Mencari Solisi

1220 Words
Rizal cukup terkejut mendengar ucapan Lina, terdengar seperti saran biasa tapi sepertinya itu bisa menjadi solusi tepat untuk saat ini, tapi pertanyaannya adalah, apakah bisa seperti ini? Cukup lama Rizal menatap Lina tanpa ekspresi sembari memikirkan apa yang gadis itu pikirkan untuk usulannya itu. “Oh ya? apa kau yakin?” tanyanya. “Iya, dokter. Kalau masalah pasangan saja yang Dokter cemaskan, Dokter bisa membawaku ke acara itu dan memperkenalkanku sebagai adik sepupu. Mereka tidak bilang kan kalau pasangan untuk ke sana harus pasangan kekasih, kan? Kita bisa menjadi pasangan sepupu atau pasangan teman?” Lina terlihat sedikit bersemangat memberikan penjelasan. Matanya yang mengerjap indah terlihat menggemaskan Di mata Rizal, Lina jadi terlihat lucu. “Pfft…Lina, pasangan yang mereka maksudkan itu adalah pasangan kekasih. Bukan pasangan sepupu atau teman. Memangnya ada pasangan sepupu, pasangan tapi sepupu, begitu? Ha..ha..….” Rizal tidak dapat menahan tawanya. Bibir Lina menjadi manyun karena Rizal bukannya berterima kasih malah menertawakan idenya. Apa ia terlihat blak-blakan mengharapkan Rizal membawanya ke tempat acara itu dan memperkenalkannya sebagai pasangan. Ah, ternyata itu khayalan terlalu tinggi rupanya. “Ya sudah, kalau tidak mau. Aku kan hanya menyarankan solusi.” Rizal semakin tertawa melihat ekspresi Lina yang semakin lucu. Merasa di tertawakan, Lina jadi merasa kesal. Tidak menyangka dokter yang ia anggap sebagai pria yang sangat baik akan menertawakannya sampai seperti itu. “Huh, tertawa saja terus sampai guling-guling! Menyebalkan!” gerutunya kesal. Menyadari sikapnya sudah keterlaluan, Rizal menghentikan tawa dan menatapnya serius. “Oh, sepertinya aku sudah keterlaluan. Baiklah, maafkan aku, ya…” Rizal menghampiri Lina dan duduk di hadapannya. Ia menatapnya seolah dirinya adalah kekasih yang telah berbuat salah dan sangat mengharapkan maaf. Ia siapa , bisa membuat seorag dokter tampan dan kaya raya seperti Rizal mengharap maaf padanya. Ia bukan siapa-siapa yang berhak atas keistimewaan ini. Jangan dokter, kau jangan melakukan ini padaku. Aku sudah bersusah payah mengingatkan hatiku untuk tidak jatuh padamu, tapi kalau seperti ini, bagiamana aku bisa bertahan untuk tidak mencintaimu? “Hei… apakah kau benar-benar marah karena aku tertawa tadi? kau sampai mau menangis! Ya sudah, aku akan terus meminta maaf sampai kau memaafkanku. ‘“Ah, ti-tidak kok. Matanya hanya kelilipan debu. Udah dong pak dokter, jangan minta maaf terus. Aku tidak apa-apa.” Lina dengan cepat mengusap bulir bening yang hampir saja lolos dari pelupuk matanya. Apa-apaan aku ini? memalukan saja. Mungkin seharusnya sejak awal aku tidak datang kemari. “Ya, udah. Dokter berangkat saja ke acara itu. Mau terapi juga sepertinya dokter sudah kehabisan waktu. Mau aku carikan pacar- pura-pura? Aku ada banyak teman yang bisa membantu apalagi mereka mengenal dokter, pasti mereka akan sangat setuju,” ucap Lina sambil tersenyum. Ia berusaha menyembunyikan rasa kecewanya yang entah penyebabnya dari mana. Ia tidak menyangka penolakan kecil seperti ini saja bisa membuatnya sakit hati. “Kau ingin memberikan solusi lain?” tanya Rizal. “Iya, kan dokter tidak mau kalau pasana nsepupu. Ya sudah cari yang lain saja. Tapi kalau tetap tidak suka ideku, ya sudah. Aku pulang saja. Maaf karena sepertinya aku sudah mengacaukan acara dokter, Padahal sudah rapi begini. aku benar-benar merasa tidak enak.” ungkap Lina merasa bersalah. “Hei..hei tunggu dulu. Sebenarnya inti masalah ini apa? kenapa kau tiba-tiba memutuskan untuk pergi? Niat kamu ke rumahku kan ingin terapi, jadi kenapa malah mau pulang? Dan juga aku tahu tahu moodmu sekarang tidak membaik. Jadi aku tidak mau kau keluar dari rumahku dengan membawa mood buruk itu, tetaplah di sini sampai perasaanmu membaik.” Rizal tidak membiarkanmu Lina beranjak dari tempatnya. “Tapi dokter…” “Kamu bisa keluar dari sini setelah kau bisa tersenyum seperti saat awal kau masuk ke sini. paham?” “Hah…” Lina menghela nafas dalam. Ia terpaksa kembali duduk di sofa. Rizal duduk di hadapannya. “Sebenarnya aku bukan tidak setuju dengan idemu, tapi jika seperti itu akan sangat riskan. Sebagian dari mereka sudah mengenal Winda dengan baik, apa jadinya jika aku datang bersama wanita lain? aku tidak ingin membuat Winda kehilangan fokus untuk menyelesaikan pendidikannya di sana. Aku tidak ingin ada salah paham. Kami sedang merencanakan masa depan yang panjang dan aku sudah tidak sabar untuk menikahinya.” “Deg” Sakit, ngilu menghantam relung hatinya. Kenapa ia harus mendengarkan hal ini disaat hatinya sedang bahagia-bahagianya? Kenapa pria ini harus mengatakan itu dengan sorot mata yang sangat tulus? Tapi yang paling menyesakkan lagi, kenapa aku harus sakit mendengarnya? Pria ini tidak salah, ia hanya mengungkapkan perasaannya kepadaku karena ia mulai percaya padaku. Mungkin hanya aku saja tempatnya membagi rasa, bukankah aku sendiri yang memintanya untuk menceritakan semua tentang kehidupannya? Kenapa sekarang aku bahkan seperti tidak sanggup untuk mendengarnya? Bodoh kau Lina, bodoh…! Sekuat tenaga Lina menutupi luka yang seketika menganga di hatinya. Ia bahkan berusaha untuk menahan tetesan darah jangan hampir merembes menjadi bulir bening di matanya. Tidak, Lina. kau jangan membuat harga dirimu mati dengan memperlihatkan kesakitanmu itu, Lina. bertahanlah… “Dokter benar, jangan lakukan hal yang akan membuat kakak Winda pasti akan kecewa. Hati wanita itu sangat rapuh, sekali tersakiti dengan orang yang ia percayai, maka ia akan selamanya merasakan hal itu. Dokter sangat beruntung memiliki kekasih yang mencintai dokter sepenuh hati. sebaliknya, aku tidak sepertyi itu nasibnya. Hanya ada pria b******k yang selalu mengejarkan dan hanya menginginkan apa yang terlihat di depan matanya. Mereka hanya menyukai apa yang membuat mereka penasaran dariku. Jika sudah mendapatkannya, mereka akan abai dan mencampakkan,” ucap Lina. Mendera itu Rizal menatap Lina, ia sepertinya sudah bisa memancing pasiennya ini untuk berbicara. “Ah, lupakan kisahku. Sekarang saatnya kau menceritakan semua yang kau ingin ungkapan. Sekarang aku adalah Psikiaterku. Ungkapkan semua apapun yang masih kau simpan,” ucap Rizal sambil menatapnya dengan serius. Lina menggigit bibirnya dengan kuat, ia bimbang. Apakah ini saatnya Rizal tahu? Kalaupun tahu, apakah ia punya solusinya?ah apa yang kau pikirkan, Lina? Bukanlah kau datang kemari untuk membicarakan hal itu? atau kau punya maksud terselubung lain? “Dokter, sebenarnya aku bukan anak kandung dari orang tuaku…” akhirnya ia mengungkapnya. Lina menatap Rizal menyelidik. Raut wajahnya, bagiamana respon dokternya saat ia mengetahui kebenaran itu. Apakah ia akan langsung berubah sikap. Selama ini, ia selalu bilang, kalau dokter itu bersikap dengan sengat baik dan penuh perhatian padanya karena ingin membuat orang tuaku bahagia , sekarang sudah tahu kenyataan yang sebenarnya, apakah ia masih bisa bersikap seperti itu? Tapi Lina sedikit terkejut karena respon Rizal sangat berbeda engan yang ia pikirkan. Rizal tersenyum. “Aku sudah tahu, jadi apa masalahnya jika kau bukan anak kandung mereka?” “Hah. Apa benar dokter sudah tahu?” tanyanya tidak percaya. Rupanya orang tuanya sudah memberitahu Rizal perihal ini, sedangkan ia tidak diberitahu. Apakah orang tuanya ini sengaja menyembunyikan kebenaran ini padanya. selama ini mereka tidak pernah membahas tentang masalah ini. “Iya, orang tuamu sendiri yang menceritakan padaku. Meskipun begitu, mereka itu menghargai dan sangat menyayangimu, Lina. jadi kau bersyukurlah memiliki orang tua seperti mereka.” ucap Rizal. “Iya, dokter. Aku sangat bersyukur dengan itu. Mereka bahkan menyayangiku melebihi anak kandung mereka sendiri. Aku tahu rasa sayang mereka melebihi apapun di dunia ini dan aku sangat beruntung. Tapi apakah mereka masih akan terus menyayangi seperti ini jika tahu kalau aku adalah putri dari orang yang telah membuta mereka menerita selama belasan tahun. Orang yang telah menculik bayi mereka dan menggantikannya dengan bayi penculik itu. aku adalah putri dari musuh mereka, dokter!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD