang berjumlah sekitar lima sampai enam orang itu menyadari Evelyn keluar dari rumah tanpa melepaskan ponsel dari telinganya. Salah seorang polisi mengambil radio, menghubungi petugas lain yang tak jauh dari sana dan mereka semua membuntuti Evelyn diam-diam. "Kau tahu bahwa aku sedang dibuntuti bukan?" Tanya Evelyn saat menuruni taksi ke sebuah mall terbesar yang ada di kota itu. Tapi Adam tak menanggapi hal itu, Evelyn sudah menduga bahwa Adam mengetahuinya dan memang sengaja memancing para petugas itu untuk mengikutinya. "Apa aku hanya sebuah wadah untuk melancarkan aksimu?" Sindir Eve, terdengar nafas berat dari telepon. "Cara berpikirmu terlalu rendah Miss Hunter, apa kau benar-benar berpikir pria sepertiku menggunakan gadis polos sepertimu untuk mengumpan mereka? Jika itu yang kau pikirkan." "Lalu?" Eve berkeliling mall, mengikuti intruksi Adam Rig dan dari suara telepon jelas sekali bahwa Adam Rig juga berada di mall yang sama. Evelyn makin berantusias untuk bertemu dengan Adam yang membuatnya hanya berputar-putar di dalam mall ini. "Aku sudah bilang akan membuat liburanmu menjadi menyenangkan." "Seperti bertemu denganmu?" Potong Evelyn. "Kau gadis yang keras kepala Miss Hunter, kau sama sekali tidak dapat membedakan mana sebuah peringatan dan mana sebuah ancaman." "Apakah suratmu waktu itu berupa ancaman?" "Secara teknis, ya. Kini Detektif Kevin telah memberimu sebuah ancaman, dan ku bantu dirimu untuk terlepas dari ancaman tersebut. Apa itu cukup adil Miss Hunter?" "Jadi, kau mau menyerahkan dirimu begitu saja untukku?" Tanya Eve, kepalanya masih menoleh ke kanan dan kiri di balik kerumunan yang tengah asik berbelanja sementara para polisi terus membuntutinya dari belakang. Tanpa Evelyn sadari, ada sebuah angin yang hampir saja menyentuh helaian rambut panjangnya dan menghirup aroma manis itu. "Hmm... lavender, jika kau mau ikut bersamaku, aku akan melakukannya untukmu." "Lalu, bagaimana kau bersamaku jika kau kembali tertangkap oleh Kevin." balas Evelyn. "Ahh bocah itu... hey, Miss Hunter! Aku bisa membalas perlakuan detektif bodoh itu kepadamu, aku akan memaksanya menjerit dan memohon ampun kepadamu." ujar Adam, tapi Evelyn tak menanggapi dan terus mencari sumber suara Adam Rig dari sambungan telepon tersebut. "Tentu saja tidak. Semua hal itu sangat berbanding terbalik dengan keyakinan dan ajaran yang diberikan oleh Ibumu bukan? Bahwa nyawa seseorang sangat berarti dan kebaikan adalah prinsip utamamu." "Ya, aku bisa melihatnya..." Seketika Evelyn terdiam, Ia melihat seorang pemain gitar di tengah-tengah bangunan. Nada yang sama persis seperti yang ia dengar di sambungan telepon. Dan saat itu juga, tubuhnya terdiam membeku. Jarak antara dirinya dan Adam Rig sangatlah dekat, meski ia tidak mengetahui keberadaan pria itu di keramaian orang seperti ini. Sampai Evelyn tak menyadari, ada sebuah sentuhan lembut yang mendarat di pinggulnya. Seolah ingin menarik Evelyn dari sana, namun akhirnya lenyap, membiarkan Evelyn berdiri layaknya patung di khalayak orang ramai. Evelyn menurunkan ponselnya, entah hanya perasaan atau halusinasinya saja. Seseorang baru saja menyentuh pinggulnya. Evelyn menoleh ke kanan, tempat di mana sentuhan itu berakhir, seiring dengan perasaannya yang seolah tertinggal dari Adam Rig. Ia menyipitkan kedua matanya, Melihat seorang pria tinggi mengenakan jaket hitam dan topi hitam menjauh keluar dari mall itu. Evelyn mencoba mengejarnya, mengabaikan ponselnya yang masih tersambung dengan Adam Rig. Karena Evelyn begitu yakin, itu benar-benar Adam Rig. Evelyn terus berlari seraya menyerukan nama Adam, mengabaikan orang-orang yang menghalangi jalannya dan menatapnya aneh. Namun langkah besar Adam seolah meninggalkan dirinya. Melihat Evelyn berlari, para petugas itu ikut berlari menyusul Evelyn. Namun dengan jarak yang cukup jauh. Sampai Evelyn kembali keluar dari mall, langkahnya terhenti. Ia kehilangan jejak Adam. Dan sekali lagi, Ia kehilangan pria itu. Namun tiba-tiba, Sebuah ledakan tiba-tiba yang berasal dari dalam mall membuat tubuh Evelyn terpental cukup jauh. Membuat gedung mall yang besar itu hancur dan memberikan ledakan yang hebat. Dan sudah dipastikan seluruh penghuni mall termasuk petugas yang membuntuti Evelyn hangus terbakar. Sementara Evelyn, Tubuhnya terbentur tiang jalan dan menyebabkan kepalanya terbentur dan pandangannya kabur. Hampir pingsan, Namun, samar-samar ia merasakan seseorang mengangkut tubuhnya. Dan dapat Evelyn rasakan, aroma lavender yang khas dari pakaian orang itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD