The MAN 5

1051 Words
Evelyn bertekad hari ini dia benar-benar mendapatkan sesuatu dari pria itu, cukup sudah berbasa-basi dengan permainan kata dan segala kengerian yang dijejalkan Adam Rig kepadanya. Ia butuh berita, ia butuh sesuatu yang dapat menuntaskan rasa penasarannya terhadap pria itu. Mungkin Evelyn masih terlalu dini mengetahui kasus Adam Rig. Tapi, ia memiliki rasa penasaran yang tinggi. Evelyn memasuki sel, saat ia berhenti di sel yang paling ujung, Evelyn terdiam. Kedua netranya mencari keberadaan pemilik sel tersebut. Evelyn bahkan menyentuh jeruji berkarat itu dengan jarak yang sangat dekat. Padahal, ia sudah diperingatkan untuk tidak terlalu dekat dengan Adam Rig. "Aarggghhhh...." Evelyn mundur dan terjatuh, saat pria itu berusaha mengejutkannya dengan suara besar dan wajah mengerikannya. Wajah gadis itu terkejut, namun ia berhasil merubah eskpresi wajahnya menjadi sebiasa mungkin setelah tahu, bahwa Adam hanya menakutinya. "Selamat pagi Miss Hunter, kau terlihat segar hari ini. Apa itu es krim vanila?" Tanya Adam, suaranya terdengar sangat formal, namun di akhir kalimatnya terdengar aneh. "Hah, iya, pagi ini aku menyantap es krim." kata Eve, ia tidak bisa berbohong. Tentu Adam selalu mengetahui apapun hanya dengan gerak tubuh dan wajah seseorang. "Apa yang kau rasakan setelah memakan es krim? Senang, bahagia?" Tanya Adam. "Ya, kau benar." Jawab Eve singkat, sejujurnya, ia lelah dengan kalimat Adam. "Well, baiklah kalau begitu Miss Hunter. Aku rasa aku sudah siap menceritakan pengalaman yang paling menarik dalam hidupku, karena kulihat, kau sudah tidak sabar meliput beritamu..." ujar Adam. "Bagaimana kau tahu?" Tanya Eve. Adam menarik nafas dalam-dalam, "wajahmu terlalu panik, sikapmu juga terlalu terburu-buru. Dan kau berkeringat, itu menandakan kau sedang mengejar sesuatu..." jelas Adam, tentu saja. Dia selalu memiliki semua jawaban. "Dan sesuatunya adalah kau..." tambah Eve. "Katakan padaku Miss Hunter, kenapa kau sangat tertarik atas apa yang telah aku perbuat?" Tanya Adam, menggeser kursi hingga menimbulkan decit ngeri di penjara bawah tanah itu. "Karena... kasusmu berbeda." "Dan apa bedanya?" Tanya Adam lagi. "Berbeda, tentu saja. Kau memakan korbanmu, tanpa kriteria tertentu pada korban, ataupun sebuah pola. Aku rasa, itu seperti acak." jawab Eve dengan tegas, Adam tersenyum simpul. "Lanjutkan!" Adam menyeringai. "Tidak hanya pria, tapi juga wanita dan anak kecil. Itu membuatmu sebagai pembunuh paling sadis yang paling dicari waktu itu..." "....dan, aku telah membaca berkasmu. Kau sama sekali tidak memiliki keterikatan dengan semua korbanmu, bahkan tidak mengenal satu sama lain." "Apa itu hanya sebuah keinginan seperti yang kau katakan tempo hari?" Evelyn menelisik, menatap tepat di bola mata Adam. Dan semakin Eve menatapnya, semakin ia sadar bahwa tanpa bekas luka itu, Adam Rig sebenarnya adalah pria yang tampan. "Well, seperti halnya seekor singa. Dia akan menyerang jika merasa terancam, oh dan jangan mengagumiku seperti itu, kau tidak tahu seperti apa pria yang kau kagumi. Percayalah Miss Hunter, ini tidak seperti n****+ romansa yang sering kau baca..." Adam telihat menyunggingkan seringaian. "Kau tidak menyerang anak kecil karena terancam, itu lucu..." balas Eve. "Tidak, terkadang hanya sebuah keinginan." Evelyn menghembuskan nafas kasar mendengar jawaban Adam. Ia sama sekali tidak dapat menebak isi kepala pria itu. Kecuali, keinginan atau hasrat untuk memakan korbannya dan juga merasa terancam. Dan itu semua, sama sekali tidak saling berkaitan. "Baiklah, ceritakan kasusmu. Mungkin aku akan mengerti." kata Evelyn. "Beberapa orang memiliki pemahaman yang berbeda Miss Hunter, sebagian menyukai konsep dan teori, sebagian lagi menyukai sebuah contoh agar mengerti.. dan orang-orang yang mencerna lewat contoh adalah orang-orang yang tidak dapat mencerna sesuatu dengan mudah..." "...aku tahu kau cukup cerdas Miss Hunter, tapi apakah kau mau mendengar dongeng sebelum tidur tanpa mempelajari dasarnya terlebih dahulu. Kau sama sekali tidak mengerti yang aku ajarkan bukan?" Tanya Adam. "Baiklah, keinginan dan terancam. Apa kau memiliki mood yang buruk? Jika iya, maka aku benar. Psikopat selalu memiliki mood yang selalu berubah." jawab Eve. "Oh, apa itu yang mereka tuliskan di buku? Aku tidak ingin menginterupsimu dengan pemahaman yang kau dapat dari buku, tapi cobalah berpikir berbeda. Kau memiliki sebuah kemampuan yang berbeda Miss Hunter, imajinasi, khayalan, semua yang kau bayangkan itu ternyata adalah benar..." tukas Adam. Evelyn terdiam, Apa yang salah dengan Adam Rig? Mengapa dia memakan korbannya? Dia ingin tahu jawaban itu dan itu dapat membuat laporannya menarik untuk dimuat di media. Kenapa? Keinginan dan terancan? Evelyn tidak mengerti... "Pulanglah Miss Hunter, aku tidak ingin membuang waktumu disini hanya memikirkan dua kata itu. Pulanglah! Dan kembali jika kau sudah mengerti maksudku..." ujar Adam, dia kembali menyeret kursinya kebelakang dan memilih untuk berbaring di tempat tidurnya. Evelyn tertunduk lesu, dia gagal mendapatkan informasi lagi. Dia pulang dengan murung. Tapi dia memilih untuk bekerja lenbur di kantornya hari ini. Saat malam hampir larut, dia masih berkutat dengan kertas dan komputer di depan wajahnya. Memikirkan dua kata yang diberikan Adam Rig, memang dia gagal. Tapi, bagi Evelyn kasus ini semakin menarik. Dia memilih untuk mengikuti permainan Adam, jadi, dia harus berpikir seperti Adam juga jika ingin mengetahui jawabannya. Evelyn mengakses berkas kepolisian menggunakan identitas Pak Kepala, mencari kasus Adam Rig terdahulu. Sebelum dia menjadi seorang kanibal yang terkenal. Netra indah itu tak berpaling sedikitpun dari layar komputer. 35 tahun yang lalu, Adam Rig dibesarkan oleh seorang pria pembunuh dan kanibal, Benjamin. Seorang pembunuh bayaran dan kanibal, membesarkan Adam Rig yang seorang yatim piatu. Suatu hari, Benjamin berusaha terlepas dari keterikatan sebuah komunitas yang menopang pekerjaanya. Namun hal tersebut ditentang oleh anggota dan berniat untuk melenyapkan Benjamin. Setiap hari, Adam kecil melihat beberapa pria berdatangan ke rumahnya berusaha membunuh Benjamin. Namun selalu gagal karena Ben adalah pembunuh bayaran yang terlatih. Namun malam itu, adalah malam dimana Adam Rig membunuh dan memakan daging manusia untuk yang pertama kali. Dia tidak memiliki senjata apapun untuk melawan, tapi dia memiliki sebuah keinginan untuk memakan daging manusia seperti yang Benjamin lakukan. Jadi, dia menggigit wajah pria yang juga berusaha membunuhnya malam itu. Ben sebenarnya tidak ingin Adam menjadi seperti dirinya, namun sepertinya takdir berkata lain. Sepuluh tahun kemudian, Benjamin mengajak Adam untuk menghadiri pertemuan besar anggota komunitas di sebuah gedung yang tak terpakai yang terletak di tengah hutan. Namun naas, Sebuah ledakan berhasil membakar seluruh anggota termasuk Benjamin. Entah bagaimana, Adam bisa selamat dari ledakan itu. Hingga saat ini, pada akhirnya. Adam Rig memutuskan untuk meniggalkan kota tersebut. Kedua mata Evelyn melotot melihat ke arah layar komputer, seketika tubuhnya membeku. Itu adalah kota kelahirannya, dan ledakan itu terjadi tepat di tahun kelahirannya. Evelyn segera menyambar tasnya dan meninggalkan kantor, malam ini, ia harus pulang. Bertemu Ayah dan Ibunya...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD