23. Kebohongan

1687 Words
Jakarta Di dalam toilet Bianca menyalakan kran air di wastafel. Lalu dia mencuci tangannya. Bianca melihat penampilan dirinya, lalu jas milik Gio Bianca lepaskan. Penampilannya sungguh tidak baik untuk dia datang ke acara pesta ini. “Huft. Bagaimana ini? Sepertinya aku telepon Willy saja” ucap Bianca pelan pada dirinya sendiri. Bianca mencuci wajahnya, lalu merapikan rambutnya. Bianca pun mengenakan kembali jas milik Gio. Bianca pun melangkah keluar dari toilet. Lalu dia mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi Willy. “Tunggu, kalau aku video call Willy saat ini dan dia melihat aku mengenakan jas milik pria lain, pasti Willy akan curiga. Walaupun aku menjelaskan pasti dia akan tetap kepikiran” ucap Bianca pelan. Bianca memasukkan kembali ponselnya. Bianca memilih menghubungi Willy saat di mobil saja. Karena kalau di dalam mobil, Bianca bisa melepas jas milik Gio. Bianca pun melanjutkan langkahnya ke lobby. Ternyata di Lobby ada seorang pria paruh baya yang memanggil Bianca. “Ibu Bianca” sapa pria paruh baya yang menghampiri Bianca. “Selamat malam Pak Toto” sapa Bianca yang ternyata pria baruh baya itu adalah Pak Toto. Ya, Bianca tentu saja kenal dengan Pak Toto, karena Willy sering sekali mengajak Bianca setiap dia dapat undangan dari klien-kliennya termasuk Pak Toto. Jadi Bianca dan pak Toto sudah saling mengenal. “Apa yang terjadi?” Tanya Pak Toto yang melihat Bianca sepertinya menuju keluar hotel. “Iya saya mohon maaf Pak, sebenarnya tadi saya mau menghadiri acara ini. Tetapi waktu di dalam lift saya terkunci satu jam” jawab Bianca. “Ya Tuhan, jadi Ibu Bianca yang terjebak di dalam lift tadi” ucap Pak Toto terkejut. “Iya Pak” jawab Bianca menganggukkan kepalanya. “Saya mohon maaf ya Bu, saya tidak tahu kalau Ibu terjebak di dalam lift” ucap Pak Toto merasa bersalah. “Tidak apa-apa Pak. Ini juga bukan kesalahan Bapak” ucap Bianca. “Pak kalau begitu saya pamit pulang ya. Oh ya, suami dan mertua saya titip salam untuk Bapak” ucap Bianca. “Iya Bu Bianca. Terima kasih ya, Ibu sudah menyempatkan datang kesini. Sampaikan salam saya juga untuk Pak Willy dan Pak Pratama ya” ucap Pak Toto. “Iya Pak nanti saya akan sampaikan” ucap Bianca. Setelah berpamitan dengan Pak Toto, Bianca melangkah keluar hotel. Bianca menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari lobby. Bianca membuka kunci mobilnya setelah itu dia masuk ke dalam mobil. Bianca membuka jas milik Gio dan meletakkannya di jok sampingnya. Lalu Bianca mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Willy suaminya. Bianca harus mengabari suaminya apa yang sudah terjadi tadi, agar Willy tidak khawatir. Apalagi jika Willy tahu peristiwa ini lebih dulu sebelum Bianca yang menceritakannya. Bianca tidak berani membayangkan bagaimana jika Willy marah karena mencemaskannya. Nada sambung sudah terdengar kini Bianca sedang menunggu Willy mengangkatnya. Ternyata sambungan telepon Bianca tidak diangkat oleh Willy. Bianca mencobanya sekali lagi. Dan hasilnya pun tetap sama Willy tidak mengangkatnya. “Mungkin Willy masih dalam perjalanan pulang” ucap Bianca tetap berpikir positive. Bianca memilih untuk mengirim pesan kepada Willy. Setidaknya Bianca sudah mengabari Willy lewat pesan. Setelah sampai di rumah Bianca akan menghubungi Willy kembali. To : Willy Suamiku From : Istriku Tercinta Will ada kejadian tidak begitu baik saat aku di hotel. Aku terjebak di dalam lift selama 1 jam. Jadi aku sekarang sedang dalam perjalanan pulang. Tadi di lobby sebelum pulang aku bertemu Pak Toto, aku sudah menyampaikan salammu dan papi. Pak Toto juga mengirim salam untumu dan Papi. Nanti kalau aku sudah sampai rumah aku akan mengeleponmu ya. Pesan sudah terkirim. Bianca memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Bianca menyalakan mesin mobilnya, setelah itu Bianca pun menjalankan mobilnya keluar dari parkiran hotel. Mobil Bianca pun kini menyusuri jalan raya menuju rumahnya. Jalan saat Bianca pulang sudah sedikit lenggang. Bianca pun bisa sampai rumah lebih cepat dari perjalan dia pergi tadi. Pak Eko terlihat membukakan gerbang untuk Bianca. “Terima kasih Pak Eko” ucap Bianca membuka jendela mobilnya. “Sama-sama Bu” ucap Pak Eko.Pak Eko menutup kembali pintu gerbang setelah mobil Bianca masuk. Lalu Pak Eko pun berlari kecil menuju mobil Bianca yang berhenti di depan pintu rumah Bianca. Pak Eko berdiri disamping mobil Bianca menunggu Bianca turun. Bianca turun dari mobil, lalu dia memberikan kunci mobilnya kepada Pak Eko untuk diparkirkan ke dalam parkiran. Setelah Itu Bianca melangkah masuk ke dalam rumah. Bianca memilih untuk mandi sebelum dia masuk ke kamar Aditya. Bianca melangkah masuk ke dalam kamarnya. Bianca meletakkan tasnya. Lalu Bianca pun melangkah ke kamar mandi. Bianca melepaskan pakaiannya sebelum dia membasahi tubuhnya dibawah oancuran shower. Bianca menggunakan baju tidurnya setelah dia selesai mandi. Kini tubuhnya kembali segar lagi setelah tadi merasa lengket dan panas. Bianca melangkah keluar dari kamarnya dan menuju kamar Aditya. Bianca membuka pintunya dengan pelan-pelan. Bi Inah tidur di ranjang menemani Aditya. Bianca mengecup kening Aditya. Bayi laki-laki itu pun menggerakkan kepalanya saat mendapat sentuhan dari Ibunya. Bianca menyunggingkan senyumnya. “AKu tidak tega kalau membangunkan Bi Inah. Sepertinya biarkan saja Bi Inah tidur menemani Aditya malam ini” ucap Bianca pada dirinya sendiri. Bianca mematikan lampu kamar Aditya dan menyalakan lampu tidur. Bianca juga merapikan selimut Aditya. Bianca melangkah kembali keluar dari kamar Aditya dan kembali ke kamarnya. Di dalam kamar Bianca kembali mengecek ponselnya. Bianca melihat pesan yang dia kirim untuk Willy. Sepertinya Willy belum membaca pesan darinya, karena terlihat dari tanda ceklis dilayar ponselnya yang belum berubah menjadi warna biru. “Apa Willy sudah tidur?” Tanya Bianca pada dirinya sendiri. Bianca meletakkan ponselnya di atas nakas. Bianca naik ke ranjangnya. Baru saja Bianca ingin merebahkan tubuhnya, ponselnya bergetar. Bianca mengambil ponselnya kembali dan ternyata suami yang dia tunggu kini menghubunginya. Bianca membenarkan duduknya dan bersandar di ujung ranjang lalu dia mengangkat telepon dari Willy. “Bii, kamu tidak apa-apa?” Tanya Willy yang terlihat cemas. “Aku tidak apa-apa Will” jawab Bianca. “Bii, bagaimana kejadiannya, kenapa kamu tidak menghubungiku?” Tanya Willy. “Aku sedang di dalam lift dan tiba-tiba lift itu berhenti lalu tidak lama kemudian lampunya mati. Aku sudah mau menghubungi kamu tetapi ponselku tidak ada signalnya” jawab Bianca menjelaskan. “Ya Tuhan Bii, berapa lama kamu terjebak di dalam lift?” Tanya Willy. “Satu jam Will. Aku baik-baik saja Will. Kamu tidak perlu cemas seperti itu” ucap Bianca yang mencoba menenangkan Willy. Karena jelas sekali raut wajah Willy terlihat sangat cemas. “Satu jam itu sangat lama Bii. Kamu sendiri di dalam lift atau ada orang lain juga yang terjebak bersamamu?” Tanya Willy. Deg Bianca pun bingung mau menjawab apa kepada Willy. Sebenarnya bisa saja Bianca berbicara kalau dia terjebak bersama seorang pria. Tetapi saat ini Willy sedang tidak bersamanya, pasti Willy akan cemburu. Bianca tahu bagaimana sifat Willy. Dia tidak suka jika ada pria lain yang mencoba mendekati Bianca. “Aku sendiri Will, karena aku sudah telat datangnya jadi tidak ada tamu lain yang datang bersamaan denganku” jawab Bianca berbohong. “Maafkan aku Will sudah berbohong kepadamu” batin Bianca merasa bersalah. “Maafkan aku Bii, karena baru bisa menghubungimu sekarang” ucap Willy. “Tidak apa-apa Will. Yang terpenting aku dan kamu baik-baik saja” ucap Bianca. “Ya sayang. Oh ya, dimana jagoan Papa?” Tanya Willy. “Aditya sudah tidur di kamarnya ditemani Bi Inah. Aku tidak ingin membangunkan Bi Inah kasihan sepertinya dia sangat lelah seharian ini” jawab Bianca. “Iya, jangan dibangunkan kasihan Bi Inah. Nanti kalau Bi Inah sakit kamu akan kerepotan” ucap Willy. “Will, bulan depan aku ulang tahun. Kira-kira apa kamu bisa pulang?” Tanya Bianca. “Aku akan usahakan bisa pulang ya Bii” jawab Willy. “Iya Will. Kalau memangnya kamu masih belum bisa pulang, jangan dipaksakan nanti pekerjaanmu akan menjadi tambah lama selesainya” ucap Bianca yang merasa sedih karena Willy tidak pasti akan bisa pulang tau tidak. “Bii aku juga ingin kembali. Aku ingin merayakan ulang tahunmu bersama. Apalagi kita sudah mempunyai anggota keluarga baru” ucap Willy. Bianca dan Willy kini pun sama-sama berbohong dengan kondisi mereka. Mereka berbohong agar tidak membuat cemas satu sama lain. Menurut Bianca, pertemuannya dengan Gio hanya sebatas di hotel itu. Dan tidak mungkin dia akan bertemu lagi. Ya, memang Bianca tidak ada hubungan apa-apa dengan Gio, seharusnya Bianca bisa berkata jujur. Begitu juga dengan Willy, seharusnya Willy bisa mengatakan yang terjadi di Bali bahwa saat ini dia dalam masalah dengan Gunardi. Tetapi Willy tidak mungkin berani mengatakannya. Mungkin Willy akan mengatakannya jika nanti dia sudah berhasil menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya kepada Luna. Bianca memang tidak pernah berbohong kepada Willy. Malam ini karena Bianca tidak mengatakan yang sebenarnya, hati Bianca pun menjadi gelisah dan tidak tenang. Akibatnya Bianca pun terjaga malam ini. Berkali-kali Bianca mengganti posisi tidurnya dari miring ke kanan, lalu berubah miring ke kiri, lalu berubah lagi menghadap ke depan, sampai dia berubah lagi membalikkan tubuhnya. Tetap saja hatinya masih tidak tenang dan merasa bersalah. “Will, aku benar-benar minta maaf. AKu tidak bermaksud berbohong kepadamu. Aku hanya tidak ingin membuat kamu marah dan menjadi memikirkanku karena aku bersama pria lain di dalam lift tadi. Aku tidak berbuat apa-apa” ucap Bianca pada dirinya sendiri. Bianca pun teringat bagaimana dulu Willy sangat marah hanya karena Bianca dan Erick bertemu. Padahal Bianca sudah menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Pada saat itu Bianca hanya berpapasan saja itu juga di rumah Willy pada saat pertunangan adik Willy dan Adik Erick. Bianca memejamkan matanya bagaimana dulu Willy marah dan berbuat kasar kepadanya. Bianca pun bergedik ketakutan. Bianca lalu membuka matanya dan langsung memeluk guling yang ada di sebelahnya. “Tidak, tidak. Willy tidak akan main tangan lagi kepadaku. Willy sudah berubah, dia sangat mencintaiku dan menyayangiku. Willy tidak akan tega. Kamu harus yakin Bii” ucap Bianca menyemangati dirinya sendiri. Tetapi tiba-tiba Bianca pun teringat ucapan mami dulu tentang masa lalu Willy. Bianca pun menjadi tambah merasa bersalah karena sudah berbohong. Bianca membodohi dirinya sendiri kali ini, seharusnya tidak apa bianca katakan saja yang sebanrnya tadi. Karena kalau sampai Willy tahu yang terjadi sebenarnya, pastilah Willy lebih kecewa. “Ya Tuhan Bii, kenapa kamu tidak berpikir lebih jauh lagi tadi” ucap Bianca pada dirinya sendiri yang semakin cemas dan ketakutan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD