Berusaha dekat

1182 Words
“Leo…?” Lina beranjak dari tempatnya. “Hai, sudah lama aku tidak melihatmu. Kau terlihat semakin cantik saja, Lina…” sapa Leo. Lina terdiam, ia hanya menatap pria tinggi itu dengan penuh selidik. Sepertinya pria ini sedang berolah raga di sini juga, melihat baju yang ia kenakan. Ah, di saat ia hendak melupakan semuanya dan memulai hidup dan rencana baru, kenapa selalu saja ada aral yang melintang? “Kamu nge-gym di sini juga?” tanyanya basa-basi. “Tidak juga, tempat fitnessku bukan di sini. Tapi aku sengaja mengikutimu sampai kemari,” jawab Leo dengan gamblangnya. “Apa? Kau menguntitku!” Lina lagi-lagi terkejut. Pria ini maunya apa, sih? Aku kan sudah menolak dengan sangat tegas waktu itu, kenapa dia tidak ngerti ngerti juga! Hatinya menggerutu kesal. “Kata menguntit itu sepertinya berlebihan, Lina. Beberapa hari ini aku sangat sibuk, aku juga keluar kota selama seminggu, tadi Aku hanya beberapa hari ini aku mengikutimu. Dan akhirat kita bisa bertemu di sini,” ucapnya ambil melangkah maju menghampiri Lina. Lina tentu saja menghindar. “Aku sengaja mengikutiku, apa kau tidak waras? Aku sudah menolakmu, itu berarti aku tidak ingin mempunyai hubungan apa pun denganmu. Tolong, aku minta kepadamu hargai keputusanku. Tinggalkan aku sendiri karena sekarang ini aku tidak ingin diganggu oleh siapa pun!” Lina kembali mempertegas penolakannya. Pria itu hanya tersenyum miring mendengarnya. “Lina, aku adalah seorang CEO yang memiliki segalanya. Banyak wanita yang akan merangkak di kakiku hanya untuk mendapatkan hatiku. Tapi, dari semua wanita yang telah berusaha keras itu tidak ada satu pun yang menarik hatiku. Bahkan wanita yang sekarang menjadi tunanganku pun, tidak ada apa-apanya dibandingkan pesonamu, Lina. Hanya kau, yang bisa membuatku segila ini, Lina. Hanya kau yang membuatku bersikap tidak wajar seperti ini. Aku sungguh menyukaimu, tidak bisakah kau mencoba menerima perasaanku? Atau setidaknya memikirkan itu?” ungkap Leo. Lina hanya menatap pria itu dengan dalam. Sebenarnya ia sudah merasakan ketulusannya sejak ia pertama kali mengungkapkan perasannya waktu itu, tapi saat itu hatinya masih diselimuti oleh Rizal. Apakah bisa ia menggunakan pria ini untuk melupakan Rizal sepenuhnya? “Apa kau serius dengan ucapanmu itu?” Mata Leo melotot terkejut mendengar pertanyaan Lina. “I-Iya, Lina. Aku sangat serius!” tegasnya terlihat penuh keyakinan. “Apa yang akan kau lakukan untuk meyakinkan aku?” pancing Lina. ia hanya akan mengatakan hal yang mustahil untuk CEO ini lakukan. “Apa saja, Lina. Apa pun yang kau inginkan dariku,” jawab Leo. “Kalau begitu, yakinkan orang tuamu dengan pilihan hatimu dan selesaikan hubunganmu dengan tunanganmu itu, apakah kau bisa melakukannya untukku?” tanya Lina. ia menatap ekspresi wajah Leo yang terdiam. “Lina, semua itu butuh proses. Aku menyukaimu dan aku akan mengusahakan hidupmu bahagia denganku, jangan pikirkan yang lain, yang penting aku bisa membuatmu hidup dengan baik dan…” “Katakan saja apakah aku sanggup atau tidak! jika tidak lupakan semua usahamu itu karena sampai kapan pun aku tidak akan mau bersamamu. Cari saja wanita yang lain, aku rasa masih sangat banyak wanita yang lebih cantik dariku, kenapa harus aku?” “Cck… aku sudah yakin kau tidak akan sanggup melakukannya. Karena aku sebenarnya tidak punya cukup nyali untuk menantang keluargamu. Entah karena aku adalah anak yang benar-benar berbakti atau kau hanya takut kehilangan semua yang kau miliki sekarang. Sudahlah, jangan membuat hatimu susah hanya karena menyuakai seseorang yang bukan milikmu. Kau seharusnya fokus dengan apa yang telah kau dapatkan dan pertahankanlah itu. Jangan sampai kau menyesali perbuatanmu nanti,” ucap Lina lalu bergegas pergi dari tempat itu. “Lina tunggu…!” Lina menghentikan langkahnya, ia berpikir, bisa apa orang kaya itu? paling juga merencanakan negosiasi ulang dengannya, hah... memangnya cinta itu sesuatu yang bisa dia tawar-tawar? “Apa lagi? aku rasa semuanya sudah sangat jelas karena saya menyampaikan itu secara detail. Aku kira kau cukup paham dengan apa yang aku sampaikan. Oh, satu hal yang penting, jalani hidupmu dengan baik dan selalu bersyukur atas nikmat yang kau terima. Jika kau benar –benar cinta, setidaknya kau berupaya memberikan rasa aman terlebih dahulu sebelum mengganggunya dengan mengejarnya tanpa henti. Sudahlah, Leo. Lupakan itu dan anggap kita tidak pernah bertemu, aku mohon jangan ganggu hidupku lagi,” ucap Lina. Saat gadis itu ingin melanjutkan langkahnya , Leo kembali menahannya. “Tunggu, dengarkan aku dulu,” cegahnya . “Jika aku bisa melakukan semua syaratmu tadi, apakah kau mau menerimaku?” tanya Leo. “Iya, tentu saja.” Karena aku akan melupakan bayang Rizal yang selalu menggangguku dengan menerima perhatian dan kasih sayang dari orang lain sepertimu, Leo. Pikir Lina. Tentu saja hanya dirinya yang tahu rencananya sendiri. Ia sudah merencanakan untuk meninggalkan orang tuanya dengan melanjutkan kuliah di luar kota. Ia ingin meninggalkan semuanya dan memulia hidup baru di sana. “Baiklah kalau begitu, beri aku waktu satu minggu untuk melakukan persyaratanmu itu. Kau juga harus berjanji akan menjadi milikku setelah itu,” ucap Leo. “Iya…” Lina hanya menghela nafas panjang. Pria itu tersenyum, setidaknya gadis ini memberinya kesempatan untuk berusaha, tinggal bagaimana ia akan meyakinkan ibunya untuk menerima Lina sebagai kekasihnya dan memutus hubungannya dengan Yona, tunangannya yang membosankan itu. “Aku pergi dulu kalau begitu, sampai ketemu lagi, Lina…” Pria itu pun pergi meninggalkan Lina yang sedang berpikir keras akan seperti apa kehidupannya nanti jika ia benar-benar bersama Leo dan meninggalkan kenangan indah bersama dokter Rizal. Lina pun kembali melanjutkan yoganya. Sementara itu, Laura terlihat gelisah di tempatnya. Ia sudah tidak sabar ingin melihat putrinya. Meskipun ia sudah menyiapkan diri, bayangan akan tatapan sinis dan penolakan Lina selalu menghantui perasanannya. Ia sadar jika sikap Lina yang dingin itu tidak salah, itu terjadi karena cara pendekatan yang tiba-tiba. saat itu ia tidak berpikir panjang sehingga yang ada, Lina menjadi benci. “Kau tampak sangat gelisah, Laura? Apa yang kau pikirkan?” Rudi yang sedang menyetir melirik ke arahnya. “Ah, tidak. Aku hanya deg-degan akan bertemu Liana. Sudah 3 minggu ini aku tidak bertemu dengannya, bagaimana parasnya, senyumnya dan apakah dia baik-baik saja , itu yang aku rindukan Rudi. Selandainya saja Tuhan mengampuni semua dosaku dan membuat putriku memaafkanku, aku sungguh tidak akan meminta apa-apa lagi di dunia ini.” Tangan Ridu bergerak mengelus kepala Laura untuk memenangkan. “Jangan khawatir, semua usaha yang dilakukan dengan sepenuh hati pada akhirnya akan membuahkan hasil. Kau hanya tinggal bersabar dan terus berusaha. Mungkin satu atau dua kali dia masih membencimu, tapi jika kau melakukannya berkali-kali tanpa menyerah, kau pasti akan mendapatkan hatinya,” ucap Rudi. Laura menatap pria yang ada di sampingnya ini. “Terima kasih atas dukunganmu selama ini, hatiku sedikit lebih tenang,” sahutnya sambil menghapus air matanya. “Sudahlah, sekarang tenangkan dirimu dan pikirkan apa yang kau akan bicarakan dengannya saat bertemu nanti,” ucap Rudi. “Ah, benar juga. Kira-kira apa yang akan aku katakan pada Liana nanti, hai nak, halo sayangku...?” Laura mulai berpikir sendiri, ia terlihat sangat serius, Rudi tersenyum melihat Laura yang menggemaskan di matanya. Entah ia sudah gila atau apa tapi ia tidak peduli dengan status wanita itu sekarang. Yang ia tahu adalah bahwa ia mencintainya. Ya, mungkin otaknya sudah tidak waras karena mencintai wanita seperti Laura.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD