Bab 6

1234 Words
Lyra berjalan mendekat ke arah pintu di depannya. Ketika Kinarsih hendak mengetuk pintu itu, Lyra menahan tangannya. "Entar dulu," kata Lyra pelan. Kinarsih yang tak paham dengan maksud Lyra hanya bisa mengangguk, menurut. Lalu Lyra mengintip dari balik jendela di samping pintu, melihat keadaan dalam kantor. Saat ini Lyra mendapati Dewangga dan Jenar tengah duduk bersebelahan. Jenar tampak tidak bisa mengalihkan pandangan dari wajah rupawan Dewangga. Dewangga sendiri terlihat sedang berbicara sesuatu kepada Jenar. Gambaran yang tampak di depan mata Lyra sebenarnya terlihat biasa saja. Akan tetapi, entah bagaimana, melihat Dewangga dan Jenar berada di ruangan yang sama hanya berduaan membuat darah Lyra mendidih. Lyra bahkan tidak percaya dirinya bisa cemburu karena hal sepele seperti ini. Padahal, tampak sangat jelas mereka hanya mengobrol. Namun, siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya? Otak Lyra kini sudah memikirkan gambaran berlebihan mengenai Dewangga dan Jenar. "Nyonya," panggil Kinarsih yang masih berdiri di samping Lyra. Lyra menoleh ke arah Kinarsih dengan tatapan datar. "Boleh saya ketuk sekarang? Takutnya kalau sarapannya datang terlalu siang, nanti Tuan Dewangga marah," kata Kinarsih berbisik. Lyra hanya menganggukkan kepala. Kemudian Kinarsih mengetuk pintu di depannya. Lyra sendiri tanpa sadar sudah melangkah mundur. Mendadak ia jadi bingung harus bereaksi seperti apa di depan Dewangga. Terlebih saat ini ada Jenar di dalam. Bagaimana kalau Dewangga tidak menyukai kehadiran Lyra di sini? Bagaimana kalau Dewangga berpikir jika kehadiran Lyra mengganggunya yang sedang bekerja? Lalu, bagaimana jika Dewangga tampak senang melihat kehadiran Lyra di sini, tapi malah Lyra sendiri yang jadi marah-marah tidak jelas karena memergoki Dewangga berduaan dengan perempuan lain? Lyra tidak akan bisa menjelaskan kegilaan yang akan terjadi kepadanya kalau mendadak dirinya marah-marah tanpa sebab melihat sosok Jenar di dalam. Pikiran yang saat ini tengah bersarang di otak Lyra membuatnya berbalik lalu berjalan ke arah dirinya datang. Lyra berniat untuk kembali ke rumah melewati hutan yang tadi ia lewati. Di belakangnya, Lyra mendengar Kinarsih memanggilnya. Namun, Lyra mengabaikan panggilan dari Kinarsih itu. Kakinya terus saja melangkah tanpa rasa takut menuju hutan yang baginya masih menakutkan. Lyra merasakan napasnya memburu. Degupan jantungnya pun terasa cepat dan menyakitkan. Lyra tidak bisa menjelaskan alasan kenapa dirinya bersikap tidak masuk akal seperti ini. Lyra pun bingung kenapa dirinya bisa merasa kesal yang berlebihan ketika melihat Dewangga dan Jenar berduaan. Padahal mereka hanya mengobrol biasa. Bisa jadi, mereka sedang membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan. Namun, sorot mata memuja yang tergambar jelas di wajah Jenar membuat Lyra marah. Lalu, Dewangga, suami Lyra itu tampak biasa saja melihat Jenar memandangnya seperti itu. Seharusnya Dewangga risih diamati dengan sorot mata mendamba. Otak Lyra rasanya mau pecah memikirkan Dewangga dan Jenar. Lyra tak tahu sejak kapan dirinya menjadi merasa memiliki Dewangga. Seolah Lyra merasa tidak rela berbagai sosok Dewangga dengan wanita manapun. Lyra merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Namun, sayangnya Lyra pun tidak tahu penjelasan masuk akal tentang perubahan yang terjadi kepada dirinya secara emosional ini. Langkah Lyra secara otomatis berhenti ketika melihat jalan di depannya bercabang menjadi tiga. Lyra tidak tahu harus memilih jalan yang mana. Lyra tidak ingat jalan mana yang mengarah ke jalan menuju rumahnya. Lyra mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke paha. Otaknya mencoba mengingat kembali rute jalan di hutan ini, tapi otaknya terlalu kacau untuk diajak berpikir. Lyra benar-benar lupa. Dan kini dirinya mulai panik membayangkan tersesat di hutan ini. Lyra merasakan sentuhan pada telapak tangan kanannya. Lyra terlonjak kaget seraya menoleh ke belakang. Jantungnya berdegup hebat karena perasaan takut yang sejak tadi menyelubunginya. “Apa kamu tersesat?” tanya suara dalam dan lembut yang membuat Lyra agak tenang. “Mas Dewangga,” kata Lyra dengan ritme jantung yang mulai normal. “Kenapa Mas bisa ada di sini?” “Aku lihat kamu jalan memasuki hutan sendirian,” jawab Dewangga seraya menyibakkan anak rambut Lyra yang keluar dari kuncir satunya. “Kenapa kamu kembali lagi ke sini? Kinarsih bilang kamu ingin ikut mengantar sarapan untukku. Tapi, kenapa kamu tidak ikut masuk ke dalam kantorku? Malah kamu pergi begitu saja?” Dewangga menatap manik mata Lyra dengan tatapan teduh. Mendadak saja semua kekesalan yang tadi dirasakan oleh Lyra luruh begitu saja. “Ayo, ikut aku ke kantor. Nanti pulangnya bareng naik mobil lewat jalan utama.” Dewangga meraih tangan Lyra lalu menggandengnya. Lyra merasa tidak punya alasan untuk menolak yang membuatnya mengangguk lalu mengikuti Dewangga kembali ke kantornya di area perkebunan. Sepanjang jalan yang tidak terlalu jauh itu Lyra mengamati sosok Dewangga yang berjalan agak depan. Tangannya masih memegang erat tangan Lyra. Genggaman tangan suaminya itu terasa agak dingin. Mungkin ini karena cuaca di area pegunungan memang lebih dingin dari daerah pesisir. Atau hal lain, Lyra tidak tahu. Dirinya pun tidak ambil pusing. Yang pasti, dalam jarak sedekat ini Lyra dapat melihat bahwa Dewangga memang pria yang tampan dan juga rupawan. Sosoknya tampak begitu lembut namun ada sisi tegas yang membuatnya terlihat gagah. Kini Lyra paham kenapa Jenar menatap Dewangga dengan tatapan terpesona. Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa suami Lyra ini adalah pria yang bisa membuat semua mata tidak berkedip dibuatnya. Pria ini terlalu sempurna untuk ada di dunia. “Apa kamu sudah sarapan?” tanya Dewangga kepada Lyra. Lyra mengangguk. “Sudah.” “Seharusnya kamu di rumah saja, nggak perlu ikut Kinarsih ke sini. Jarak rumah dan perkebunan sangat jauh apabila ditempuh dengan berjalan kaki. Aku nggak mau kamu kecapekan. Belum lagi kalau kamu terserat seperti tadi.” “Nggak terlalu capek kok. Aku juga nggak tersesat,” jawab Lyra. “Lagian, aku bosan di rumah terus. Aku pengen lihat tempat kerjamu di mana, Mas. Karena sejak semalam kamu belum pulang ke rumah.” Dewangga menoleh ke arah Lyra. “Maaf,” katanya pelan. “Aku sedang disibukkan dengan pekerjaan, jadi nggak sempat pulang.” “Kalau boleh tahu siapa perempuan tadi?” “Ah, itu Jenar Dwita Ishwardi. Keluarganya memiliki pabrik gula di Jawa Tengah. Kedatangannya ke sini untuk berdiskusi tentang tanah milik keluargaku yang hendak dia beli yang berlokasi di dekat perkebunan. Dia bilang ingin membangun rumah di sekitar sini.” “Apa tanah itu jadi dibeli?” “Belum tahu. Aku masih mempertimbangkannya,” kata Dewangga enteng. “Menurutmu bagaimana?” “Memangnya pendapatku berguna?” Dewangga menganggukkan kepala. “Tentu berguna,” jawabnya. “Jadi, apa sebaiknya aku menjual tanah itu kepada Jenar? Atau jangan?” Lyra diam sejenak. Matanya menatap lurus manik mata Dewangga yang tampak indah dan menghanyutkan. Apa benar Dewangga peduli dengan pendapat Lyra? Meskipun Lyra adalah istri Dewangga, tapi bisa dibilang Lyra adalah orang asing. Dewangga tidak benar-benar mengenal Lyra. Pun Lyra yang tidak benar-benar mengenal Dewangga. “Jangan jual,” kata Lyra lirih dengan jantung berdegup hebat. Dewangga menyunggingkan senyum kecil. Kepalanya mengangguk. “Baik kalau begitu. Aku tidak akan menjualnya kepada Jenar,” katanya santai. Lyra membelalakkan mata tidak percaya. “Serius?” tanyanya. “Mas Dewangga benar-benar tidak akan menjual tanah itu karena aku bilang jangan menjualnya?” “Tentu saja,” kata Dewangga dengan tatapan menghadap ke arah perkebunan yang kini sudah tampak di depan mata. “Jika kamu bilang jangan menjualnya, tentu saja aku tidak akan menjualnya.” Lyra hampir mengernyitkan dahi mendengar ucapan Dewangga itu. Apa Lyra memang seberharga itu hingga Dewangga mau menuruti ucapannya? Benar-benar tidak masuk akal. Seumur hidup Lyra, baru kali ini dirinya merasa diistimewakan seperti ini. Bukan hanya diperlakukan baik oleh Dewangga, Lyra pun menjadi seorang nyonya besar yang selalu dilayani oleh pelayan. Lyra tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini. Lyra beruntung bukan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD