36. Keluarga Bahagia

1438 Words
Malam ini di kediaman Willy dan Bianca kembali ramai. Ya tentu saja karena selain Willy yang sudah kembali. Bianca dan Willy mengundang Jonathan dan Dimas untuk ikut makan malam bersama. Papi pun juga datang ke rumah Willy dan Bianca, setelah mendapatkan kabar dari Mami kalau Willy akan kembali. Malam ini makan malam berjalan dengan khidmat sekali. Masakan yang Mami masakan memang paling enak. Willy yang memang juga sangat merindukan masakan Mami makan dengan lahap sekali. Mami pun menjadi senang melihat semua masakan yang dia masak dengan Bi Inah habis. “Aku ada sedikit oleh-oleh untuk kalian semua” ucap Willy. “Wah, asyiik” ucap Icha dengan semangat. Willy melangkah untuk mengambil kopernya. Lalu dia datang kembali ke ruang makan dengan membawa dua paper bag besar. Satu paper bagi dia berikan kepada Icha dan satu lagi dia berikan kepada Naena. “Terima kasih Will” ucap Icha dan Naena bersamaan. “Sama-sama” ucap Willy. “Ini banyak sekali” ucap Icha. “Will, kamu belanja oleh-oleh” ucap Mami. Sebenarnya Mami juga tidak percaya Willy menyempatkan dirinya untuk belanja oleh-oleh. Mami tahu sekali Willy bagaimana orangnya. Anaknya yang satu ini paling sangat tidak suka sekali hal-hal yang membuatnya repot. Apalagi urusan belanja. “Iya Mi” ucap Willy menganggukkan kepalanya. “Kamu serius membelikan semua ini” ucap Bianca yang juga terkejut. “Ada apa dengan Mami dan Bianca ini. Sudah jelas Willy membawakan oleh-oleh kenapa kalian berdua terkejut” ucap Papi. “Bukan begitu Pi. Papi seperti tidak tahu anak laki-laki Papi ini. Dulu saja Mami minta temani ke pasar dia berpura-pura tidur” ucap Mami. Bianca, Icha dan Naena hanya bisa terkekeh mendengar cerita Mami tentang Willy masih remaja dulu. “Sekarang beda Mi. Willy sudah menjadi seorang ayah” ucap Papi membela Willy. “Ya tentu saja aku yang membelinya, memang siapa lagi. Aku juga membelikan hadia untuk Mami dan Bianca” ucap Willy. “Apa?” Tanya Mami. “Ini untuk Mami dan ini untuk istriku tercinta” ucap Willy memberikan kotak kepada Mami dan Bianca. “Apa ini Will?” Tanya Mami dan Bianca bersamaan. “Buka saja” ucap Willy. Mami dan Bianca sama-sama membuka hadiah dari Willy. Wajah mereka berdua pun terlihat sangat senang melihat gelang yang Willy berikan. “Terima kasih Will” ucap Bianca tersenyum bahagia menatap Willy. “Sama-sama Bii. Kamu suka” ucap Willy ikut tersenyum. “Tentu saja” ucap Bianca memeluk Willy. “Ekhem” Papi berdeham. Bianca pun langsung melepaskan pelukan. “Kalau kalian mau bermesraan nanti kalau kami sudah pulang donk” ucap Papi menyindir. Tentu saja semua yang ada disana terkekeh. Bianca hanya tersipu malu Papi meledek dirinya dan Willy. “Will, Mami suka. Terima kasih ya. Besok bisa Mami pakai ke arisan Tante Imelda” ucap Mami yang langusung memakainya. Tidak terasa waktu pun semakin malam. Icah, Jonathan, Naena dan Dimas sudah pamit pulang. Tidak lama Mami dan Papi juga pamit pulang. Willy terlihat sedang menemani Aditya di kamar. Bianca baru saja keluar dari kamar mandi. “Aditya sudah tidur Will?” Tanya Bianca. “Sudah. Dia gagah sekali saat tidur” ucap Willy yang tidak lepas menatap wajah Aditya. “Tentu saja, dia mirip sekali denganmu” ucap Bianca yang ikut bergabung di ranjang. “Maafkan aku ya Bii” ucap Willy tetapi wajahnya masih menatap Aditya. “Maaf untuk apa?” Tanya Bianca sambil melepaskan ikatan rambutnya. “Maaf karena aku tidak menepati janjiku untuk menemani kamu melahirkan Aditya” ucap Willy. Bianca melingkarkan kedua tangannya di pinggang Willy, dan menyandarkan kepalanya di punggung Willy. “Kamu tidak salah Will. Jadi tidak perlu meminta maaf. Yang terpenting sekarang kita bisa berkumpul lagi” ucap Bianca. Willy mengusap punggung tangan Bianca yang ada di perutnya. Willy bahagia sekali Bianca tidak pernah menuntuy macam-macam kepadanya, tidak berprasangka buruk kepadanya. Bianca selalu percaya dan setia kepadanya. Lagi-lagi hati kecil Willy merasa bersalah jika dia mengingat saat-saat dia menemani Luna di Bali. Willy rasanya tidak ingin kembali ke sana. Willy ingin terus disini bersama Bianca dan Aditya. “Ada apa?” Tanya Bianca yang seakan tahu Willy memikirkan sesuatu. “Tidak ada apa-apa” jawab Willy. “Biasanya kalau menjawab tidak ada apa-apa, itu tandanya ada apa-apa” ucap Bianca terkekeh. Willy berbalik menghadap Bianca lalu mencubit hidung Bianca. “Itu berlaku untuk kamu jika sedang merajuk” ucap Willy. “Enak saja, aku tidak pernah meraju” ucap Bianca. “Benar tidak meraju” ucap Willy. “Coba katakana kapan aku pernah merajuk?” Tanya Bianca. “Dulu awal-awal menikah denganku kamu sering sekali merajuk, sampai-sampai kamu pergi dari rumah dan meninggalkanku” jawab Willy. “Ih enak saja. Ada juga kamu yang sering sekali marah tanpa sebab. Kamu lupa ya, siapa yang selalu merajuk terlebih dahulu dan selalu saja curiga kepadaku” ucap Bianca. Willy pun tertawa dan Bianca ikut tertawa. Willy memeluk Bianca dan mengusap punggung Bianca. Jika Willly mengingat awal pernikahan mereka dulu, Willy merasa bersalah. “Bii, apa dulu kamu benar-benar ingin pergi dariku?” Tanya Willy. “Kenapa kamu menanyakain itu?” Tanya Bianca. “Aku hanya ingin tahu saja. Karena selama ini aku takut menanyakannya kepadamu” jawab Willy. “Kamu mau jawaban yang serius, bercanda atau bohong?” Tanya Bianca sambil terkekeh. Willy melepaskan pelukannya dan menatap Bianca. “Kamu ini. Suamimu sedang bertanya malah dia ajak bercanda” ucap Willy. “Kamu lagi. Kamu baru saja kembali untuk apa menanyakan tentang masa lalu. Seharusnya kamu bahagia karena sudah kembali berkumpul lagi bersama aku dan Aditya” ucap Bianca. “Tentu saja aku bahagia” ucap Willy sambil mengecup berkali-kali kening dan pipi Bianca. “Aku hanya takut mengulangi kesalahanku sehingga membuatmu pergi lagi” ucap Willy dengan nada terdengar parau. Bianca memegang kedua pipi Willy. “Will dengarkan aku. Pernikahan kita memang banyak sekali dramanya. Walau kita sudah lebih dari tiga tahun menikah, tetapi baru setahun ini kita benar-benar merasakan rumah tangga yang sesungguhnya. Dan ketika kebahagiaan kebersamaan ini sedang kita rajut, kini kita harus kembali terpisahkan oleh jarak” ucap Bianca. “Dua tahun walau aku hilang ingatan, di hatiku tetap menginginkan kamu. Dan sekarang tentu saja aku tidak akan meninggalkan kamu. Aku mencintaimu Will” ucap Bianca. Willy tersenyum dan mengusap pipi istrinya. “Aku sangat mencintaimu Bianca Pratama. Aku janji tidak akan mengulangi kesalahanku yang dulu. Jika aku mengulanginya aku mohon tolong ingatkan aku” ucap Willy. “Tentu saja Will. Kita berdua harus saling melengkapi. Dan yang paling penting adalah saling menjaga kepercayaan kita. Kamu ingatkan dulu, kamu yang tidak pernah percaya kepadaku. Sehingga rumah tangga kita hampir saja rusak” ucap Bianca. Cup Willy mengecup kening Bianca. Bianca pun memejamkan matanya. Bianca merasa bahagia sekali malam ini. Kini Bianca kembali bisa merasakan ciuman Willy. “Kamu sudah minum vitamin lagi?” Tanya Willy. “Belum” ucap Bianca menggelengkan kepalanya. “Dimana vitaminnya?” Tanya Willy. “Ada di laci nakas” jawab Bianca. “Bia raku siapkan” ucap Willy. Bianca menganggukkan kepalanya. Willy turun dari ranjang. Willy mengambil segelas air putih yang ada di meja kamar. Willy membuka laci nakas dan mengambil vitamin Bianca. Willy duduk di ranjang samping Bianca lalu memberikan vitamin it uke mulut Bianca. “Buka mulutmu” ucap Willy. Bianca membuka mulutnya, Willy memasukkan vitaminnya, lalu memberikan gelas berisi air putih. Bianca langsung meneguknya hingga tandas dan memberikan kembali gelas itu kepada Willy. “Terima kasih Will” ucap Bianca. “Iya. Kamu istirahat ya” ucap Willy. “Tapi aku masih masu mengobrol denganmu” ucap Bianca. “Besok masih bisa Bii. Ayo kamu jangan tidur malam-malam” ucap Willy. “Kamu peluk aku ya” ucap Bianca dengan manja. “Iya Bii. Aku taruh gelas ini dulu ya” ucap Willy dan Bianca menganggukkan kepalanya. Willy meletakkan kembali gelas kosong di atas meja. Lalu Willy kemmbali bergabung di atas ranjang bersama Bianca dan Aditya. “Bii, apa nanti Aditya tidak kesimpitan” ucap Willy. “Oh iya aku lupa, seharusnya ranjang ayunannya aku bawa ke kamar kita” ucap Bianca. “Yasudah besok saja aku yang akan membanya kesini” ucap Willy. “Iya. Lagi pula ranjang kita besar Will. Aditya juga masih bayi dia tidak akan memakan tempat banyak” ucap Bianca. “Ya tidurlah” ucap Willy. “Kamu juga tidur” ucap Bianca. “Iya” ucap Willy menganggukkan kepalanya. Bianca pun tidur dengan memeluk Willy. Willy pun juga memeluk Bianca. Bianca tersenyum sebelum dia memejamkan mata. Akhirnya Bsebelah ranjang Bianca kembali hangat dengan kehadiran pemiliknya. Dan Aroma wood ini yang sangat Bianca suka. Tidak ada yang bisa membuat hati Bianca bahagia selain berkumpul kembali dengan Willy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD