Bab 10. Hari Pertama Menjadi Istri

1073 Words
Sementara itu, Tantria duduk satu meja yang sama dengan kepala pelayan Halim dan beberapa pelayan utama. Rumah Lin memang sangat luas dan besar. Butuh banyak pelayan serta tukang kebun untuk mengurus rumah seluas itu. “Nyonya, ini adalah sarapan pagi kita hari ini. Nyonya mau makan pakai sumpit atau sendok?” tawar Halim dengan ramah pada Tantria. Tantria tersenyum kaku dan melihat pada banyaknya makanan di atas meja. Keluarga Lin bahkan sangat kaya untuk menyajikan banyak makanan bagi pelayannya saja. Namun, Anthony dan istrinya justru makan lebih sedikit dengan menu yang tidak sama dengan meja di depan Tantria sekarang. “Apa Mas Anthony dan Mba Grizelle tidak makan nasi untuk sarapan? Kenapa menunya berbeda?” tanya Tantria sedikit penasaran. “Itu karena perintah, Tuan Muda Anthony yang hanya ingin menu seperti roti dan buah-buahan saja bagi sarapan pagi. Tuan Muda dan Nyonya memang tidak biasa makan berat kalau pagi kecuali Nona Kecil.” Halim kembali menjelaskan. Tantria mengangguk pelan dan mencoba mengingat semuanya. Ia ingat kalimat ibunya jika sekarang hidupnya harus mengabdi pada keluarga Lin terutama untuk Anthony dan Grizelle. “Mari makan, Nyonya.” Halim kembali mengajak. “Terima kasih. Saya berdoa dulu.” Halim mengangguk dan membiarkan Tantria menungkupkan tangan berdoa atas keyakinannya dalam Kristen. Tidak ada pelayan yang memulai makan sebelum Tantria. Sarapan pagi itu akan menjadi sarapan pagi pertama bagi Tantria Purnama di rumah keluarga Lin. Setelah sarapan, Anthony lantas meminta pelayan memanggil Tantria. Ia ingin memperkenalkan Tantria secara resmi pada para pengawalnya, anggota Golden Dragon, para pelayan serta putrinya, Belinda Lin. “Mulai hari ini, kalian semua harus memanggil Tantria dengan sebutan Nyonya. Dia adalah istri keduaku dan memiliki hak yang sama untuk mengatur rumah ini. Jadi aku harap kalian semua akan menghormatinya,” ujar Anthony memberikan perintahnya. Grizelle sedikit mengernyit tapi dengan cepat menguasai dirinya. Anthony kemudian berbalik dan tersenyum pada Belinda. “Sini Sayang. Kenalan dulu sama Mama yang lain,” ujar Anthony mengajak Belinda untuk berkenalan dengan Tantria. Belinda sontak cemberut dan menggeleng. Ia belum begitu paham jika ayahnya harus menikah lagi. “Kok Mama? Mamanya Linda kan ini, Pa!” sahut Belinda protes. Grizelle langsung mengambil posisinya. Ia berjongkok agar sejajar dengan Belinda demi menjelaskan pada putrinya tersebut akan apa yang terjadi. “Panggil Tante saja ya. Namanya Tante Tantri.” Grizelle kembali berdiri dan tersenyum pada Tantria. Tantria ikut tersenyum lalu menunduk pada Belinda. “Perkenalkan nama saya Tantria.” “Tante siapa?” tanya Belinda dengan nada ketus. Anthony langsung menimpali. “Jangan ngomong begitu, Sayang. Kamu harus bersikap sopan sama Tante Tantria ya. Dia istri Papa juga,” ujar Anthony dengan senyuman. “Memangnya Papa sama Mama mau cerai ya? Kok Papa menikah lagi?” celetuk Belinda blak-blakan. “Enggak, kok kamu bicara seperti itu.” Anthony sedikit mengernyit. “Sayang, sebaiknya kamu berangkat sekolah sekarang ya. Nanti terlambat. Ayo!” Grizelle serta merta memotong agar tidak terjadi perdebatan yang tak diinginkan. Belinda pun tidak lagi bertanya tapi wajah Anthony sudah berubah sedikit kesal. Sedangkan Tantria malah makin menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Grizelle mengantarkan anaknya ke mobil yang disediakan untuk mengantar jemput. Seorang pengasuh bersiap untuk mengantarkan Belinda ke sekolahnya sementara Grizelle hanya memastikan anaknya berangkat sekolah seperti biasanya. “Ya sudah, aku mau berangkat dulu.” Anthony pun akhirnya bicara setelah ia mendengus kesal. Tangan kanannya, Hendri datang mencantelkan jas pada kedua pundak Anthony sebelum ia bersiap masuk ke dalam mobil. “Qin, apa kamu mau berangkat?” Anthony mengangguk pada Grizelle yang datang memeluk dan mencium mesra seperti biasanya. Tantria yang melihat adegan mesra itu akhirnya menunduk lagi dan mundur. Setelahnya Anthony naik ke mobilnya dan ia dikawal oleh banyak pria seperti orang yang sangat penting. Grizelle berdiri di tangga lobi utama dan memastikan mobil Anthony berlalu. Setelahnya barulah ia berbalik dan kembali ke dalam. “Tantria, aku harus bicara sama kamu. Masuk ke ruanganku ya?” ujar Grizelle memerintahkan Tantria yang hanya mengangguk saja. Tantria diantarkan oleh salah satu pelayan untuk masuk ke ruang baca tempat Grizelle sedang menunggunya. “Duduk, Tantri!” perintah Grizelle pada Tantria yang dengan hati-hati duduk di salah satu sofa di depan Grizelle. Grizelle menarik napas panjang lalu tersenyum pada Tantria. “Bagaimana? Apa kamu betah tinggal di sini?” tanya Grizelle pada Tantria. Tantria tersenyum lalu mengangguk. Sekalipun tidak, apa ia memiliki pilihan? “Iya, Mba Grizelle. Tantri betah di sini. Terima kasih sudah menerima Tantri.” Grizelle mengangguk. “Selama kamu tinggal di sini, aku ingin kamu mematuhi semua aturan di rumah ini. Salah satunya adalah jangan pernah mencari Anthony kecuali dia yang memanggil kamu. Jika kamu butuh sesuatu, kamu bisa memintanya pada Halim. Untuk seluruh kebutuhan kamu, aku yang akan menanggung,” ujar Grizelle memberikan penjelasan. Tantria hanya diam saja dan menyimak. Ia mengangguk jika diperlukan. “Sebelum kamu terbukti hamil, kamu harus banyak istirahat. Aku akan meminta tabib Feng untuk memberikan banyak vitamin buat kamu jadi kamu bisa hamil lebih cepat.” Tantria menundukkan pandangannya dan menelan ludah pahit. “Setelah kamu hamil, jangan terlalu lelah bekerja. Kamu boleh mengurus urusan dapur dan rumah ini, tapi aku minta tolong jangan meminta sesuatu langsung apa pun pada Anthony. Katakan padaku, nanti aku sampaikan.” Tantria menaikkan pandangannya lalu mengangguk. Sementara itu, di mobilnya Anthony sedang berpikir tentang Tantria dan mimpinya yang begitu nyata semalam. Mimpi itu membuat Anthony kecewa karena pada kenyataannya hal itu tidak terjadi. Ia pun ingat pada pakaian sederhana dan cenderung lusuh milik Tantria. “Hen, aku minta tolong.”Anthony mengeluarkan dompetnya lalu menghitung beberapa lembar uang. Cukup banyak untuk membelanjakan Tantria pakaian baru. “Belikan pakaian yang bagus dan nyaman untuk Tantria. Antarkan langsung ke rumah.” Anthony memberi perintah dan uang tersebut pada Hendri. “Ukurannya bagaimana, Bos?” Anthony mengernyit dan berpikir lagi. Dia tidak sejauh itu bisa menebak. Napasnya kembali menghela panjang. “Huff, aku gak tahu.” Hendri menaikkan kedua alisnya bersamaan. “Bukannya Bos Lin sudah tidur dengan Nyonya Muda semalam.” Anthony menoleh disertai delikan. “Memangnya kalau aku tidur sama dia, aku bisa tahu ukurannya!” ceplos Anthony dengan kesal. Hendri hanya menyunggingkan senyuman saja dan mengangguk. “Begini saja. Kamu jemput Tantria di rumah dan bawa dia ke mal atau butik. Pilihkan yang dia sukai. Ini tambahannya.” Anthony kembali memberikan sisa uang di dompetnya. “Ini banyak sekali, Bos Lin!” Anthony sedikit berdecap dan menggeleng. “Habiskan semuanya untuk Tantria. Ajak dia berbelanja dan bersenang-senang.” Hendri tersenyum lalu mengangguk. “Baik, Bos Lin.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD