Enam

670 Words
Arbian Mahendra atau yang kerap disapa Bian adalah tetangga Kia, mereka sudah berteman sejak kecil, selalu satu sekolah dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Kali ini Bian sedang main ke rumah Kia, dan langsung ke kamar sudah biasa sejak kecil. Kia sedang rebahan di atas kasurnya hanya memakai tanktop dan celana selutut, dan itu membuat kesal harus melihat bentuk tubuh yang membuatnya tergoda, Bian langsung membuka lemari dan mengambil sebuah jaket, lalu dilempar ke Kia. "Ki, lo pakai jaket aja deh." Bian ikut rebahan di samping Kia. "Gue itu laki-laki normal, jangan sampai gue harus main sendiri gara-gara liat bentuk tubuh lo." Ucapan Bian langsung membuat Kia tertawa sekeras-kerasnya. "Astaga, padahal dari kecil udah biasa kan liat gue kayak gini." "Jangan samakan waktu bocah, Kia. Udah sono mending lo pakai jaketnya." "Iya, Beb." Kia langsung memakai jaketnya. Bian memeluk Kia hingga cewek itu sesak. "Gini kan enak kalau meluk." "Eh, Bi. Lepas, lo mau bunuh gue?" Bian tidak melepas pelukannya, hanya sedikit dilonggarkan. "Gue kangen, semenjak lo punya pacar kita jarang ketemu, sekarang lo udah jomblo lagi jadi gue bisa sering ketemu lo lagi." "Cuma sebulan, Bi. Sebentar lagi Bintang pasti balik ke gue." Bian refleks, langsung melepas pelukannya. "Kenapa lo bisa seyakin itu kalau Bintang nggak bisa sayang ke Senja?" "Iya karena gue tahu Bintang cuma sayang ke gue." "Waktu sebulan bisa mengubah semuanya, cinta hadir karena terbiasa." Kia tersenyum tipis. "Ini sengaja gue lakuin ke Senja, biar tahu rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya itu gimana." "Lo lagi rencanain apa, Ki? Ada yang gue sama Bintang nggak tahu?" "Gue emang nggak ceritain ke kalian, tapi gue lakuin ini bukan tanpa alasan." "Lo bisa cerita ke gue?" Kia menggeleng. "Sori, Bi. Gue belum bisa cerita ke lo." Sakit hati Senja adalah kebahagiaan gue. ••• Saat ini Bintang sedang menemani Senja ke gramedia, gadis yang katanya introvert ini sangat suka buku, terutama fiksi, apalagi n****+-n****+ karya Boy Candra. Berbanding terbalik dengan Bintang yang nggak suka baca, bagi Bintang bau buku baru itu bikin pusing, tapi mau bagaimana lagi, dia tetap ikuti langkah Senja. "Senja, lo belum selesai juga?" "Iya ini udah kelar kok, tinggal bayar." Sambil memperlihatkan empat buah n****+ yang ada di genggamannya. Setelah itu mereka langsung ke kasir. Tanpa menunggu antrian, Senja langsung meletakkan di meja. "Totalnya 375 ribu," ujar kasir itu. Saat Senja baru mengeluarkan dompetnya, Bintang langsung menyerahkan duit 400 ribu. "Biar gue bayar sendiri aja," bisik Senja tak digubris oleh Bintang. Setelah mendapatkan kembalian, mereka langsung keluar gramedia. "Biar gue aja yang bawa bukunya." "Nggak apa-apa, gue aja," ucap Bintang. "Kita makan dulu ya, gue lapar." Kemudian mereka mencari tempat makan yang ada di mall itu, baru kali ini Senja diperlakukan manis seperti itu oleh cowok selain keluarganya, ditemani cari buku, dibayari, dan dibawain. Apa punya pacar memang semenyenangkan ini? "Lo mau makan apa?" tanya Bintang, setelah mereka duduk di salah kursi yang ada di tempat makan itu. "Samain aja kayak lo." "Oke, gue pesanin dulu ya." Senja memperhatikan Bintang dari kejauhan, dulu Senja pikir Bintang adalah cowok dingin yang menyebalkan, tapi ternyata dia bisa semanis ini. Setidaknya masa SMA-ku nggak hanya tentang pelajaran setelah adanya kamu, sedikit berwarna. Yang mungkin akan selalu aku kenang saat kita lulus nanti. Tak lama kemudian, Bintang datang dengan sebuah nampan yang berisi dua mangkuk mie ayam dan dua botol air mineral. "Lo suka mie ayam, kan?" tanya Bintang. "Suka kok, gue emang suka all about noodle dari dulu." Bintang tersenyum. "Oh iya? Sama dong, gue juga suka mie. Kapan-kapan kita mukbang." "Boleh." "Yaudah kita makan dulu. Jangan lupa baca basmallah." Tak lama kemudian muncul sebuah pesan dari nomor asing di ponsel Senja. +6285239××× Dasar penikung, doyannya punya teman, gak laku ya? Sampai punya teman sendiri diembat. Bintang yang melihat ekspresi Senja, langsung mengambil ponsel itu dan membacanya. "Emang gue penikung ya, Ntang?" "Nggak usah ditanggapin." Bintang langsung menelepon nomor itu, namun dijawab oleh operator. Maaf pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan, silakan lakukan pengisian ulang. "Astaga, Senja, lo nggak punya pulsa." "Selama ada kuota, pulsa tidak lagi penting." •••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD