Di dalam lift Andara melirik Devi yang berdiri disampingnya sebelum mulai bertanya, "Boleh saya bertanya Bu."
"Boleh."
"Hem...apa yang menarik dari lantai 20. Kenapa semua orang seperti menginginkan berada di lantai 20 dan mengapa harus saya?"
"Bukan lantainya yang menarik tapi kegiatannya. Di sana adalah pusat kontrol KG corporation yang tersebar di beberapa negara. Semua keputusan berasal dari sana karena di lantai 20 adalah ruang kerja Tuan Derek William West. Tidak sembarang orang bisa berada dan masuk ke sana."
Andara mengangguk tepat sebelum pintu lift terbuka.
"Ayo masuk!"
Andara mengikuti Devi berjalan sebelum berhenti di meja security yang memeriksa mereka sebelum menuju ruangan dengan bagian depan dilapisi oleh kaca. Ia merasa seperti akan masuk dan bertemu dengan Presiden, padahal ia sendiri belum pernah bertemu Presiden.
Devi mengetuk pintu dan membukanya setelah mendapat jawaban dari dalam.
"Selamat siang Bu Lusyana," sapa Devi pada wanita yang sedang duduk dengan wajah menatap layar komputer di depannya.
"Selamat siang. Silahkan duduk dulu ya," jawab wanita yang disapa dengan nama Lusyana hingga membuat Andara terkesiap. Ternyata wanita yang akan menjadi atasannya adalah wanita yang tadi mengajaknya duduk di mejanya saat makan siang.
Tidak sampai 10 menit Lusyana sudah duduk di depan Devi dan Andara. Matanya menatap langsung pada Andara sebelum tersenyum.
"Aku gembira mendapatkan seorang asisten yang bisa membantuku? Menyelesaikan semua tugas yang selama ini aku kerjakan. Kau bisa membantuku bukan?"
Andara tersenyum sebelum dia mengangguk, "Tentu saja saya bersedia Bu. Bagaimana pun sudah menjadi tugas saya dengan menjadi asisten ibu.""
"Bu Lusy...ini adalah semua berkas Andara dan untuk kontrak kerjanya sendiri saya belum melakukan nya mengikuti pesan ibu."
"Oke! Tapi id pegawainya sudah kamu siapkan bukan?" tanya Lusy sembari membuka berkas milik Andara.
"Sudah ada di dalam file Bu. Hanya saja belum saja belum ada barcode untuk id nya."
"Baiklah...untuk resminya berkas ini aku kembalikan padamu. Dan p********n insentif mengikuti catatan saya." Lusyana menyerahkan kembali berkas milik Andara pada Devi setelah dia menandatangani beberapa berkas.
"Terima kasih Bu. Andara, selanjutnya kamu mengikuti aturan yang akan diberikan oleh Bu Lusyana. Saya permisi Bu Lusy, Andara."
"Silahkan...."
Setelah Devi pergi, Lusy bangkit dari kursinya dan berjalan menuju mejanya. Dengan tangannya ia meminta Andara duduk di kursi yang berada di depan mejanya.
"Saya tadi sudah menyerahkan mengenai hak kamu yang berhubungan dengan insentif yang akan kamu terima sebagai asisten saya. Karena ada perbedaan dari jabatan kamu sebelumnya."
Andara mendengarkan semua penjelasan yang diberikan oleh Lusy tentang hak dan kewajibannya sebagai asisten sekretaris Presdir.
"Sekarang kamu baca ini. Ini adalah kelebihan p********n yang diberikan oleh KG langsung. Jumlahnya lebih tinggi dari yang kamu terima dari Deviana. Setelah selesai membacanya kamu bisa tanda tangan di tempat yang sudah saya tandai."
"Baik Bu."
Andara mengerti bahwa semua tugas harus dia lakukan dan KG telah menyesuaikan dengan bayaran uang lelah yang dia terima.
Andara mulai mengerti mengapa semua Sekretaris menginginkan berada disini. Ternyata mereka tertarik dengan insetif dan bonus yang akan mereka terima. Namun, Andara belum tahu yang sebenarnya. Bahwa semua wanita ingin berada di posisinya yang sekarang karena mereka menginginkan berdekatan dengan Presdir KG bahkan kalau bisa merayunya.
"Andara, kamu akan menempati ruangan yang berada di belakang saya. Kamu tidak perlu menghadap Tuan West selama beliau tidak memanggilmu. Yang perlu kamu ketahui, beliau adalah pimpinan yang selalu meminta kesempurnaan. Jadi mulai lah bekerja dan lakukan yang terbaik. Kamu tidak akan membuat saya kecewa bukan?"
"Saya akan berusaha memberikan yang terbaik Bu," jawab Andara.
Tidak membuang waktu, Andara menuju ruang kerja yang berada di belakang ruangan Lusyana. Ruangan itu cukup besar sama dengan ruangan Laila.
Andara kagum dengan Lusyana yang melakukan semuanya sendirian. Semua pekerjaan yang berada di depannya adalah berasal dari semua bagian. Pada awalnya ia banyak menerima petunjuk dari Lusy sampai dia mengerti dengan tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Suara lift berdenting dari mejanya Lusy melihat Derek berjalan masuk tanpa menoleh ke ruangannya seperti biasanya. Pria itu langsung masuk ke ruang kerjanya dan dia akan memanggilnya setelah 10 menit berlalu.
Siang ini emosi Derek berada di puncak kepalanya. Kemarahan terlihat di matanya saat dia mengingat kejadian siang ini di slaah satu restoran bintang lima ketika dia menjamu klien sekaligus teman lamanya.
Pelayan baru saja menyajikan hidangan di meja ketika seorang wanita datang dan langsung mengglendot manja padanya. Wajahnya memerah dengan sikap murahan wanita dengan pakaiannya yang serba mahal.
"Sayang...kenapa kamu tidak menghubungi aku lagi? Kau tahu sejak malam-malam panas yang kita lewati selama seminggu penuh kau belum pernah datang padaku lagi. Kau tahu artinya sayang...kau adalah pria kejam."
Ocehan wanita itu membuat Derek muak. Tidak pernah terpikir dia bisa menghabiskan seminggu penuh dengan wanita itu.
"Ternyata aku tidak salah telah meninggalkanmu. Sekarang pergi dan jadilah wanita yang memiliki harga diri. Walaupun aku tahu dirimu."
Suara Derek yang mendesis harusnya menjadi peringatan, sayang sekali dia bahkan tidak mengenal Derek lebih dalam selain sebagai pria yang seksi dan memberikan kepuasan di atas ranjang.
"Sayang...aku melihatmu hari ini dan yakin kalau hari ini adalah hari keberuntunganku."
Derek berusaha mengendalikan diri sampai dia tidak yakin bahwa dia bisa bertahan.
"Sekarang pergilah dan tunggu aku di apartemen yang aku berikan padamu. Aku harus menyelesaikan pekerjaaku lebih dulu. Kecuali kau mau hidup di bawah jembatan. Hem."
Wanita itu memberengut manja tapi juga senang karena seorang Derek mau berjanji untuk menemuinya.
Wanita itu telah pergi meninggalkan seringai menggoda di bibir teman sekaligus kliennya yang berasal dari Italia. Alex.
"Perlu bantuan?" katanya menawarkan diri.
"Aku tidak yakin kau akan melakukannya lebih baik," jawabnya menggerutu.
Derek dan Alex adalah teman lama dan mereka sudah menjalin kerjasama yang erat. Pria Italia itu perlu pelampiasan dari amarnhnya setelah mengetahui istrinya selingkuh dan hanya memanfaatkan dirinya untuk memiliki kekayaan dan kekuasaan.
"Dengan masalahmu kau sudah memberiku bukti bahwa pernikahan sama sekali tidak cocok."
"Kau akan memutuskan untuk menikah begitu waktunya tiba," sahut Alex tertawa.
Semuanya kembali berjalan normal dan biasa saja sampai Derek keluar dari restoran dengan tujuan kembali ke kantor.
Seorang pria...entah berasal dari mana menabraknya dan membentaknya dengan kata-kata kasar. Namun, Derek dan Alex sudah menduga apa yang pria itu inginkan.
Kemarahan Derek meluap hingga ia nyaris mematahkan pergelangan tangan pria itu yang telah mengambil kesempatan dengan mencuri dompetnya.
"Hari ini kau sial. Emosiku sudah terpancing sejak tadi."
Begitu selesai bicara, Derek memberikan pelajaran pada pria muda yang kedapatan mengambil dompetnya.
"Kalau mau berbuat jahat belajar dulu dengan pria di sana itu." saran Derek sebelum masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Alex dan pria yang sudah terluka.