Willy menatap Bianca yang sudah tertidur pulas memeluknya. Tangan Willy pun memeluk Bianca dan dia mengecup puncak kepala Bianca. Sebenarnya malam ini Willy tidak bisa tidur karena memikirkan kata-kata Bianca untuk saling menjaga kepercayaan mereka.
Willy hatinya merasa tercubit. Dulu dia yang tidak percaya kepada Bianca. Tetapi sekarang dia yang membohongi Bianca. Willy merasa sangat bersalah kepada Bianca.
Pagi tiba Bianca mengerjapkan matanya. Tubuhnya terasa sangat berat. Bianca baru sadar ternyata tubuhnya dipeluk oleh suaminya. Bianca pun tersenyum lalu menatap Willy yang masih terpejam.
Cup
Bianca mengecup bibir Willy sekilas. Bianca bahagia sekali kini setiap dia bangun ada Willy lagi disampingnya. Willy tiba-tiba membuka matanya karena merasakan gerakan Bianca dan kecupan Bianca.
“Selamat pagi” ucap Bianca.
“Pagi istriku” ucap Willy.
“Jam berapa sekarang?” Tanya Willy.
Bianca melihat jam di dindingnya. Jam menunjukkan baru pukul lima pagi.
“Jam lima Will” jawab Bianca.
Hoam
Willy menguap. Ternyata Willy baru tidur selama satu jam.
“Kamu masih mengantuk” ucap Bianca mengusap rahang suaminya yang selama ini dia rindukan.
“Tidak” ucap Willy menggelengkan kepalanya.
“Tapi wajahmu masih terlihat lelah” ucap Bianca.
“Ada kamu disampingku, tentu saja aku tidak pernah lelah” ucap Willy.
“Kamu istirahat saja” ucap Bianca.
“Aku masih ingin memeluk kamu” ucap Willy melingkarkan tangannya di perut Bianca.
Bianca pun terkekeh dan memeluk Willy lagi. Pagi ini begitu indah dan menyenangkan bagi Willy dan Bianca.
“Owek Owek Owek” terdengar tangis Aditya yang membuat acara berpelukan Bianca dan Willy pun terhenti.
“Aditya menangis” ucap Willy.
“Iya” ucap Bianca.
Bianca pun segera berbalik dan menggendong Aditya. Willy ikut bangun dan meminta untuk mengambil alih gendongannya.
“Bii, aku boleh menggendong Aditya” ucap Willy.
“Tentu saja. Kamu Papanya” ucap Bianca memberika Aditya di tangan Willy.
Willy menggendong Aditya. Walaupun Aditya belum pernah merasakan sentuhan Willy, sepertinya Aditya tahu sentuhan ini adalah sentuhan dari Papanya. Aditya langsung terdiam dari tangisnya.
“Aditya tahu bahwa yang menggendongnya adalah Papanya” ucap Bianca.
“Tentu saja” ucap Willy dengan bangga.
“Kamu tolong jaga Aditya ya. Aku mau ke kamar mandi” ucap Bianca.
“Iya” ucap Willy menganggukkan kepalanya.
Bianca melangkah ke kamar mandi. Bianca mencuci muka lalu menggosok giginya. Setelah selesai Bianca mengelap wajahnya dengan handuk kecil, lalu dia kembali keluar dengan mengikat rambutnya.
“Mau aku gantikan menggendongnya Will?” Tawar Bianca.
“Tidak apa-apa Bii. Kamu tolong siapkan kopi untukku ya” ucap Willy.
“Iya. Aku akan buatkan kamu kopi dan siapkan s**u untuk Aditya” ucap Bianca.
“Kamu menggunakan s**u formula?” Tanya Willy.
“Tidak. Aku suka pumping Will dan menyetok asi di kulkas untuk Aditya” ucap Bianca.
“Oh, aku kira kamu menggunakan s**u formula” ucap Willy.
“Yasudah aku ke dapur dulu ya” ucap Bianca.
“Iya” ucap Willy menganggukkan kepalanya.
Bianca pun melangkah ke dapur. Di dapur sudah ada Bi Inah yang sedang memotong sayuran. Bianca pun menghampiri Bi Inah.
“Pagi Bi” ucap Bianca.
“Pagi Ibu” ucap Bi Inah.
“Ibu mau memanaskan s**u, biar saya saja Bu” ucap Bi Inah.
“Tidak apa-apa Bi. Bi Inah teruskan saja memotong sayurannya. Aku sekalian mau membuatkan kopi untu Willy” ucap Bianca.
“Kalau begitu saya panaskan kue di kulkas ya” ucap Bi Inah.
“Boleh Bii” ucap Bianca menganggukkan kepalanya.
Bianca memasak air dan menyiapkan kopi di cangkir untuk. Setelah air mendidih Bianca menuangkannya ke dalam cangkir, lalu mengaduk kopi itu.
“Bu Ini kuenya mau saya bawakan” ucap Bi Inah meletakkan nampan berisi sepiring kue.
“Tidak apa-apa Bi, biar saya yang bawa” ucap Bianca.
Bianca meletakkan cangkir di atas nampan, lalu dia s**u Aditya yang sudah di panaskan juga Bianca letakkan di atas nampan. Bianca membawa nampan dan melangkah keluar dari dapur.
Ternyata Willy sudah berada di ruang televisi bersama Aditya. Willy terlihat masih menggendong Aditya dan mengajaknya berbicara. Bianca melihatnya merasa damai sekali. Bianca pun melanjutkan langkahnya, lalu meletakkan nampan berisi sepiring kue, secangkir kopi dan s**u di botol untuk Aditya.
“Will, biar aku gantikan menggendongnya sekalian aku mau memberikannya s**u” ucap Bianca.
“Hem, biarkan aku bersama Aditya Bii” ucap Willy.
“Iya, iya. Kamu mau sarapan apa, biar aku membantu Bi Inah memasak” ucap Bianca.
“Sarapan nasi goreng sosis saja Bii” ucap Willy.
“Okey” ucap Bianca.
Bianca pun berbalik dan hendak melangkah ke dapur. Tiba-tiba Willy memanggilnya dan Bianca pun kembali berbalik.
“Bii” panggil Willy.
“Iya Will” ucap Bianca berbalik.
Willy melangkah sebanyak dua langkah lalu dia menundukkan wajahnya dan mengecup bibir Bianca sekilas. Bianca pun tersenyum.
“Aku merindukanmu Bii” bisik Willy.
“Aku masih dalam masa nifas Will” ucap Bianca yang mengerti maksud Willy.
“Sabar ya. Setelah selesai masa nifasku, aku pasti akan melayanimu kembali” ucap Bianca mengusap rahang Willy.
“Terima kasih ya” ucap Willy.
Bianca menganggukkan kepalanya. Bianca tahu selama empat bulan pastilah Willy amat merindukan dirinya. Di tambah sekarang Bianca masih nifas jadi Willy masih harus berpuasa dulu.
Bianca melangkah kembali ke dapur. Bi Inah kini terlihat sedang mencuci sayuran dan memotong cabai. Bianca melihat nasi di magic com yang sudah matang.
“Bi, aku mau buatkan nasi goreng untuk sarapan. Bibi tolong bantu siapkan sosis dan bumbunya ya” ucap Bianca.
“Biar saya yang buatkan saja Bu” ucap Bi Inah.
“Tidak apa-apa, Bibi bantu saya saja siapkan bahan-bahannya” ucap Bianca.
“Baik Bu. Nanti saya yang goreng ayam dan sosisnya biar saya ya Bu” ucap Bi Inah.
“Iya Bi” ucap Bianca.
Bianca menyendok nasi dari magic com. Bianca membuat untuk empat porsi. Untuk Bianca, Willy, Bi Inah dan tentu saja untuk Pak Eko. Bi Inah terlihat menyiapkan bumbu nasi goreng seperti bawang putih, cabai merah. Bi Inah juga sudah mengupasnya lalu mencucinya.
“Bi ini cabainya mau saya blender atau uleg?” Tanya Bi Inah.
“Bi bawang putihnya di geprek saja ya, kalau cabainya dipotong-potong saja” ucap Bianca.
“Oh baik Bu” ucap Bi Inah.
Bianca meletakkan wajan di atas kompor. Bianca menuangkan minyak lalu menyalakan kompornya. Bawang putih yang Bi Inah geprek di masukkan ke dalam wajan yang sudah panas, Bianca mengaduknya sampai harum barulah Bianca memasukkan cabai yang sudah di potong-potong.
Bianca memasak nasi goreng, dan Bi Inah menggoreng ayam juga sosis. Ketika masakan mereka sudah selesai. Bianca di bantu Bi Inah menyajikannya di atas meja makan.
“Bi nasi goreng yang untuk Bibi dan Pak Eko sudah?” Tanya Bianca.
“Sudah Bu itu di piring” ucap Bi Inah menunjuk piring yang masih ada di meja bar.
Bianca melangkah lagi ke ruang televisi ternyata Willy sudah tidak ada disana. Bianca pun melihat ke kamar Aditya, tetapi Willy juga tidak ada. Bianca melangkah ke kamarnya juga tidak ada. Bianca melihat jam di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 6 pagi.
“Kemana Willy?” Tanya Bianca pada dirinya sendiri.
Bianca melangkah keluar dari kamarnya. Bianca melihat ke ruang tamu dan ternyata pintunya terbuka. Bianca pun melangkah keluar. Willy terlihat sedang mendorng Aditya di kereta dorongnya. Bianca melangkah menghampiri Willy di halaman.
“Will, yuk kita sarapan” ucap Bianca.
“Yuk” ucap Willy menganggukkan kepalanya.
“Kamu hari ini ke kantor?” Tanya Bianca saat mereka melangkah bersama masuk ke dalam rumah.
“Tentu saja tidak. Aku mau masih merindukan kalian” ucap Willy mencium pipi Bianca.
Bianca hanya terkekeh dan merangkul pinggang Willy. Bianca menyandarkan kepalanya di lengan Willy. Mereka melangkah selayaknya keluarga kecil yang bahagia.