Solusi Terbaik

1173 Words
Kali ini ekspresi Rizal benar-benar berubah. Wajah tampan itu berubah tegang, ia bahkan bergerak dari tempatnya sedikit menjauhi Lina. Itulah ekspresi yang Lina selalu bayangkan jika ia menceritakan kisahnya kepada orang lain. Ia selalu takut menerima ekspresi itu, bahkan dengan dokter psikiaternya sendiri. Dan sekarang, ia benar-benar melihatnya secara langsung, itu membuatnya semakin takut. Bagaimana jadinya jika kebenaran itu sampai ke telinga orang tuanya. Ia benar-benar akan di usir. “Dokter, apa yang harus aku lakukan jika kedua orang tuaku tahu hal ini?” Lina bertanya, air matanya luruh membasahi wajahnya yang memerah. Ia tahu akhirnya akan seperti ini , tapi keyakinan akan hal terkecil apapun masih melekat dalam sanubarinya. Ia mengharap setitik keajaiban untuknya meskipun itu adalah hal yang sangat mustahil. Untuk sesaat, Rizal terbawa emosi. bagaimana bisa ia mendengar kenyataan yang miris ini? ia tahu betul bagaimana bencinya Yuanita dengan musuhnya itu, wanta itu bahkan pernah membuang kebahagiannua dan hidup di rumah sakit jiwa karena wanita itu. dan sekarang, saat semuanya sudah berjalan dengan baik-baik saja, seketika kenyataan lain muncul siap menghancurkan segalanya? Rizal benar-benar tidak mampu berpikir dengan jernih. Akan tetapi, saat melihat gadis tak berdosa di hadapannya ini, makhluk yang tidak tahu apa-apa ini, menangis memohon setitik harapan dari bantuannya, hatinya yang gemetar emosi menjadi lunak. Ia menatap Lina dengan perasaan yang bercampur aduk. Getir, sedih, kasihan dan marah menjadi satu. Ia juga tidak bisa memprediksi akan seperti apa respon orang tuanya jika mengetahui kebenaran ini. Wajah memerah itu, air mata yang mengalir itu, hati yang terluka dan gejolak emosi yang meluap membuatnya semakin sesak. Diraihnya tubuh gadis itu ke dalam dekapannya, menenangkannya. Setidaknya ia melakukan satu hal kecil untuk mengurangi kesakitan yang gadis malang ini alami. “Tenanglah kau akan baik-baik saja, jangan khawatir…” Rizal terus memeluknya, membelai kepalanya, berusaha meringankannya beban hatinya meskipun hal itu sebenarnya bukan apa-apa. yang Lina butuhkan adalah solusi nyata agar semua rasa takut dan kecemasan yang membelenggu hatinya akan sirna. Ia harus bagaimana? Air mata Lina semakin mengalir, kehangatan perluakan seorang yang sangat berharga ini seketika memberikan rasa hangat yang menjalar ke seluruh sistem dalam tubuhnya. tenang, nyama, itulah yang ia rasakan. Tapi kenapa air mata ini tidak berhenti mengalir? Apakah saking sedihnya atau bahkan saking bahagianya? Entahlah, tetapi satu hal yang pasti, saat ini ia merasa sangat nyaman berada dalam hangatnya dekapan itu. “Dokter, terima kasih…” ucapnya dengan suara lirih. Rizal melepas pelukannya perlahan, diamati wajah kuyu sedih itu. Cantik…bahkan gadis ini semakin cantik jika menangis. Kenapa gadis dengan wajah secantik ini bisa mengalami kepahitan hidup seperti ini? “Sudah, jangan menangis lagi. jika melihatmu bersedih seperti ini, aku juga tidak bias memikirkan solusi atas pertanyaan. Sekarang tenangkan dirimu dulu dan cobalah untuk tersenyum, walau sedikit,” tanan rizal bergerak mengisyaratkan kata sedikit dengan kedua ujung ibu jadi dan telunjuknya di satukan. Dan itu membuat Lina tanpa sadar tersenyum,. “Nah seperti itu. bagus!” ucap Rizal sambil tersenyum, ia lega setidaknya kesedihan Lina tidak berlarut. “Ah, dokter…” keluhnya sambil beringsut Rizal pun kembali menatapnya serius. “Lina, masalah ini harus kita bicarakan pelan-pelan. Kita tidak tahu akan bagaimana reaksi orang tuamu nanti jika kebenaran ini terkuak. Setidaknya untuk saat ini kau harus menjaga rahasia ini dari mereka baik-baik. Sampai ada solusi yang tepat, sementara itu kau bisa sedikit demi sedikit mencoba mengetahui emosi mereka dengan menceritakan kebenaran ini tapi tidak secara langsung. Maksudku adalah , kau bisa mengarang satu kisah yang hampir sama dengan apa yang kau alami kepada mereka, dengan begitu kita bisa melihat gambaran emosi mereka nanti jika seandainya kebenaran itu benar-benar mereka ketahui,apa kau mengerti?” ucap Riftan. Menceritakan kisah yang mirip degan kisah sebenarnya adalah metode yang paling aman untuk meraba respon orang tua Lina, jika pun nanti respon itu akan berbeda setidaknya ada gambaran yang bisa kita lihat untuk menyiapkan solusi yang lebih meyakinkan lagi. "Tapi dokter, bagaimana kalau wanita itu datang dan mengacaukan rencana kita? Wanita itu, maksudku orang yang melahirkanku itu kerap datang dan mengancamku dengan itu. dia bahkan sudah memiliki rencana baru untuk menyakiti orang tuaku, dokter. Wanita itu selalu mempengaruhiku untuk membantunya memuluskan rencananya. Aku tidak berdaya mengadapinya, dan setiap kali dia muncyul, aku pasti mengaami kesluitan, dadaku pasti akan ssesak lagi walau bagaimana pun aku mencoba menekan emosiku.” Lina masih khawatir dengan berbagai macam kecemasannya, ia merasa jika kali ini tidak ada solusi untuk menyelesaikannya. “Seburuk-buruknya ibu, dia tetap seorang ibu. Terlepas dari apa yang telah ia perbuat dimasa lalu, karena ada alasan kuat kenapa dia melakukannya. Ibu yang melahirkanmu itu akan terus menyayangimu walau apapun yang terjadi. Seperti yang kau bilang tadi, ia hanya mengancammu saja, tapi yang sebenarnya adalah ia sangat melindungimu. Aku yakin, dia tidak sebodoh itu membiarkan mereka tahu yang sebenarnya, karena jika itu terjadi sudah dipastika anak yang ia lidungi selama ini akan dicampakkan. Dia tidak mau hal itu terjadi padamu, sebailiknua, dia mengancam untuk menekanmu agar kau mau menuruti keinginnnys. Tapi jika kau tidak maupun, tentunya dia tidak akan mealkukan apa-apa. itu prediksiku. Jadi yang kau harus lakukan adalah, menghindarinya saja, agar emosimu tidak meluap lagi. jangan khawatir, kita akan segera menemukan solusi untuk mesaklah ini,” ucap Rizal sambil menyentuh pundak Lina untuk menenangkan. Senyum Lina seketika mengembang, lega rasanya setelah mendengar setiap ucapan yang terlontar dari pria ini, sungguh wanita yang menjadi kekasihnyaS akan sangat bahagia menjadi milik. Bagiamana pria ini memberikan ketenangan untuk setiap kegelisahan yang ia rasakan dengan menyampaikan berbagai opini yang yang realistis. Dan ajaibnya kekahwatiran yang sedang ia rasakan perlahan sirna. “Sekali lagi, aku berterima kasih.’ Hanya itu yang ia bisa ucapkan untuk menyampaikan betapa lega hatinya. semoga kelegaan ini akan selamnya ia rasakan. Ia tidak mau kedua orang tuanya terluka dengan semua ini. kalau perlu ia sebelum hal itu terjadi dirinya akan pergi meninggalkanjya kedua orang tuanya agar mereka tidak akan pernah bisa merasa sedih melihtaku jika mereka mengetahui kebenaranya nanti. Iya, itu adalah cara yang tepat untuk menghindari masalah. “sama-sama,ini sudah kewajibanku,” jawan dokter tampan itu. “Dokter, sekarang aku benar-benar lega setelah mendengar semuanya. Tapi yang lebih membuatku merasa lebih tenang adalah, aku tiba-tiba mendapatkan ide cemerlang untuk menyelesaikan masalah ini. terma kasih sekali lagi,’ ucap Lina dengan senyum mengembang. “Wah, aku tidak menyangka kau bisa mendapatkan solusi secepat itu. coba katakan padamu apa itu?” rizal jadi penasaran. Betapa tidak, ia sudah mengerahakan segala kembampuannya untuk memeberikan sedikit rasa tenang kepada Lina, tapi ternyata ia sudah mendapatkan yang lebih baik dari itu. Lina hanya menggeleng, tidak ingin encanaya diketahui orang lain. “Oh, jadi setelah kau mendapatkan cara yng tepat menurutmu, aku tidak boleh mengetahuinya? Aku tidak emnyangak kau hanya memanfaatkan aku, Lina.” Rizal memancing. “Ti-tidak dokter bukan itu maksudku. Aku hanya tiba-tiab kepikiran saja, dan belum tentu juga akan menggunkan itu kecuali saat genting.” “kalau begitu katakan saja apa itu?” Rizal semakin tidak sabar. Lina menatap Rizal dengan ragu-ragu, melihat Rizal sangat penasaran, ia jadi tidak tega. “A-aku akan pergi menjauh dari meeka semua…” Senyum Rizal seketka menghilang, digantikan dengan wakah yang memerah menahan emosi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD