BAB 8

773 Words
Setelah menyuruh supir Mengantar Emily kembali ke rumah perusahaan. Dylan melangkah masuk ke dalam mansion. Terlihat di ruang keluarga, keluarganya saling diam, tak ada suara yang di keluarkan keluarganya. Raymond welcome kepada Emily, terkecuali Paulina dan Alice yang tak suka dengan penampilan Emily yang asal-asalan dan tak terlihat berkelas sama sekali. Di ruang keluarga Paulina menghampiri putranya, untung saja pertemuan ini tanpa sepengetahuan Jean, ia sengaja menyuruh kepala maid serta kedua babysitter untuk pergi bersama ke suatu tempat sampai pertemuan ini selesai. "Apa kau tak berpikir sebelumnya untuk membawa wanita itu ke mansion ini? Dia tak pantas jadi Mommy buat Jean, dia tak berkelas, bukankah banyak wanita di luar sana yang menginginkanmu? Termaksud para anak petinggi di negara ini? Kenapa harus wanita itu?" tanya Paulina sembari menatap putranya penuh harap agar Dylan mau menjawab pertanyaan ibu-nya. "Kali ini aku setuju sama Mommy, wanita itu tidak pantas jadi Ibu Jean dan tak akan pernah pantas, dia juga dari keluarga miskin, kita juga tak tau seperti apa dia, aku--- " "Ini sudah menjadi keputusanku," ujar Dylan sembari melangkah meninggalkan ruang keluarga dan berjalan menuju pintu keluar. "Apa kau akan pergi tanpa bertemu Jean?" teriak Paulina kepada Dylan yang memunggunginya. "Dia selalu saja begitu, kita banyak bicara, namun dia cuma berbicara empat kata saja," ujar Alice kembali duduk. "Apa kau tak bisa bicara kepada putramu sendiri? Kau tau 'kan kita tak mungkin membiarkannya menikah dengan wanita kayak Emily?" Paulina menghampiri suaminya yang sedang membaca sebuah buku. "Bukankah kau yang memaksanya untuk mencari wanita yang bisa dia nikahi? Jangan membesarkan-besarkan masalah, wanita yang terlihat tak berkelas belum tentu memiliki sikap yang tak berkelas juga." ujar Raymond. Paulina tak bisa berkata apa pun lagi. Dylan di dukung oleh Raymond ayahnya, tak ada kesempatan untuk membuat Dylan agar memikirkan tentang pernikahannya dengan Emily. *** Sampainya Emily di rumah perusahaan, tak seorang pun yang terlihat, rumah begitu sepi. Emily mengangkat sebelah alisnya karena keheranan dengan suasana rumah seperti saat ini. "Mereka pada kemana? Mereka tak lagi berencana mengerjaiku, 'kan?" tanya Emily kepada dirinya sendiri. Emily melangkah masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Wanita itu sangat bingung bagaimana menyampaikan berita tentang rencana pernikahannya, itu akan membuat Ibunya terkejut karena secara mendadak ia menyampaikam akan menikah, ibunya akan lebih terkejut ketika tau siapa pria yang akan menikahi Emily. Apalagi ibunya berbeda, ibunya gaul dan kuat bicara serta marah-marah, hal itulah yang membebani pikirannya saat ini. Suara ponselnya terdengar. Emily beranjak dan mengangkat telpon ibunya tapi sebelum itu ia memperbaiki suaranya dengan berdeham. "Helo, Mom." "Ada apa dengan suaramu? Kau abis ketahuan mencuri?" tanya ibunya. "Kenapa juga aku harus mencuri? Aku juga bukan pencuri. Aku-- " "Lantas ada apa? Kau membuat Mommy lelah menunggu telponmu," ujar Corly ibunya. "Aku hanya-- " "Hanya apa?" "Aku-- " "Ada apa, Emily ? Apa kau melakukan kesalahan? Kesalahan apa yang kau buat?" "Aku tak melakukan kesalahan apa pun, Mom, aku hanya-- " "Apa kau tak bisa berbicara dengan jelas? Mommy bisa-bisa terkena geger otak mendengar perkataanmu yang terputus-putus seperti itu." "Aku akan menikah." "APA? MENIKAH? ME'MENIKAH DENGAN SIAPA?" Yang di khawatirkan Emily akhirnya terjadi, Corly terkejut itu terdengar dari suara lantangnya. "Dengan seorang pria, Mom." "Mommy tahu, kau tak mungkin menikah dengan wanita, tapi siapa? Kenapa mendadak? Kau hamil? Berapa bulan?" "Tenang dulu, Mom, aku akan menjelaskannya, pernikahanku akan di gelar minggu depan, Mommy tak perlu hadir, aku janji akan membawa suamiku ke rumah Mommy." "Apa kau bilang? Kau melarang Mommy hadir di hari pernikahanmu? Apa kau tak waras ? Mommy ini satu-satunya keluargamu yang masih hidup, Emily, dan aku Ibu kandungmu, terus di hari penting dan di hari bahagiamu, kau melarang Mommy untuk hadir?" "Bukan begitu, Mom, tapi aku--" "Ada apa? Kau hamil ? Kau baru dua minggu di kota besar itu dan kau sudah terjerat kepada lelaki b******k yang menikmati tubuhmu?" "Aku tak hamil, Mommy!" "Lantas kenapa kau melarang Mommy untuk hadir? Apa kau menikah dengan preman? Penjahat? Pembunuh?" "Mommy apa-apaan sih, aku tak lagi bercanda." "Apa kau pikir Mommy sedang becanda?" "Baiklah. Mommy bisa datang, lusa aku akan menunggu Mommy di Los Angeles, nanti akan ku jelaskan jika Mommy sudah sampai." "Okay." Corly mengakhiri telpon. Emily menghela napas panjang, apa yang ia harapkan ternyata tak bisa, Corly tetap akan hadir di pernikahannya. Emily pasrah jika Ibunya datang dan melihat pernikahannya yang hanya di hadiri beberapa saksi saja, tak ada perayaan mewah atau perayaan besar-besaran karena menjaga agar Jean tak mendengar atau melihatnya. Emily duduk di depan jendela yang bisa membuatnya melihat Rumah sebelah tepat di mana iaa bisa melihat Dylan. Ia menatap lurus kedepan dan sejenak berpikir, apa semua yang di putuskannya sudah benar? Apa tidak ada penyesalan nantinya? BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD