bc

Cinta Untuk Yang Kedua

book_age18+
86
FOLLOW
1.3K
READ
HE
arranged marriage
stepfather
blue collar
bxg
lighthearted
brilliant
villain
like
intro-logo
Blurb

Tantria terus mengalami kemalangan dalam hidupnya. Ia hamil dan pacarnya tidak mau bertanggung jawab. Di waktu bersamaan, ayahnya meninggal dan ibunya juga sakit-sakitan. Terdesak kebutuhan dan putus asa, Tantria akhirnya mengiyakan permintaan wanita kaya bernama Grizelle yang sedang mencari istri kedua bagi suaminya.

Grizelle lalu membawa Tantria pada suaminya, Anthony sekaligus menawarkan pernikahan dengan imbalan uang bagi pengobatan ibu Tantria. Tantria pasrah menerima pinangan Anthony untuk menjadi istri keduanya untuk melahirkan penerus keluarga Lin.

Bagaimana Tantria mampu menyembunyikan rahasia soal kehamilannya dari keluarga Lin sambil terus menjalani pernikahan sebagai istri kedua? Mampukah Anthony menahan perasaan cinta pada Tantria sementara ia memiliki janji pada Grizelle untuk tidak terjerat hati?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Ide Menikah
“Enggak, aku gak mau menikah lagi! Kalau memang aku harus menyerahkan kepemimpinan Lin ke keluarga lain ya sudah,” ujar Anthony kesal. Meski tidak meninggikan suaranya, tapi desakan keluarga terutama istrinya mulai membuat Anthony gerah. “Qin, kamu kan bisa dengar dulu pendapatku,” pinta Grizelle merengek manja pada suaminya. Anthony menghela napas panjang lalu menoleh pada Grizelle. “Kita melakukan ini hanya untuk mendapatkan keturunan laki-laki saja. Setelah dia melahirkan kamu bisa ceraikan dia.” Kening Anthony makin mengernyit lalu menggeleng cepat. “Oh, aku bukan laki-laki gak bertanggung jawab seperti itu!” sanggah Anthony. “Ya uda, dia bisa jadi istri kedua tapi hanya untuk kamu sentuh sekali dan melahirkan anak buat kita, Qin!” desak Grizelle masih terus memaksa. Anthony tetap menolak. Ia masih tidak mau poligami meski sudah didesak kanan dan kiri. “Qin.” “Grizelle, sudah cukup. Aku sudah bilang berkali-kali. Aku tidak akan mengkhianati kamu. Sekarang aku mau pergi dulu. Aku punya pekerjaan.” Grizelle masih ingin membuka mulutnya tapi keningnya langsung dikecup Anthony yang pergi begitu saja. Grizelle menghela napas kecewa. Ini sudah ke sekian kalinya Anthony menolak tawaran untuk menikah lagi. Grizelle terdesak waktu. Ia tidak mungkin menunda lagi atau keluarga lain akan mengambil kekuasaan Anthony di kelompok mereka jika mereka tidak memiliki keturunan laki-laki. Sementara Anthony Lin bergegas masuk ke mobilnya hendak pergi ke suatu tempat. Selain untuk menghindari permintaan aneh istrinya soal menikah lagi, Anthony ingin bertemu dengan pujaan hatinya. “Kita sudah tiba, Bos,” ujar sang pengawal. “Apa kalian yakin dia di sini?” “Iya, Bos.” Mobil Anthony berhenti tak jauh dari ujung sebuah jalan. Anthony duduk di dalam mobil memandang ke depan tanpa bergerak. Ia tidak menjawab dan tenang menarik napas agak panjang. Banyak orang yang lalu lalang melewati jalan itu. Ada yang bergerombol, ada yang sendirian. Mata Anthony Lin sedang mencari-cari seseorang di kumpulan orang-orang tersebut. Lama ia menunggu sampai terlihat seorang gadis berambut panjang agak kecokelatan. Senyum Anthony Lin menyelinap keluar dari balik ujung bibirnya. Gadis yang ditunggunya akhirnya menampakkan diri. Gadis itu celingukan sendirian di seberang jalan saat seorang laki-laki menghampiri tak lama kemudian. “Ayo kita jalan.” Frans Walinka mengajak pacar barunya bernama Tantria Purnama. Tantria mengangguk pelan dengan senyuman cantiknya yang polos. Sementara Anthony Lin hanya diam saja menelan ludah getirnya saat sang gadis yang ia nantikan pergi dengan kekasihnya yang tak lain adalah sahabatnya. Ingatannya pun kembali pada seminggu lalu saat Frans tiba-tiba membawa seorang gadis dengan pakaian sederhana bernama Tantria. "Anthony, kenalkan ini pacarku, namanya Tantria Purnama. Tantria, ini sahabat yang aku ceritakan itu, Anthony Lin." Anthony berbalik lalu tersenyum dan tertegun menatap wajah cantik separuh bule di depannya. Tangan Anthony mengulur dan Tantria dengan ramah menyambutnya. “Tantria ....” suara lembut Tantria memperkenalkan dirinya. Anthony menarik napas agak dalam lalu menyebutkan namanya. “Anthony Lin.” Tantria mengangguk pelan lalu lebih banyak menunduk. Frans mendekat lalu berbisik hal yang membuat Anthony kehilangan senyumannya. “Dia cantik, kan? Sebentar lagi dia bakalan jadi milikku!” kekeh Frans dengan vulgarnya. Kening Anthony sedikit mengernyit. Ia menarik lengan Frans dan memberikannya sedikit peringatan. “Kamu mau apa kan dia? Cari cewek lain sajalah!” bisik Anthony membalas. “Ngapain? Aku coba dululah, entar mubazir!” “Apa?” “Udah, kamu kan enak uda ada Grizelle!” Frans menepuk lengan Anthony lalu merangkul Tantria bersamanya. “Ada apa, Kak?” tanya Tantria dengan polosnya tidak mengerti pembicaraan pria dewasa. Frans menggeleng lalu tersenyum. “Gak ada apa-apa kok. Ayuk, temani Kakak makan, ya.” Frans Walinka pun mengajak Tantria untuk duduk di salah satu sudut kafe. Sementara Anthony hanya bisa menghela napas saja. Semula Anthony mengira pertemuan singkat itu akan berakhir sama seperti gadis-gadis sebelumnya. Namun, ternyata wajah Tantria benar-benar melekat di pikiran Anthony. Selama satu minggu, Frans terus membicarakan Tantria karena gadis itu memang sangat cantik. Hal itu semakin membuat Anthony nelangsa karena harus menahan perasaannya. Kecantikan Tantria tampak begitu natural. Bagai bulan purnama, di usia muda dan masih belum mengenal cinta adalah masa paling ranum dari seorang gadis. Tidak sedikit pun Anthony mengetahui identitas Tantria selain ia adalah gadis yang sederhana. Kini Anthony duduk di mobilnya hanya bisa menjadi pengagum rahasia dari seorang gadis yang menjadi pacar sahabatnya. “Jalan,” perintah Anthony pelan. “Sekarang, Bos?” “Iya.” Anthony sedikit menekan suara dengan rasa kesal. Mobil pun kembali berjalan. Anthony hanya bisa menahan perasaan yang membuat jantungnya kembali berdetak setelah sekian lama. Ponselnya di dalam mobil berdering tak berapa lama kemudian. Anthony pun mengangkat panggilan tersebut. “Qin, kamu sudah di kantor?” tanya Grizelle, istri Anthony Lin. Anthony tersenyum sebelum ia menjawab. “Belum. Mungkin sebentar lagi. Kenapa?” “Enggak, aku sudah punya calonnya.” Anthony memejamkan mata lalu menarik napas agak kesal, “Grizelle, aku kan sudah menolak.” “Please, Qin. Aku beneran serius.” “Aku juga. Sudah ya, kita bicarakan saja nanti kalau aku di rumah.” Anthony memotong dengan lembut. “Ya sudah, terserah kamu saja.” Anthony pun mengangguk. Anthony tidak pernah ngotot jika bicara dengan Grizelle–wanita yang menjadi istri sekaligus ibu dari anak perempuannya yang bernama Belinda dan sudah mendampinginya selama tujuh tahun pernikahan. Selama itu pula tidak ada pertengkaran dalam rumah tangga mereka, kecuali perasaan Anthony yang agak berubah akhir-akhir ini karena permintaan Grizelle soal istri kedua. *** Tiga minggu setelah pertemuannya dengan Anthony, Tantria tampak mendatangi sebuah kafe untuk menemui Frans. Pria itu memang sudah tak lagi datang ke rumahnya dan Tantria perlu menemuinya demi bisa menyampaikan kabar yang menyangkut hubungan mereka ke depannya. Mau bagaimanapun, gadis polos itu tak bisa memikulnya sendiri. Frans sebagai pacarnya harus tahu soal masalah yang menurutnya sangatlah besar. Langkah Tantria pun berhenti tepat di depan sebuah bar dan restoran yang sebelumnya pernah ia datangi bersama Frans saat berkenalan dengan Anthony. Meski awalnya ragu. Namun, Tantria akhirnya masuk juga. Dengan takut-takut, Tantri mencari Frans di tengah keramaian. Beruntungnya ia menemukan pria itu sedang bersama-sama teman-temannya. Anthony juga terlihat berada di antara mereka. Kedua sahabat itu tampak asyik berbincang-bincang belum menyadari kedatangannya. “Jadi, kamu mau menikah? Pacarmu yang kemarin ke mana?” celetuk Anthony sambil minum. Belum sempat Frans menjawab, mata Anthony menangkap sosok Tantria yang mendekat. Tantria ikut menoleh, menatap Anthony dengan sorot matanya yang polos dan seperti sedang menahan tangis. Belum sempat Anthony membuka mulutnya, Frans Walinka menoleh. Raut tawanya langsung berubah datar. "Oh, Tantri …." ucap Frans. Anthony pun ikut duduk dan membuang pandangan ke arah lain. "Tantri mau bicara sebentar, Kak!" pinta Tantria dengan suara nyaris berbisik. “Apa?” Frans meminta Tantria agar bicara lebih keras agar terdengar olehnya. Melihat itu, Anthony pun membantu menyampaikan pada Frans karena memang jaraknya lebih dekat dengan Tantria. “Katanya dia mau ngomong sama kamu.” Frans baru mengangguk tanda mengerti. Suara musik memang membuat suara orang terdengar pelan hingga sulit didengar. Frans pun lalu berdiri dan menepuk pundak Anthony meminta jalan agar ia bisa lewat. Frans langsung membawa Tantria ke belakang kafe itu. Tanpa keduanya sadari, Anthony sejak tadi terus memperhatikan, pandangan matanya hanya tertuju pada Frans dan Tantria yang semakin menjauh pergi. "Aku ke toilet sebentar," ujar Anthony pada teman-temannya yang lain. Itu hanya alasannya karena Anthony penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Tantria kepada Frans. “Kamu mau bicara apa?” tanya Frans ketus dan acuh. Tantria meremas kedua jemarinya. Ia mendekat dan bicara sebaik mungkin meski sebenarnya ragu menyampaikan. “Kak … Tantri ….” “Iya, kamu kenapa? Cepetan dong ngomongnya!” “Aku hamil, Kak ….” "Apa!? Kamu gila, ya? Bagaimana bisa kamu hamil?” Tantria menunduk dan masih coba mendekat. Tangannya memegang lengan Frans yang langsung ditepis kasar oleh pria itu. “Tapi bukannya Kakak udah janji akan bertanggung jawab malam itu?” “Eh, kita itu cuma pacaran! Jadi, bukan berarti kita harus menikah!" hardik Frans dengan nada tinggi. "Tantria mohon, Kak, kita harus menikah demi anak ini, Kak! Kakak harus bertanggung jawab. Kak Frans kan udah berjanji!" isak Tantri memohon, bahkan gadis polos itu sampai berlutut. Namun, Frans dengan kejam malah mendorong Tantria hingga gadis jatuh terjerembab. Dari tempatnya melihat, Anthony yang mendengar semua pembicaraan itu sebenarnya berniat menolong, tapi langkahnya tertahan. Hatinya merasa gusar karena melihat Tantria diperlakukan dengan kasar seperti itu. "Kamu bisa saja tidur sama laki-laki lain dan kamu bilang itu anak aku! Kamu pikir aku akan percaya!" Frans menunjuk wajah Tantria yang tengah menangis putus asa. "Kak, Tantria mohon!” “Aku tidak perlu peduli dengan kehamilanmu! Kamu tahu, aku akan segera menikah. Jadi, jangan ganggu aku lagi!” Frans mengambil dompet dari saku celana, lalu melempar beberapa lembar uang dalam jumlah banyak mengenai kepala Tantria hingga jatuh berhamburan. “Ambil uang itu dan gugurkan anak dalam kandunganmu secepatnya! Dasar gadis miskin, cari masalah saja!” Frans langsung pergi. Ia bahkan tidak mau kembali ke dalam dan langsung melangkah menuju parkiran mobil. “Kak, aku mohon jangan pergi, Kak!” Tantria terus menangis. Kedua kakinya sudah terasa lemah tak bertenaga. Gadis dengan wajah sendu itu tak berdaya dan bersimpuh sambil terus memanggil nama Frans.

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook