Persiapan

1232 Words
Malam telah berganti menjadi siang, Yuna dan Marta pun memulai hari mereka untuk mencari benda-benda yang ada di dalam list yang harus mereka siapkan untuk pergi menuju tahun 2015, waktu sebelum di mana sepupu dari kakek Donghyun meninggal. “Jadi, di mana kita akan menemukan barang-barang yang di butuhkan itu?” Marta yang kala itu tengah berkutat di dapur pun bertanya kepada Yuna perihal list yang harus mereka butuhkan, membuat Yuna yang tengah membaca list-list di sana pun kini mengerutkan dahinya. “Eum … aku rasa kita harus pergi ke toko lost and found, atau toko barang antik lainnya, yah! Meski kita tidak akan bisa banyak menemukan benda-benda yang ada di list saat ini!” ucap Yuna kepada Marta yang kala itu berjalan menghampirinya seraya memberikan satu piring sandwich untuk menjadi menu sarapan mereka pagi itu, mendengar ucapan Yuna membuat Marta menganggukkan kepalanya dan kembali berjalan menuju dapur untuk mengambil gelas dan juga kotak jus untuk melengkapi menu sarapan mereka. Melihat jika Marta membawa kotak jus pun, membuat Yuna menggelengkan kepalanya seraya berucap, “AKu ingin s**u!” ucap Yuna kepada Marta, yang pada akhirnya Marta pun mengangguk dan meletakan satu gelasnya dan digantikan oleh sebotol s**u murni yang dia ambil dari kulkas miliknya. “Jadi, setelah ini … kita akan pergi ke sana untuk mencari barang yang di butuhkan?” Yuna kini menganggukkan kepalanya, setuju dengan apa yang ditanyakan oleh Marta pada saat itu, di saat yang bersamaan Ibu dari Marta datang dan langsung masuk ke dalam pembicaraan mereka dengan bertanya, “Apa yang akan kalian cari sebenarnya, Hm?” tanya Ibu Marta kepada keduanya, dan hal itu membuat Yuna tersenyum dan kemudian berucap, “Barang-barang kuno, kami mencari barang yang ada di tahun dua ribu lima belas!” ucap Yuna  menjawab pertanyaan dari Ibunda Marta, sedangkan Marta kini menyikutnya dengan pelan, seolah mereka tidak boleh membicarakan hal ini kepada siapa pun dan termasuk kepada Ibu Marta. “Ah! Kalian sedang ingin mengkoleksinya?” pertanyaan dari Ibu Marta pun membuat Yuna dan juga Marta dengan segera menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan itu, dan hal itu membuat Ibu Marta kini tersenyum dan menggelengkan kepalanya, merasa tidak mengerti dengan hobi keduanya yang selalu saja berganti setiap bulannya, dengan contoh kemarin mereka berburu sepatu roda yang sangat kuno hanya untuk ajang pamer, dan bulan berikutnya Marta meminta sebuah kodok yang langka, namun sang Ibu tidak melarang mereka melakukan sesuatu, karena pada dasarnya seperti itulah anak muda, dan sang Ibu memaklumi hal itu. “Apakah saat ini benda tahun dua ribu lima belas sedang happening seperti sepatu roda itu, Hm?” tanya Ibunda Marta kepada keduanya, dan hal itu membuat Yuna menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Yeah … mereka sedang di cari oleh banyak remaja, Tante!” jawab Yuna kepada Ibunda Marta yang kini terkekeh dan menggelengkan kepalanya menanggapi penjelasan itu. “Ada-ada saja kalian ini~ ah! Jika kalian ingin mencari benda kuno … pergi lah ke Paman Rama di toko Arm! Dia selalu menjual benda-benda kuno dengan harga yang murah di banding lost and Found!” ucap Ibu Marta kepada mereka yang kini terkejut mendengarnya dan kemudian merasa senang, karena setidaknya sang Ibu memberikan opsi yang mudah dan murah kepada mereka yang kini menganggukkan kepala menanggapi saran itu. “Terima kasih, Mom!” ucap Marta kepada sang Ibunda yang kini tersenyum dan kemudian sang Ibunda pun segera berjalan untuk mengambil jaketnya, “Kalian bersenang-senang lah! Aku akan pergi ke cafe, semalam ada seseorang yang ingin menyewa cafe di pagi hari untuk peringatan pernikahannya!” jelas Ibunda Marta yang kini membuat keduanya menganggukkan kepala, sebelum akhirnya Ibunda Marta pun pergi dari Rumah itu. Pandangan Marta kini tertuju kepada Yuna yang kini tersenyum. “Kita pergi ke toko Arm?” tanya Marta, dan hal itu membuat Yuna menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan Marta, “Yeah … kita pergi ke toko itu!” jelas Yuna, dan akhirnya mereka berdua pun segera bersiap untuk pergi ke toko Arm. … Saat itu, Yuna dan juga Marta pergi ke toko Arm menggunakan Jika* yang kala itu dikendarai oleh Yuna. “Yuna, apa saja list yang harus kita cari untuk bisa pergi ke tahun itu?” Yuna pun segera memberikan hologramnya kepada Marta yang tanpa sedikit pun menolehkan pandangannya dari jalanan yang tengah mereka lalui saat ini. “Tidak banyak, hanya beberapa benda yang nantinya akan kau pakai di sana. Seperti baju, celana dan juga sepatu … tapi karena ada syarat jika pengembara waktu harus menyembunyikan identitasnya, aku rasa kita juga akan membeli beberapa benda yang mampu menopang kamu agar memenuhi syarat tersebut, selain itu kita membawa banyak alat untuk membantumu agar bisa menyelamatkan Woojin dari peristiwa itu dan oh!… aku rasa kau juga harus membawa Prothou milikmu agar kita bisa tetap berkomunikasi dari jarak jauh!” Marta hanya mengangguk-anggukan kepalanya ketika mendengar ucapan panjang lebar dari Yuna, sebenarnya ia tidak ingin melakukan perjalanan waktu karena ia tidak tahu jika persyaratan yang diberikan akan serumit ini, namun karena Yuna adalah sahabatnya dan ia tahu bahwa Kakek Donghyun juga sangat menyayangi Marta seperti ia menyayangi Yuna, membuat Marta pun bertekad untuk membantunya dan terlihat sekali jika Yuna sangat senang dan sangat bersemangat untuk melakukan hal semacam ini. “Ah! Apakah kita boleh membawa alat dari masa depan ke masa lalu, Yuna?” tanya Marta kepada Yuna yang kini menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Selama kau tidak memberitahukan alat itu kepada yang lainnya, itu tidak akan menjadi masalah bukan? Itu sudha tertulis kok di dalam syaratnya, jadi aku rasa kau boleh membawanya!” ucap Yuna menjelaskan kepada Marta yang kini mengerutkan dahinya dan membuka kembali persyaratan itu. “Yap! Aku rasa kita sudah sampai di tempatnya!” ucap Yuna kepada Marta, yang membuat Marta pun menolehkan pandangannya untuk menatap toko Arm, yang di maksud oleh sang Ibunda. Satu hal yang membuat mereka terkejut mengenai toko itu adalah, bentuk dari bangunannya yang sangat-sangat jadul. Debu terlihat beterbangan di sekitar toko itu, jendela dengan jeruji yang sudah berkarat, yang membuat Marta kini mengerutkan dahinya melihat kondisi dari toko itu yang praktis bokrok karena sudah sangat-sangat tua dan kuno. “Apakah ini tempatnya, Yuna?” tanya Marta kepada Yuna yang kini menatap ke arah layar GPS miliknya dan menganggukkan kepala menanggapi pertanyaan dari Marta saat itu, “Ya … ini adalah toko yang di maksudkan oleh Ibumu, Marta … tak ada lagi toko yang bernama Arm di sekitaran kota ini, dan bahkan katakan saja jika toko ini hanya satu-satunya!” jelas Yuna kepada Marta, yang pada akhirnya membuat Marta pun menghembuskan napasnya dan menganggukkan kepala menanggapi ucapan Yuna saat itu. “Baiklah, ayo kita masuk ke dalam!” ajak Marta kepada Yuna, dan keduanya pun berjalan untuk masuk ke dalam toko tersebut. Pandangan Marta kini menatap pintu kaca yang bahkan sudah tidak lagi tembus pandang, kedua matanya kini beralih menatap tulisan Push! Yang poada akhirnya membuat Marta menoleh untuk menatap Yuna ketika menyadari bahwa pintu itu tidak otomatis seperti pintu-pintu yang ada di toko lainnya dan bahkan cafe milik Marta saja pintunya sudah otomatis. Melihat jika Marta ragu untuk membukanya, Yuna pun berjalan terlebih dahulu dan mendorong pintu kaca tersebut yang kemudian karenanya sebuah bel nyaring pun terdengar. KRIING!!! Dan suara dari bel itu bahkan sempat mengejutkan keduanya yang seketika saja menoleh ke arah lonceng yang tergantung tepat di atas pintunya. “Selamat datang!” “AAKK!!” Suara sambutan yang terdengar tiba-tiba itu sangat mengejutkan, sehingga Marta dan Yuna memekik kaget karenanya. …  To be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD