BAB 9

1039 Words
Pernikahan sembunyi-sembunyi antara Dylan dan Emily yang hanya di hadiri keluarga sudah selesai. Emily kembali ke rumah perusahaan untuk mengambil semua pakaian dan barang-barangnya karena mulai hari ini dia akan tinggal di mansion milik orang tua Dylan. Tentu saja itu membuat semua teman kantornya keheranan. "Apa wanita itu sudah di pecat?" tanya salah satu teman kantornya kepada Kelly. "Aku bersyukur dia keluar dari perusahaan tempat kita bekerja, aku benar-benar muak melihat wajahnya," ujar kelly. "Tapi dia memakai pakaian pengantin, dia pasti barusan abis menikah tapi dengan siapa? Trus dia tidak mengundang kita juga." "Aku tak perlu penasaran siapa suaminya, karena itu tidak penting bagiku, kenapa juga dia harus mengundang kita? Dia 'kan tak akrab dengan kita." "Hei ... kalian semua lihat itu siapa yang datang," kata Pegie yang menarik perhatian semua rekan kerjanya. "Siapa?" tanya Kelly. "Bos CEO datang," kata Peggie kegirangan. "Apa? Semuanya bersiap." Perintah Kelly. Dylan memasuki rumah perusahaan miliknya yang ia sediakan untuk seluruh karyawannya dan semua karyawannya menunduk santun kepadanya. "Kenapa Bos bisa ada di sini? Tujuh tahun aku bekerja di perusahaan ini, aku belum pernah melihat Bos ke rumah ini," bisik Peggie. "Kau tujuh tahun, aku sudah 13 tahun pun tidak pernah lihat Pak Dylan kemari, terus dengan berpakaian pengantin seperti itu, dia mau menemui siapa?" Seluruh karyawan berperan dengan pikiran masing-masing. "Kau sudah siap?" tanya Dylan kepada Emily yang keluar menarik koper besarnya dan menenteng tas besarnya. Semua karyawan kantor membulatkan mata mereka penuh karena melihat Bos besar mereka menegur Emily. Seluruh karyawan bingung bagaimana caranya menanggapi situasi ini. "Jangan-jangan--" "Ayo cepat" ajak Dylan kepada Emily. Semua karyawan pun kebingungan.. Kelly pingsan. Peggie pun Berteriak tak menyangka ketika melihat Emily dan Dylan memunggunginya. Sebenarnya Dylan sengaja tidak menegur seluruh karyawannya karena tahu selama ini apa yang mereka lakukan kepada Emily. Semuanya Dylan tahu. Rumah perusahaan itu menjadi begitu heboh karena mereka tak bisa menerima kenyataan ketika Emily tenyata istri dari Bos mereka. Semuanya merasa aneh, pantas saja Emily sering pulang malam. *** Sampai lah mereka di mansion. Dylan dan Emily langsung masuk ke kamar. Emily sangat takjub melihat keindahan kamar yang tertata begitu rapi. "Ganti bajumu," ujar Dylan. Emily langsung masuk ke kamar mandi untuk mengganti baju. Wanita cantik itu keluar dari kamar mandi hanya memakai celana pendek dengan t-shirt putih serta mengikat rambutnya asal. Dylan melihat penampilan Emily yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Ganti bajumu," ujar Dylan mengulang perkataannya. "Ganti baju yang mana? Aku 'kan sudah berpakaian, trus aku harus ganti lagi?" Emily mulai kesal. "Ganti pakaianmu, berpenampilanlah seperti seorang ibu satu anak," ujar Dylan. "Ganti-ganti-ganti terus, bilang dari tadi kenapa, apa kau harus mengucapkan dua kata saja? Kalau kau mengatakannya lebih kepadaku aku akan mengerti dengan cepat," ujar Emily kesal seraya melangkah masuk ke kamar ganti. Setelah berpakaian layaknya seorang Ibu, Dylan lalu menyuruh Emily untuk duduk di hadapannya. "Ini," ujar Dylan memberikan selembar kertas kepada Emily. "Apa ini?" tanya Emily. "Baca saja, itu daftar barang, film dan permainan kesukaan Jean, semuanya ada di situ, dengan alasan apa kau pergi ke Canada." "Terus?" "Apa harus ku jelaskan lagi?" "Ya iyalah aku mana mengerti." "Begitulah jika punya otak pendek." "Kau barusan mengatakan apa?" "Kau harus menghafalnya agar ketika Jean bertanya, kau bisa menjawabnya." "Aku dengar kau tadi tidak mengatakan itu." "Sudahlah," ujar Dylan sembari melangkah keluar kamar. "Dasar pria menyebalkan," gumam Emily. Emily melihat tulisan di selembar kertas dan mencoba menghafalnya. *** Ketika Emily sedang tertidur. Suara seseorang membangunkannya. "Apaan sih, kenapa mengganngu aku yang sedang tid--- " Emily kesal dan bangun dari tidurnya, ia terkejut ketika melihat salah satu maid yang ada di hadapannya saat ini. "Aishh ... aku lupa kalau sekarang aku sudah di mansion pria menyebalkan itu," gumam Emily. "Ada apa?" tanya Emily. "Tn. Dylan memanggil anda ke bawah." "Baiklah," ujar Emily. Sepeninggalan maid, Emily lalu memperbaiki wajah dan dandanannya. Ketika Emily sedang menuruni tangga, Jean langsung berlari kepelukannya. "Mommy," Jean berlari memeluk Emily. Emily kebingungan ketika melihat sekeluarga saat ini sedang menoleh ke arahnya secara bersamaan. "Bagaimana ini? Apa yang harus ku katakan kepada Jean?" Emily membatin. Emily berlutut agar sejajar dengan Jean yang kini sedang menatapnya. "Hei sayang, apa kabar? Kau sudah tumbuh begitu besar," kata Emily sembari menarik Jean lembut kepelukannya. "Mommy jangan memelukku terlalu erat, aku bukan anak kecil lagi," ujar Jean. Semua keluarga tertawa kecil mendengar ucapan Jean, tapi tidak untuk Dylan yang memang sejak dulu pendiam dan dingin, berbicara pun terkecuali penting. Emily melepas pelukannya dan mencium Jean beberapa kali. "Kamu menangis?" tanya Emily. Keluarga menoleh ke arah Jean yang sedang menangis sedih saat ini. Seperti tangisan anak kecil yang baru saja mendapatkan mainannya yang hilang, begitulah Jean saat ini. "Mommy, aku memang bukan anak kecil lagi tapi bertemu mommy membuatku kembali seperti anak kecil." ujar Jean di sela isak tangisnya. Emily kembali memeluk Jean karena ia pun merasa sedih harus berbohong kepada anak sekecil Jean, yang masih sangat polos dan tak tau apa-apa tentang Mommy-nya yang sudah meninggal. "Jangan menangis, ya, Sayang," ujar Emily. Jean mengangguk. Semua keluarga pun menitikkan air mata karena baru pertama kali melihat Jean menangis, tapi tidak untuk Dylan yang hanya merasa sedih dalam hati. "Mommy, aku rindu sekali sama mommy, aku ingin- " ujar Jean terhenti. "Apa, Sayang? Katakan saja," tanya Emily. "Apa boleh malam ini aku tidur sama Mommy?" tanya Jean. "Boleh, Sayang, apa sih yang ga boleh buat kamu, kita makan siang dulu terus kita main bareng sampai malam, mau 'kan?" Jean merasa sangat semangat dan mengangguk. Dylan melihat kebahagiaan putranya yang tak mengetahui kebenarannya. Semua keluarga tak menyangka jika Emily bisa melakukannya, melakukan sandiwara, sandiwara yang dapat membuat Jean merasa memiliki seorang Mommy seperti kawannya yang lain. Itulah gunanya Emily hadir di tengah-tengah keluarga kaya seperti keluarga Maxwell. "Ayo, Mom, kita ke kamarku," ajak Jean sembari menggenggam tangan Emily dan menariknya pergi bersama, mereka memunggungi semua keluarga yang sedang melihat mereka termaksud Dylan. Sepeninggalan Emily dan Jean. Keluarga sangat bersyukur ketika melihat kebahagiaan Jean. "Kamu melakukan hal yang benar, Sayang," tutur Paulina. "Jangan melihat seseorang dari penampilannya," sambung Raymond. "Aku hanya takut, jika saja wanita itu bisa mengambil kebahagiaan keluarga termaksud harta keluarga," "Jangan terus berpikiran yang tidak-tidak, Paulina, kamu sudah tua, bersikaplah layaknya seorang Nenek dan Ibu mertua," sambung Raymond, membuat istrinya itu menunduk, sedangkan Alice hanya diam saja mendegarkan BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD