Aku Akan Melindunginya

1056 Words
Rizal masuk ke dalam kamar, membuka jas dan menghempaskan tubuhnya di sofa empuk yang ada di kamarnya. Ia memejamkan mata, terbayang wajah Winda yang tersenyum manis, bibir Rizal pun ikut menyungging senyum. Tetapi anehnya, wajah itu perlahan berubah menjadi wajah cantik Lina. Rizal langsung tersentak. Ia membuka mata dengan raut wajah tegang lalu mengusap wajahnya dan beranjak menuju kamar mandi. *** Laura hanya bisa menggigit bibir menahan sakit yang ia rasakan, pria yang kini menganiaya tubuhnya itu telah menorehkan luka fisik dan psikis, membuatnya merasakan bukan hanya sakit pada tubuhnya, tapi harga diri dan mentalnya juga ikut terluka. Pria itu menggauli tubuhnya dengan wajah mesumnya yang menjijikkan, tapi wanita itu hanya bisa terbaring pasrah menerima semua perlakuan itu. Ia bisa apa, hanya itu satu-satunya jalan agar bertahan hidup di dunia yang penuh lumpur ini. Hanya itu yang membuatnya bisa menyaksikan putrinya bertumbuh dengan baik dalam dekapan kasih sayang musuhnya sendiri. Luruh air mata yang membasahi wajahnya, tidak mengurangi keberingasan pria itu memavu tubuhnya dengan garang. Deru nafasnya yang tersengal menggambarkan betapa pria itu menikmati apa yang ia lakukan pada tubuh lemas Laura yang mulai ringkih. “Laura, aku saat seperti ini, aku selalu menyangkal keyakinanku jika kau wanita yang sudah berumur. Tubuhmu masih lebih dari cukup membuat tubuhku terbakar. Kau masih memiliki cukup pesona, sayang…” pria itu memujinya disela eramannya yang memuakkan telinga. Laura hanya bisa menelan itu semua dengan sisa tenaganya yang ada. Pria itu terus memacu tubuhnya di atas tubuh Laura tanpa sedikitpun kelembutan, dan pada saat pria itu mencapai kepuasan, dengan kasar ia menjambak rambut Laura membuat wanita itu menjerit, sampai tubuhnya tergolek lemas di atas tubuh wanita itu. Dengan sekuat tenaga Laura menyingkirkan tubuh pria itu dari tubuhnya kemudian beringsut berusaha untuk bangkit dan berjalan tertatih menuju kamar mandi. Tubuh yang penuh memar membiru akibat ulah pria itu, disiramnya dengan air. Ia meringis menahan perih akibat luka itu. Malam ini, tak disangka ia mendapat pelanggan yang sangat kasar. Sehingga ia terluka seperti sekarang. Biasanya, para pelanggannya bersikap lembut padanya. Ia membasuh tubuhnya dengan sabun dan itu semakin membuatnya meringis menahan sakit. Sudah berpuluh tahun ia melakoni pekerjaan ini, dan itu bermula setelah ia melahirkan bayinya. Iya, setelah melahirkan bayi perempuan yang sekarang tumbuh dengan cantik sempurna, ia menjalani hidupnya sendiri sampai ia berakhir di tempat ini. Harga dirinya sudah mati, seiring dengan tubuhnya yang sudah dilumuri lumpur yang tidak akan pernah bersih. Tapi, cukup dirinya saja yang merasakan itu. Ia rela melakukan ini bahkan sampai nafasnya yang terakhir, asal ia bisa melihat putrinya tumbuh dengan bahagia. Cukup dirinya saja yang kotor, asalkan putrinya tetap sesuci embun pagi yang tidak akan menguap walau diterpa cahaya mentari. Laura melangkah dengan perlahan ke luar setelah menutupi tubuhnya yang dengan handuk. Ia melirik ke arah pria yang telah menggagahinya, masih terkapar lelah di atas kasur. Ingin rasanya ia langsung menusukkan pisau tepat ke arah jantungnya agar tidak ada pelanggan kejam seperti dirinya lagi yang datang. Tapi niat itu urung setelah mengingat konsekuensi-konsekuensi yang akan ia terima jika ia benar-benar gelap mata dan melakukannya. Laura berjalan menuju lemari yang ada di sudut ruangan, menggantinya dengan pakaian bersih setelah membaluri obat pada tubuhnya yang terluka. Jika sudah begini, biasanya ia akan istirahat bekerja selama beberapa hari sampai tubuhnya mulusnya kembali. Hanya itu yang membuatnya lega, sang bos tidak akan menutut apa-apa karena asetnya terluka. Sebaliknya, pelanggan kejam seperti itu biasanya akan membayar berkali-kali lipat dari tarif normal. Dan pria yang memiliki kelainan seksual seperti itu pasti akan membayar berapapun demi hasrat seksualnya terpenuhi. Mereka tidak pernah benar-benar puas jika bersama pasangan karena tidak berani melakukan itu. Pria seperti itu akan bersikap layaknya pria normal pada umumnya, bercinta dengan pasangannya dengan cara yang biasa, tanpa bisa menampakkan sosok yang sebenarnya. Baru setelah ia menyewa wanita bayaran seperti Laura yang rela diperlakukan seperti itu, ia mendapatkan semua pelepasan itu dengan benar-benar puas. Setelah berpakaian rapi, ia meninggalkan ruangan dan berjalan menuju lantai 2. Laura berjalan menuju pintu lebar yang tertutup. Mengetuk 3 kali sebelum pintu itu terbuka. La pun masuk ke dalam. Di dalam rungan yang mendominasi warna gelap keemasan, seorang pria dengan beberapa wanita yang ada di sekitarnya tersenyum saat melihat Laura masuk dengan wajah datar ke arahnya. “Hari ini sepertinya pelayananmu maksimal, tidak ada komplen dari pelanggan,” Ucapnya sambil memberi isyarat kepada para wanita-wanita yang melayaninya untuk meninggalkan ruangan. Mereka pun dengan patuh meninggalkan tempat itu. Kini tinggal Laura dan dirinya saja yang berada di ruangan itu. “Aku akan off selama 2 minggu,” ucap Laura dengan dingin. “Kenapa tiba-tiba? apa kau sakit?” tanya terdengar penuh perhatian. Tanpa basa-basi, Laura langsung membuka pakaiannya dan menanggalkannya ke lantai. Seketika itu juga, tubuh polos Laura yang penuh luka terlihat jelas. Kening pria itu berkerut menatap tubuh yang mulus itu penuh dengan goresan dan luka memar kebiruan. “Ah, rupanya pelanggan itu sudah keterlaluan? Kenapa kau membiarkannya?” tanya pria itu lagi. “Luka ini tidak akan dengan mudah sembuh. Jadi aku butuh waktu sampai pulih,” ucap Laura lagi. “Hmm, mungkin satu sudah cukup, kau bisa off seminggu. Setelah itu, jika pun kau belum bekerja, kau bisa beranda di tempat ini sambil menunggu tubuhmu sembuh dulu,” terang pria itu. “Ini tidak adil! Kau sudah berjanji akan memberikan kebebasan kepadaku jika aku mendapatkan luka seperti ini. Tapi kau hanya memberikan waktu seminggu?!” Mendengar Laura menantangnya, pria itu bangkit dari duduknya dan menghampiri wanita itu. “Ahk…!” dengan tangannya yang kasar, ia mencengkeram dagu Laura dan menatapnya dengan tajam. “Aku memberimu keringanan dan off bekerja selam seminggu tapi mulutmu yang cerewet ini masih saja terdengar serakah. Kau sudah berjanji akan bekerja tanpa keluhan, kau sangat menyayangi putrimu sampai kau mengorbankan dirimu sendiri dan menjadi tameng untuk anak gadismu itu. Tapi, penasaranku masih berlaku, jika kau ingin menjadi nyonya tempat ini, kau bisa mengantar putrimu dan menggantikanmu jadi bintang di tempat ini. Terus terang, aku masih sangat penasaran dengan anak gadismu itu dan sebagai informasi tambahan, aku dan orang –orangku sedang mencari tahu keberadaanya?” dengan kasar ia melepas cengkeramannya dan mendorong jatuh tersungkur ke lantai. “Sudah aku bilang aku tidak punya putri! Bagaimana bisa aku memiliki anak dan melahirkan? Kau tidak akan mendapatkan apa-apa dari usahamu itu!” Laura menyanggah semuanya, tidak akan ia biarkan putrinya yang berharga itu tertangkap oleh pria b******k yang ada di hadapannya ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD