Esok pagi emily sudah bersiap bertemu Andrew di apartemennya, Tapi sebelum itu ia membiarkan semua orang termaksud Dylan tak berada di mansions agar ia bisa pergi.
Karena kali ini dia berniat Melakukan sesuatu atas usahanya sendiri, ia tak akan meminta bantuan Dylan atau siapapun.
Emily keluar dari Mansions, seperti biasa para Bodyguard dan para maid yang berdiri di setiap sudut rumah memberikan penghormatan padanya dengan cara membungkuk.
Aisshh... kalian sebenarnya tak perlu melakukan itu! Batin emily.
" Mrs, anda mau kemana ? " tanya Qaash supir khusus yang standby di Mansions.
Sedangkan cello supir yang khusus mengantar dan menunggu dylan di Kantor.
Mersy Supir khusus yang mengantar dan Menunggu Raymond di kantor.
Qaash Supir Yang standby di Mansions Jikalau Alice atau Paulina membutuhkannya.
Dan Loen adalah supir khusus yang mengantar dan menunggu Jean di sekolah.
Di Mansions sebesar ini dan beberapa yang bertugas di Mansions memang sudah memiliki tugas masing-masing.
" permisi mrs, ada apa ? Kenapa anda diam ? " tanya Qaash.
" oh, ada apa ? "
" anda mau di antar kemana mrs ? "
" aku ga perlu di antar, aku bisa pergi sendiri "
" naiklah Mrs, itu sudah tugas saya mengantar dan menjemput anda, Nona alice dan nyonya kemanapun "
" tak perlu, benar-benar tak perlu " ujar emily melangkah Memutari Air mancur yang ada di depan pintu Utama Mansions.
***
Beberapa menit kemudian emily sampai di apartemen yang di Sms kan Andrew via Whatsaap.
Emily memasuki Lift dan Menekan Lantai 6.
Lift pun membawanya naik ke lantai 6.
Andrew adalah Pria yang mapan dan kaya, walaupun tak sekaya Dylan tapi Andrew melakukan semuanya atas usahanya sendiri sampai ia bisa menjadi salah satu Manager Periklanan.
Sebenarnya Andrew selalu mengajak emily agar mau menjadi bintang iklan di perusahaannya tapi emily memiliki Impian berbeda, dia ingin menjadi seorang model itulah impiannya walaupun sebagian orang yang mendengarnya akan merasa sangat lucu karena melihatnya berpakaian sesederhana sekarang.
Penampilannya selalu saja terlihat tomboi dan tak memiliki Penampilan feminim sedikitpun.
Ia pun hanya memiliki satu sepatu selama ini, di manapun ia pergi ia selalu di temani Sepatu Sneakers kesayangannya.
Ting....
Emily keluar lift dan Menuju Kamar Andrew.
Sampailah ia di depan pintu, emily langsung memencet bel, tak lama kemudian andrew keluar Hanya mengenakan Baju handuk berwarna putih.
" Kau emily ? masuklah emily " ajak Andrew.
Emily berjalan memasuki Apartemen Andrew dan ia melihat seorang gadis sedang mengambil minum di dapur yang sebelumnya tak pernah ia lihat.
Itu menandakan mereka Baru saja melakukan kegiatan panas mereka sampai wanita itu terlihat sangat kehausan.
" kau mau minum apa emily ? " tanya Andrew.
" apa aja " ujar emily.
Tak lama kemudian Andrew membawakan segelas s**u Putih Di Hadapan Emily, karena ia tau temannya ini sangat menyukai s**u.
" honey, kemarilah " Panggil andrew kepada wanitanya itu.
" hmm. Ada apa ? dia siapa ? " tanya wanita itu.
" dia temanku "
" teman apa ? "
" My Friend honey, dia adalah teman Kecilku serta saudara sampai sekarang, kenalkan namanya emily.
Dan Emily dia kekasihku Namanya Joanna " Ujar Andrew memperkenalkan Mereka berdua dan di susul dengan jabatan tangan emily dan Joanna.
" honey, dia adalah wanita yang ku ceritakan, bisa kan kau Mengikutkannya untuk Kontes ? Beritahu Kakakmu " tanya andrew.
" tubuhnya serta Tinggi badannya cocok tapi cara berpakaiannya terlalu Tomboi sedangkan menjadi seorang model bukan hanya di lihat dari tubuh serta wajahnya "
" kau kan bisa mengajarinya " Ujar Andrew eembari menyelusupkan tangannya di Tengkuk Joanna sampai membuat wanita itu merinding Geli, Emily yang melihatnya hanya bisa diam.
" untuk sementara kau Bisa ke Alamat ini besok! Joanna memberikan kartu nama kepada emily.
berpenampilan menariklah, Kakakku akan kesana besok melihatnya "
" sebelumnya aku minta maaf Joanna, tapi kau tak perlu membantuku sampai sejauh itu, karena yang ku lakukan hanya melakukan beberapa Tes, jadi biarkan saja yang menilaiku yang memang berkewajiban dalam hal ini " ujar emily dan tatapannya mengarah kepada Andrew, ia memberikan kode kepada Andrew agar ia bisa membuat Joanna mengerti.
" hei girl, menjadi seorang model tak segampamg kau mengeluarkan kata-kata "
" honey, biarkan saja, emily benar biarkan dia melakukan satu hal atas Usahanya sendiri " ujar Andrew yang tau cara menenangkan kekasihnya itu.
" oke, kau sudah menerima alamatnya, kan ? Kau bisa pergi dari sini dan selamat berjuang " ujar Joanna sambil beranjak dan melangkah masuk ke kamar.
Andrew mengantarkan Emily sampai di depan pintu apartemennya.
" maafkan joanna Emily, dia memang wanita yang tegas, sebenarnya kakaknya itu adalah Pemilik Perusahaan periklanan tempatku bekerja dan aku sebagai Manager di Perusahaan itu, tapi aku tak memiliki wewenang penuh atas model-model dan aku hanya bisa mendoakanmu agar kau bisa lolos, jika saja kau menerima tawaran Joanna kau mungkin akan lolos Emily " Ujar Andrew.
" andrew, kau kan tau aku, aku tak mungkin melakukan hal itu, kasihan orang yang juga berjuang demi menjadi model, jika aku menerima tawaran itu sama halnya aku bermaib curang, tapi ngomong-ngomong Joanna gak akan mempersulit aku kan karena omonganku tadi ? "
" tenang saja, joanna tak bekerja Di perusahaan kakaknya, dia saat ini sedang kuliah Jurusan fashion, jadi dia Tak akan ikut campur atas dirimu negitupun denganku karena lokasi Pemotretan dan Kantorku jauh " Ujar Andrew.
" baiklah andrew, aku benar benar berterima kasih karena sudah membuatku mendapatkan jalan ini "
" itu kan Adalah mimpimu "
" sekali lagi thanks Andrew, aku pergi dulu "
" maafkan aku emily, aku tak bisa mengantarmu, lain kali kenalkan aku kepada suamimu " ujar Andrew.
Suami ? Jangan melihat hidupku Andrew, aku bukan Istri sesungguhnya, aku hanya istri bayaran! Batin Emily.
" baiklah Andrew, sampai jumpa " Emily melangkah menuju Lift.
Emily masuk kedalam Lift dan menekan Lantai dasar, Lift pun membawanya turun.
Di dalam lift emily melihat penampilannya Di kaca dinding lift.
Apa aku bisa berubah ? Ujar emily.
***
Sudah hampir jam 11 malam, Dylan belum Juga kembali ke Mansions.
Emily masih berada di kamar Jean, Jean tak bisa tidur jika Emily tak di sampingnya.
Emily melihat Jean yang sudah tertidur pulas dan beranjak dari duduknya. Emily memperbaiki selimut jean, setelah itu ia melangkah keluar kamar jean dan menuju Kamarnya.
Sampai di kamarnya emily terkejut ketika melihat dylan sudah berada di kamar dengan keadaan tak memakai Baju, emily menelan luda melihat d**a bidang Dylan dan Perut Six Pack yang berdiri tepat di depannya, tuhan Memahatnya begitu sempurna sampai wanita manapun akan Jatuh cinta dan terpana melihat tubuh dylan yang terlihat sangat menawan.
Emily ingin Sekali menenggelamkan wajahnya di d**a bidang Dylan yang terlihat sangat sempurna.
" kenapa kau berdiri disitu ? " tanya dylan berhasil membuyarkan lamunan emily.
" hmm ? Ogh... aku-- "
" ayo kesini " ujar dylan menyuruh emily untuk duduk di sofa tepat di sampingnya.
Emily duduk di samping Dylan, jantungnya berdebar tak karuan, d**a dan Perut sixpack itu terlihat dan terekspos tapat di depan matanya sampai membuatnya tak konsen dan tak berani melihay wajah tampan dylan.
Dylan tau apa yang di pikirkan emily dan meraih kemeja miliknya di dekat sofa dan Memakainya.
" jangan melihat tubuhku seperti itu " ujar dylan.
" apaan sih, siapa juga yang melihat tubuh jelekmu itu ? " emily berusaha menelan ludahnya, membuat pikirannya kembali mengalir.
" kata-katamu itu membuktikan jika kamu emang melihatnya " Ujar dylan.
" sudahlah, aku mau tidur " emily beranjak dari duduknya tapi dylan menarik lengannya dan ia kembali dengan posisi duduk karena Tarikan dylan yang sedikit lembut.
" siapa yang menyuruhmu tidur sekarang ? "
" lepasin ga, jangan menye--- " perkataan emily terhenti ketika Dylan langsung menariknya kepelukannya.
Emily merasakan otaknya kembali buntu ketika Dylan memeluknya begitu erat, pelukan ini benar-benar terasa hangat tapi sadarlah emily!! Batin emily.
" aku minta maaf karena sudah Memperlakukanmu secaraa tak baik selama ini, tapi itu lah aku, kau pasti tau banyak tentangku, kan ? "
Emily membulatkan Matanya penuh mendengar permintaan maaf Dylan tepat di telinganya.
Jangan mimpi emily! Batin emily.
" aku mencintaimu emily " Ujar dylan yang juga merasakan jantungnya tak karuan
Emily melepas pelukan Dylan dan menatap dylan penuh pertanyaan.
" jangan berbohomg padaku Mr.Maxwell " Ujar emily.
" siapa yang berbohong ? Bukankah sudah ku katakan jika aku mencintaimu ? "
" tapi sikapmu tak seperti Orang yang mencintaiku Mr. Maxwell "
" aku sudah katakan, sikapku emang seperti itu emily " Ujar dylan.
" trus pernikahan kita ? "
" apa maksudmu dengan pernikahan kita ? Kau istriku dan aku suamimu "
" bukankah aku hanya sekedar Ibu pengganti Buat Jean putramu ? "
" itu dulu emily "
" tapi kau tak mengakuiku sebagai istrimu di depan Mikaela "
" aku juga punya alasan untuk itu "
" apa alasannya ? "
" mikaela tau bahwa mommy mencarikanku istri hanya sekedar untuk menjadi ibu bagi jean karena itu aku ga mengatakannya, jika saja aku mengatakannya aku tak mau sampai kau di anggap hanya ibu bagi jean bukan sebagai istriku " ujar dylan sembari mengelus pipi emily.
" kau banyak merubahku emily, aku sejak dulu tak suka banyak bicara tapi selama mengenalmu aku jadi banyak bicara dan tak pernah bisa diam " Sambung dylan.
Emily hanya tersenyum, jantungnya pun mulai menjadi labil.
" aku juga mencintaimu Mr.Maxwell "
Dylan menggendong emily ala bridal style dan di tidurkan di atas ranjang dengan pelan, Emily hanya bisa tersenyum.
Dylan menyelimuti emily dengan selimut dan mengecup puncak kepala emily dengan lembut.
" tidurlah, aku masih banyak kerjaan yang harus ku selesaikan " Ujar dylan.
Emily mengangguk.